Monday, May 30, 2011

* Jangan pernah menyalahkan satu hari dalam hidupmu. Karena hari yang baik memberimu kesenangan dan hari yang buruk memberimu pengalaman. Keduanya penting bagi kehidupan. Keduanya adalah berkah Tuhan. Dan bisa jadi, begitulah cara Tuhan memberimu kesadaran.

Membeli Pengalaman

Pagi itu seperti biasa ku isi hariku berkutat dengan tumpukan kertas. Tulisan teman-teman dari berbagai organisasi kemahasiswaan. Sebagai mahasiswa, aku memang istimewa. Aku tidak hanya datang, duduk, mendengarkan, lalu pulang. Aku isi waktuku dengan aktif di organisasi. Ada marchingband, paduan suara, musik, dan jurnalistik. Namun ternyata dari keempat ormawa itu, aku lebih menikmati di jurnalistik. Meski sempat juga ikut lomba paduan suara mahasiswa tingkat nasional, tetapi akhirnya aku putuskan untuk lebih serius di persma. Entah mengapa, tak ada alasan yang jelas, selain aku melihat tak ada orang di organisasi ini.
Bila ormawa lain memiliki jumlah anggota yang sangat banyak, berbanding terbalik dengan persma. Ketika aku mendaftar, tercatat hanya sepuluh orang, sementara yang aktif hanya empat orang. Hmm, entah mengapa mahasiswa tidak tertarik dengan dunia jurnalistik. Kalau kata senior di persma, ketika awal masuk menjadi anggota, mereka sangat antusias, bersemangat. Seiring bergulirnya waktulah yang kelak akan menentukan eseriusan mereka. Ketika awal masuk menjadi anggota bisa terjaring sampai 30-an orang. Hasil seleksi alam akan benar-benar memfilter mereka hingga tinggal 10-15 orang. Sungguh tak habis dimengerti.
Apabila dilihat dari kinerja pengurus dalam mensosialisasikan keberadaan persma, aku rasa sudah lumayan. Buktinya, setiap tahun pasti mereka mampu menerbitkan tiga majalah. Tentang laik jualnya, belum menjadi pertimbangan. Karena yang lebih penting di sini adalah pembelajaran untuk menjadi seorang jurnalis. Saat itu memang pengurus tengah belajar dari persma universitas lain. Beberapa persma mampu menjual majalah atau bulletin yang dihasilkan, meskipun pada dasarnya untuk proses percetakan dan penerbitan sudah disediakan oleh kampus. Lumayanlah pengurus bisa dapat sedikit-sedikit untuk makan.
Majalah yang aku hasilkan saat itu memang tidak sebagus yang lain, sehingga untuk bisa mendapatkan sedikit….hmm, boro-boro sedikit, adanya justru ‘gotong royong’. Tapi memang tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini. Melalui persma, aku belajar banyak. Bahkan dari organisasi inilah aku bisa jalan-jalan ke Waykambas, melihat atraksi gajah. Dari persma ini juga, aku dapat bertemu dan berfoto dengan bapak Wardiman yang saat itu menjabat sebagai menteri pendidikan. Pun dari persma ini pula, aku menderita batin yang berkepanjangan.
Ada manis dan pahit yang bisa kupetik selama perjalananku aktif di organisasi kemahasiswaan ini. Andai aku diminta untuk membeli, mungkin aku tak akan sanggup membelinya. Membeli pengalaman yang sangat berharga.

CERMIN

Waktu terus berjalan
Semua beriringan mengikutinya
Ada suka
Ada duka
Ada lara
Ada nestapa
Inilah hidup

Tetapi tak boleh ada larut yang berkepanjangan
Segera bangkit
Niatkan semua untukNya
Agar kelak tak ada kecewa atau luka
Agar kelak tak ada siksa atau nestapa

Jalani semua dengan kebesaran jiwa
Bahagiakan dengan tangisan
Senangkan dengan luka
Yakinlah Ia akan menyapa
Memberi bahagia selamanya
Di surga