A.
PENDAHULUAN
Keberhasilan
suatu sistem pembelajaran bahasa ditentukan oleh (1) tujuan yang realistis
dapat diterima oleh semua pihak, (2) sasaran dan organisasi yang baik, (3)
intensitas pembelajaran yang relatif tinggi, (4) kurikulum dan silabus yang
tepat guna. Sejalan dengan hal tersebut maka secara teoretis
dalam pembelajaran bahasa Indonesia, buku teks pelajaran dituntut untuk bisa
mendukung dan mengantarkan siswa pada kematangan emosional, sosial, dan
intelektual. Selain itu, buku teks pelajaran juga diharapkan memberikan
pengetahuan yang universal mengenai kata-kata umum dan khusus, baik yang
berhubungan dengan istilah kebahasaan maupun yang berhubungan dengan pelajaran
lain.
Buku
teks pelajaran juga perlu mencerminkan proses yang meliputi kegiatan mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Jenis keterampilan yang menjadi
pembelajaran adalah terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca,
dan terampil menulis. Selain itu, keterampilan kebahasaan dan apresiasi sastra
juga perlu dikembangkan.
Berdasarkan
pengalaman, fakta menunjukkan bahwa terjadi pengurangan alokasi waktu untuk
pelajaran bahasa Indonesia, utamanya di SMP dan SMA. Hal ini diikuti dengan
pengurangan pelajaran sastra atau apresiasi sastra. Ternyata tidak hanya itu,
karena fakta membuktikan siswa kelas X SMK N 1 Miri Kabupaten Sragen masih mengalami
kesulitan dalam keterampilan kebahasaan. Bentuk kesulitan itu terletak pada
penulisan huruf kapital, penggunaan tanda baca koma, penggunaan tanda baca
titik, dan pemenggalan kata.
Selain
itu, selama kurang lebih satu semester mengamati siswa kelas X SMK N 1 Miri,
ternyata perbendaharaan kata yang dimiliki sangat minim. Dalam pembelajaran
kadang guru harus mencari sinonim sebuah kata dalam bahasa Jawa. Padahal kata
itu sebenarnya bukan termasuk istilah, melainkan sudah umum. Hal ini terbukti
juga ketika siswa diminta untuk membuat paragraf, kosakata yang digunakan
cenderung diulang-ulang.
Permasalahan
di kelas XI berbeda. Kelas XI hanya memiliki waktu belajar satu semester atau
enam bulan. Sementara semester atau bulan yang lain digunakan untuk PKL atau Praktik
Kerja Lapangan. Artinya siswa mengalami pemberian materi dengan model kilat
khusus. Materi yang seharusnya ditempuh selama satu tahun, hanya ditempuh
selama enam bulan. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi kompetensi berbahasa
siswa.
Sedangkan
untuk kelas XII terdapat kendala dalam mengerjakan soal-soal latihan Ujian
Nasional. Kendala itu karena bacaan yang relatif panjang. Siswa kelas XII
selalu mengeluh ketika diminta untuk mengerjakan soal-soal seperti itu. Ketika
ditanya pada bagian apa kesulitan yang dihadapi, siswa selalu mengatakan tidak
mengerti maksudnya. Ini mengindikasikan bahwa bacaan tersebut memiliki tingkat
keterbacaan yang rendah bagi siswa kelas XII SMK N 1 Miri.
Sangat
menarik ketika Pemeritah Daerah Kabupaten Sragen membagikan buku teks pelajaran
yang berjudul “Memahami Bahasa Indonesia SMK
Untuk Kelas X, XI, dan XI Bidang Keahlian Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan
Teknik Bangunan” karya Euis Honiatri dan diterbitkan oleh ARMICO, Bandung.
Buku ini digunakan di SMK N 1 Miri. Setiap kali diminta untuk mengerjakan soal
bacaan, siswa selalu mendapat nilai jelek. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui tingkat keterbacaan buku serta kualitas buku
tersebut.
Berdasarkan
uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) bagaimanakah tingkat
keterbacaannya, 2) bagaimanakah keseimbangan aspek-aspek pembelajaran yang ada di
dalamnya, 3) bagaimanakah keterkaitan antarkomponen pembelajaran yang ada dalamnya,
4) bagaimanakah kesesuaian buku dengan kurikulum yang diberlakukan pemerintah,
dan 5) bagaimanakah pandangan guru bahasa Indonesia terhadap buku tersebut?
Adapun
tujuan umum penelitian ini untuk mendeskripsikan, mengeksplanasikan, dan
mengevaluasi kualitas buku teks pelajaran “Memahami
Bahasa Indonesia SMK Untuk Kelas X, XI, dan XII Bidang Keahlian Teknik Mesin,
Teknik Elektro, dan Teknik Bangunan”.
Adapun tujuan khususnya:
1) mendeskripsikan dan mengeksplanasikan tingkat keterbacaan wacana yang
digunakan dalam buku, b) mendeskripsikan dan mengeksplanasikan keseimbangan
komponen pembelajaran yang ada di dalamnya, c) menjelaskan keterkaitan
antarkomponen pembelajaran yang ada di dalamnya, d) mendeskripsikan dan
mengeksplanasikan kesesuaian isi buku dengan pendekatan pembelajaran yang
digunakan atau dalam hal ini kurikulum yang diberlakukan pemerintah; dan
e)
mendeskripsikan dan mengeksplanasikan
pandangan guru bahasa Indonesia terhadap buku teks pelajaran tersebut.
B.
PEMBAHASAN
Bacon
(dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, 1986: 11) menyatakan bahwa buku
teks pelajaran adalah buku yang dirancang, dipersiapkan, dan disusun oleh para
pakar dalam bidangnya serta dilengkapi dengan sarana pengajaran yang sesuai
untuk digunakan di dalam kelas.
Textbook is a teaching tool (material) which
presents the subject matter defined by the curriculum (Obrazovni, 2009).
Buku
teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk
digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang
memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak
mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan
kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan
yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan
(Permendiknas No. 2 Tahun 2008).
Cunningsworth
(1993: 3) menyatakan ada delapan hal yang perlu diperhatikan dalam memilih coursebooks, yaitu a) aims and approaches, b) design and organization, c) language
content, d) skills, e) topic, f) methodology, g) teacher’s book, and h)
practical considerations.
Ciri
buku teks pelajaran: 1) berkaitan dengan beberapa bidang ilmu tertentu, 2) dikaitkan
dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan, 3) ditulis oleh penulis yang ahli di
bidangnya dan menguasai permasalahan, 4) disusun untuk menunjang suatu program
pembelajaran. Dalam bahasa Indonesia terdapat buku teks pelajaran yang
menunjang pengajaran sastra, pengajaran kebahasaan, dan keterampilan berbahasa,
5) dijadikan acuan bersama oleh para guru dan institusi yang terkait, 6) ditulis
untuk tujuan tertentu, dan 7) dilengkapi dengan sarana pengajaran, misalnya
berupa pita rekaman.
Untuk
mengetahui tingkat keterbacaan buku dilakukan tes isi rumpang. Prosedur
pelaksanaan seperti yang diuraikan Mayer (1999) “The Cloze test measures students'
comprehension abilities by giving them a short text, with blanks where some of
the words should be, and asking them to fill in the blanks.”
Hal ini senada dengan teori Gestalt
dalam Taylor (1953) “A cloze test (also cloze deletion test) is an exercise,
test, or assessment consisting of a portion of text with certain words removed
(cloze text), where the participant is asked to replace the missing words.
Cloze tests require the ability to understand context and vocabulary
in order to identify the correct words or type of words that belong in the
deleted passages of a text.”
Berikut ini tabel tingkat
kemampuan siswa dan tingkat kemudahan bacaan
Tingkat kemampuan siswa memahami bacaan
|
Skor close/TIR
(%)
|
Tingkat kemudahan bacaan dibaca
|
Frustasi
Intruksional
Mandiri
|
0-39
40-59
60-100
|
Sukar
Sedang
Mudah
|
Kualitas buku teks pelajaran berdasarkan BSNP
(PP No. 19/2005 pasal 43 ayat 5) meliputi berikut ini.
1.
Kelayakan isi yang terdiri dari: a) kesesuaian
materi dengan SK dan KD, b) keakuratan materi, c) kemutakhiran materi, d)
mendorong keingintahuan, dan e) terdapat pengayaan.
2.
Kelayakan bahasa yang a) lugas, b) komunikatif,
c) dialogis dan interaktif, d) kesesuaian dengan perkembangan peserta didik, e)
kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia, dan f) penggunaan istilah, symbol,
ikon yang jelas.
3.
Kelayakan penyajian yang berupa a) teknik
penyajian, b) pendukung penyajian,c) kebermaknaan dan kebermanfaatan, dan d) koherensi
dan keruntutan alur pikir.
4.
Kelayakan kegrafikaan yang meliputi a) penekanan,
b) ringkas, c) berhubungan, d) jelas, e) mudah dipahami, dan f) konsistensi.
Adapun
dalam penilaian buku teks pelajaran harus memperhatikan 1) kurikulum yang berlaku, 2) karakteristik mata
pelajaran, 3) hubungan antara kurikulum, mata pelajaran, dan buku teks
pelajaran, 4) dasar-dasar penyusunan buku teks pelajaran, 5) kualitas buku teks
pelajaran, 6) prinsip-prinsip penyusunan buku teks pelajaran, dan 7) penyeleksian
buku teks pelajaran.
Dalam
keberhasilan pembelajaran bahasa ditentukan tiga faktor (Henry
Guntur Tarigan, 2009: 2), yakni pembelajar bahasa, pengajar bahasa, dan sistem
pengajaran bahasa. Pembelajar bahasa terkait dengan motivasi, relevansi, dan
harapan pembelajar bahasa. Sedangkan pengajar bahasa meliputi profesionalitas,
penghargaan terhadap pembelajar, dan motivasi pengajar. Sementara sistem
pengajaran bahasa berhubungan dengan tujuan yang realistis, sarana dan
organisasi yang baik, intensitas pengajaran yang relatif tinggi, dan kurikulum
dan silabus yang tepat guna.
SMK N 1 Miri merupakan salah satu
Unis Sekolah Baru atau USB yang ada di wilayah Sragen. Meski baru meluluskan
dua kali, tetapi selalu memenangkan Lomba Kompetensi Siswa tingkat Kabupaten
dan maju di tingkat provinsi. Terutama LKS Otomotif. Tahun 2009 SMK N 1 Miri
mendapat predikat kreatif inovatif karena mampu membuat mobil ‘tamiya’ yang
sempat dinaiki oleh Gubernur Jawa Tengah, Bapak Bibit Waluyo.
Letaknya yang strategis karena agak
jauh dari jalan raya, merupakan daya tarik tersendiri bagi para calon siswa.
Sekolah yang memiliki luas 2,2 Ha ini sekarang memiliki 25 kelas dengan 4
kejuruan, yakni teknik otomotif, teknik listrik pemakaian atau elektro, teknik
gambar bangunan, dan multimedia.
Perlu diketahui bahwa siswa SMK N 1
Miri berasal dari berbagai daerah. Mayoritas pekerjaan orang tua mereka adalah
bertani, yakni 579 dari 910. Rata-rata pendidikan orang tua adalah SD atau
sekolah dasar, yakni 479.
Meski tergolong baru, SMK N 1 Miri
telah memiliki laboratorium yang lengkap untuk praktik tiap kejuruan. Waktu
belajar efektif dari 07.00 sampai 14.15 WIB. Jadwal yang begitu padat membuat
siswa tidak banyak memanfaatkan keberadaan perpustakaan. Hal ini terlihat dari
mulai tahun ajaran baru 2009/2010, sejak Juli 2009 sampai April 2010 jumlah
pengunjung perpustakaan hanya 295 siswa. Sedangkan jumlah peminjam atau
pengguna buku hanya 896 buku, itu pun buku pelajaran bahasa Indonesia.
Sedangkan seluruh buku yang ada di perpustakaan, baik buku umum maupun
referensi berjumlah 3.467 buku.
Teknik pengunpulan data dilakukan dengan
tes isi rumpang, wawancara, dan analisis dokumen. Sedangkan teknik cuplikan
menggunakan purposive
sampling. Hal ini
terkait dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan
strategi studi kasus. Triangulasi data
digunakan dalam validitas data. Dalam hal ini guru bahasa Indonesia di SMK N 1
Miri, dan dua guru senior SMK lain di Sragen yang berprogram keahlian teknik
industri. Sedangkan teknik analisis data menggunakan cara mengelompokkan
dan menganalisis secara interaktif.
Untuk buku teks pelajaran kelas X
diperoleh hasil sebagai berikut.
Buku ini
terdiri dari 5 pelajaran. Pada tiap pelajarannya dibagi dalam beberapa bagian
dengan menggunakan huruf dari A sampai F. Lebih jelasnya berikut sistematika buku
kelas X secara umum.
Halaman
Judul
Kata
Pengantar
Petunjuk
Penggunaan Buku
Daftar
Isi
Deskripsi
Pembalajaran
Pelajaran
1, bertema Sosial
Pelajaran
2, bertema Kesehatan
Pelajaran
3, bertema Teknologi
Pelajaran
4, bertema Teknologi Lingkungan
Pelajaran
5, bertema Ragam Bahasa
Lampiran
Contoh Sebagian Soal UKBI
Daftar
Pustaka
Adapun
hasil yang lain seperti berikut ini.
a.
Tingkat keterbacaan rendah (29,55 %). Siswa
merasa frustasi atau mengalami kesulitan ketika berusaha untuk memahami bacaan.
Hal ini juga menunjukkan bahwa bacaan termasuk dalam kategori sukar. Hasil ini
diperoleh setelah siswa melaksanakan tes isi rumpang atau TIR.
b.
Keseimbangan aspek-aspek pembelajaran tidak
merata. Aspek pembelajran dominan pada keterampilan membaca dan keterampilan berbicara.
Sementara keterampilan kebahasaan dan apresiasi sastra sangat minim.
c.
Keterkaitan antarkomponen pembelajaran. Secara
keseluruhan antarkomponen dalam buku ini tidak berkaitan. Namun demikian, ada
beberapa subpelajaran yang terkait. Meski pun demikian, tema yang sama telah
melatari bacaan pada tiap pelajaran. Hal ini bisa dilihat pada bagan pelajaran
3 berikut ini.
Bagan
Hubungan antar-aspek Pembelajaran Kelas X
A.
Membedakan Proses dan Hasil
|
B.
Merespons Kaidah Bahasa: Singkatan dan
Akronim
|
C.
Memahami Informasi Tulis, Grafis, dan
Matriks
|
||
Tema:
Teknologi
|
||
D.
Teknik Membaca Cepat untuk Pemahaman
dan Membuat Catatan
|
||
E.
Membuat Narasi
|
F.
Ungkapan Idiomatik Pada Teks Lirik Lagu dan Teks
Iklan
|
d.
Kesesuaian dengan kurikulum. Buku ini kurang
sesuai dengan keadaan SMK N 1 Miri yang terletak di Kabupaten Sragen. Artinya,
unsur kedaerahan tidak diangkat sama sekali. Padahal seharusnya melalui
pelajaran bahasa Indonesia, mampu mendorong siswa untuk membangun daerahnya.
e.
Pandangan guru bahasa Indonesia. Para guru sebagai informan menyatakan bahwa isi
buku belum sesuai dengan kurikulum. Juga judul dan subjudul belum memberikan
gambaran isi buku. Selain itu, alat bantu ajar bagi siswa tidak tersedia. Dan penyajian
bahan kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
Buku
teks pelajaran kelas XI terdiri dari 5 pelajaran. Tiap pelajaran terdiri dari
beberapa bagian yang ditandai dari A sampai F. Berikut ini sistematika buku
secara umum.
Halaman
Judul
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
Petunjuk
Penggunaan Buku
Deskripsi
Pembalajaran
Pelajaran
1, bertema Teknologi Informasi
Pelajaran
2, bertema Mobil
Pelajaran
3, bertema Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Pelajaran
4, bertema Lingkungan Kerja
Pelajaran
5, bertema Bangunan dan Pertukangan
Daftar
Pustaka
Adapun
untuk buku teks pelajaran kelas XI diperoleh hasil sebagai berikut.
a.
Tingkat keterbacaan rendah (30,37 %). Artinya, sama
dengan kelas X bahwa siswa mengalami kesulitan atau frustasi ketika mencoba
memahami bacaan. Itu berarti bacaan dalam buku ini juga masuk dalam kategori sukar.
b.
Keseimbangan aspek-aspek pembelajaran dalam buku
tidak merata. Aspek dominan pada keterampilan menulis dan keterampilan berbicara.
Sementara pengayaan masih kurang.
c.
Keterkaitan antarkomponen pembelajaran sangat
longgar. Bahkan boleh dikatakan secara keseluruhan aspek pembelajaran tidak
berkaitan. Walaupun demikian, ada beberapa subpelajaran yang terkait. Namun
demikian, tema yang sama telah melatari bacaan dalam buku ini. Hal ini dapat
dilihat pada bagan pelajaran 2 berikut ini.
A.
Simpulan Informasi dalam Bentuk Lisan
dan Tulis Termasuk Memberikan Pendapat atau Opini
|
B.
Memahami Perintah Kerja Tertulis
Berupa Memorandum, Disposisi, Buku Manual Kerja
|
C.
Menerapkan Pola Gilir dalam
Berkomunikasi
|
|||
Tema:
Mobil
|
|||
D.
Membuat Deskripsi
|
|||
E.
Membaca Cerita Pendek serta Menulis Bahasan atas
Bacaan Itu
|
d.
Kesesuaian dengan kurikulum, kurang sesuai
dengan keadaan SMK N 1 Miri yang terletak di Kabupaten Sragen. Hal ini terkait
dengan otonomi daerah dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam hal ini
sekolah diharapkan mengembangkan silabus yang sesuai dengan dan mendukung
potensi daerah yang dimiliki.
e.
Pandangan guru bahasa Indonesia. Para guru
sebagai informan menyatakan bahwa penyajian bahan ajar masih kurang. Ternyata
penyajian buku belum sesuai dengan prinsip pembelajaran dan belum sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan. Ditambah lagi dalam buku ini tidak terdapat alat bantu
ajar bagi siswa. Bahkan kosakata yang digunakan kurang cocok bagi siswa.
Sedangkan
untuk buku teks pelajaran kelas XII sebagai berikut. Buku terdiri dari 4
pelajaran saja. Tiap pelajaran terdiri dari beberapa bagian yang diberi tanda A
sampai F. Adapun sistematika secara umum dapat dilihat seperti berikut ini.
Halaman
Judul
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
Deskripsi
Pembalajaran
Pelajaran
1, bertema Teknobiz
Pelajaran
2, bertema Komunikasi
Pelajaran
3, bertema Ketenagakerjaan
Pelajaran
4, bertema Infotekno
Daftar
Pustaka
Adapun untuk buku teks pelajaran
kelas XII diperoleh hasil seperti berikut ini.
a.
Tingkat keterbacaan sedang (41,43 %). Artinya,
tingkat kemampuan siswa dalam memahami bacaan bersifat instruksional. Hal ini
dapat pula dikatakan bahwa bacaan relatif mudah.
b.
Keseimbangan aspek-aspek pembelajaran dalam
buku ini tidak merata. Aspek pembelajaran dominan pada keterampilan menulis dan
apresiasi sastra.
c.
Keterkaitan antarkomponen pembelajaran bersifat
longgar. Hal ini dapat dilihat seperti pada bagan berikut.
A.
Memahami Makna Kata atau Ungkapan
Idiomatik dalam Karya yang Didengar
|
B.
Reaksi Verbal (Bertanya,
Berkomentar/Tanggapan) Diberikan terhadap Apa yang Dibaca
|
C.
Membaca Novel dan Menulis Bahasan atas
Bacaan itu
|
|
Tema: Komunikasi
|
|
D.
Mengungkapkan Isi Sebuah Teks Prosa
dan Diceritakan Kembali
|
E.
Surat Penawaran
|
F.
Surat Pesanan
|
Secara keseluruhan aspek
pembelajaran dalam buku ini tidak berkaitan. Akan tetapi, ada beberapa
subpelajaran yang terkait. Namun demikian, tema yang sama telah melatari bacaan
dalam buku ini.
d.
Kesesuaian isi buku dengan kurikulum kurang.
Hal ini terkait dengan keadaan SMK N 1 Miri yang mayoritas siswanya berlatar
belakang petani. Begitu luasnya tanah ‘tidur’ di wilayah Sragen. Hal ini
seharusnya digali kebermanfaatannya melalui kurikulum di SMK. Buku teks
pelajaran ini jauh dari itu.
e.
Pandangan guru bahasa
Indonesia. Para guru sebagai informan menyampaikan bahwasannya buku ini kurang
sesuai dengan prinsip pembelajaran. Selain itu, buku ini juga tidak sesuai
dengan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Penyajian bahan dalam buku ini kurang
menarik. Secara teknis, kualitas buku teks pelajaran ini rendah. Pendukung lain
dalam buku ini juga masih kurang.
C. PENUTUP
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keterbacaan rendah buku teks
pelajaran ini dalam kategori rendah. Aspek-aspek pembelajaran berupa
keterampilan kebahasaan dan keterampilan berbahasa kurang seimbang. Hubungan
antarkomponen pembelajaran bersifat longgar meski tema bacaan sama. Isi buku
teks pelajaran ini kurang sesuai dengan kurikulum KTSP yang menggunakan metode
multistrategi dan multimedia. Guru menganggap buku ini ditangguhkan
penggunaannya.
Implikasi dari penemuan di atas bahwa guru
dan penulis buku perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
keterbacaan. Guru tidak harus terikat pada satu buku. Sebaiknya buku yang
digunakan sudah lolos BSNP.
Ada
beberapa saran yang dapat disampaikan terkait dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan buku teks pelajaran ini.
1.
Penulis hendaknya memperhatikan aspek
pembelajaran berupa kemampuan atau keterampilan kebahasaan. Seorang penulis harus mampu menyeimbangkan
aspek pembelajaran dalam buku teks pelajaran yang ditulisnya. Selain itu,
penulis harus dapat lebih mengaitkan antarkomponen pembelajaran yang terdapat
dalam buku tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan penulis adalah menyusun
buku yang disesuaikan dengan alokasi
waktu. Untuk buku kelas XII lebih difokuskan pada ujian nasional.
2.
Guru hendaknya memberikan bimbingan dalam
menggunakan buku teks pelajaran. Selain itu, guru juga diharapkan merasionalisasi
aspek pembelajaran berupa keterampilan kebahasaan dan keterampilan berbahasa.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat menyusun buku sendiri sesuai dengan
keadaan sekolah. Namun demikian, bila memang belum dapat menyusun buku sendiri,
guru dapat menggunakan buku yang sudah lolos BSNP. Semua guru diharapkan memanfaatkan
keberadaan perpustakaan sekolah.
3.
Sekolah hendaknya menyediakan buku yang
ditetapkan Pusbuk sehingga dari segi kualitas sudah standart. Sekolah
diharapkan mmperhatikan pengelolaan perpustakaan sehingga siswa tertarik untuk
ke perpustakaan. Sedapat mungkin sekolah turut memperhatikan kebermanfaatan dan
kebermaknaan keberadaan perpustakaan.
4.
Kepada peneliti lain diharapkan ada perbaikan
instrumen penelitian sehingga hasilnya benar-benar akurat.
5.
Pemerintah daerah Kabupaten Sragen dalam hal
ini melalui Departemen Pendidikan Nasional tidak sembarangan dalam membeli buku
teks pelajaran. Hendaknya mengacu pada Pusbuk.