Abstrak
Pembelajaran bahasa arab di
Indonesia banyak sekali halangan dan rintangannya di antaranya dari segi
linguistik dan linguistic sehingga menyebabkan kurang efektif dalam
pembelajaran bahasa arab dan ini masalah ini harus segera di selesaikan,masalah
linguistik ini diantaranya mufrodat dan kowai’d adapun non linguistic diantaranya
motivasi,sarana belajar,dan lingkungan.
Kata Kunci: bahasa Arab,
pembelajaran, problem linguistik, problem non-linguistik
Bahasa adalah sarana komunikasi yang paling
penting untuk berinteraksi dengan siapapun di dunia ini, banyak sekali bahasa
yang tercipta, semua itu hanya untuk mempermudah dalam berkomunikasi dengan
yang lainnya. Bahasa itupun merupakan sarana komunikasi yang utama, kreatif,
dan cepat bagi manusia untuk mengutarakan ide beserta gagasannya. Bahasa tidak
mungkin terpisahkan dari kehidupan manusia.
Artinya :“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa dengan al-qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yan lain.” (Al-Israa’ menggunakan
bahasa itu sendiri sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi. Oleh karena itu bahasa
merupakan tanda kebesaran Allah SWT sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum :
22 sebagai berikut :
Artinya :Dan diantara tanda tandak keuasaannya-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lain bahasamu dan warna kulitmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang mengetahui (Ar-Rum : 22)
Bahasa Arab mempunyai keistimewaan dengan bahasa manapun,
karena nilai sastra yang unggul serta bermutu tinggi bagi mereka yang memahaminya.
Bahasa Arab pula ditakdirkan sebagai bahasa Al-Qur’an yang mengkomunikasikan
kalam Allah. Karena berisi uslub bahasa yang mengagumkan untuk manusia dan
tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya. Dalam Al-Qur’an disebutkan.:
88)
Bahasa Arab dengan Al-Qur’an adalah kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran Al-Qur’an bahasa Arab
adalah syarat mutlak yang harus dikuasai, demikian halnya dengan belajar bahasa
Al-Qur’an berarti belajar bahasa Arab. Bahasa Arab termasuk salah satu di
antara bahasa yang banyak digunakan di dunia internasional, karena banyak yang menggunakannya
jadi bahasa Arab ini menjadi bahasa Internasional dan diakui oleh dunia. Oleh
karena itu tidak berlebihan jika pembelajaran bahasa Arab di pelajari dan harus
mendapatkan penekanan dan perhatian mulai dari tingkat SD/MI sampai kepada Pendidikan
Tinggi sekalipun baik Negeri maupun Swasta, Umum maupun yang Agama supaya diajarkan
dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.
Dalam dunia pendidikan, belajar
merupakan peran terpenting dala mencerdaskan kehidupan bangsa dalam meningkatkan
sumber daya manusia. Dalam hal ini siswa yang menjadi subyek belajar harus
meluangkan waktu sebanyak mungkin supaya meningkatkan kwalitas dalam berbahasa
arab. Maka dari itu belajar adalah proses transfer ilmu yang bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya manusia dan perubahan kepribadian. Perubahan dalam hal
ini yaitusi, pengetahuan,sikap kepribadian, pemahaman, kebiasaan, serta
perubahan terhadap aspek lain yang ada pada diri siswa. Oleh karena itu saya
akan menjelaskan mengenai problematika dan solusi pembelajaran bahasa arab supaya
lebih menguasai cara belajar yang lebih efektif dan efisien.
Masalah Dalam Pengajaran Bahasa Arab
Secara teoretis ada dua masalah yang berlangsung dan akan terus
menerus jadi masalah dalam pembelajaran bahasa arab, yaitu: problem kebahasaan yang sering disebut problem linguistik, dan problem non-kebahasaan atau
non-linguistik. Pengetahuan guru mengenai kedua masalah itu sangat penting supaya
ia dapat meminimalisasi masalah serta mencari
solusinya yang tepat sehingga pembelajaran bahasa Arab lebih efektip dan
dapat tercapai dengan baik. Sikap pesimis tanpa mencari jalan keluar adalah hal
yang buruk.Masalah kebahasaan adalah
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para akademisi yang terikat
langsung dengan bahasa. Sedangkan, masalah non-kebahasaan adalah
persoalan-persoalan yang turut
mempengaruhi, bahkan domi-nan bisa menggagalkan, kesuksesan pro-gram
pembelajaran yang dilaksanakan.(Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyudin,Bania
Publishing,2010)
Masalah
kebahasaan dapatdiidentifikasi,
antara lain, sebagai berikut:
1. Masalah Ashwât Arabiyyah
Problem ashwât adalah persoalan terkait dengan sistem bunyi atau fonologi. Bunyi
bahasa Arab ada yang memiliki kedekatan pada bunyi bahasa pembelajaran
dan juga tidak memiliki persamaan pembelajaran secara teori, bunyi yang
tidak memiliki persamaan dalam bahasa pembelajaran
di perkirakan akan banyak menyulitkan para akademisi dari pada bunyi yang mempunyai
persamaan,Oleh karena itu,solusinya yaitu memberikan media latihan
intens dan contoh penuturan dari kata atau
kalimat yang beragam,dalam hal ini, guru dituntut mempunyai keterampilan
ekspresif dalam memberikan contoh sebanyak mungkin agar kosakata para pelajar juga terbangun secara
baik dan membentuk kumulatif,ini berarti pemilihan contoh juga harus berupa kosakata yang memiliki kebermaknaan.(Ali al-Khûlı̂, Asâlîb Tadrîs al-Lughah
al- Arabiyyah,1998)
a. Penggeseran arti kata serapan
Banyak kata dan ungkapan yang di serap dalam bahasa indonesi aartinya berubah dari arti sebenarnya dalam bahasa
Arab. Contohnya, ungkapan mâsyâa
Allâh dalam
bahasa Arab mâsyâa
Allâh digunakan
untuk menunjukkan rasa takjub terhadap
hal-hal yang indah dan
luar biasa tetapi dalam bahasa indonesia,
maknanya berubah untuk menunjukkan hal-hal yang negatif atau keluhan,seperti
ungkapan Masya-Allah itu orang jelek amat.
b. Perubahan lafal dari bunyi bahasa Arabnya
Contohnya, kata” berkatˮ yang berasal
dari kata barakah
dan kata “ kabarˮ yang berasal dari kata khabar
c. Perubahan arti tetapi lafalnya tidak
berubah
Misalnya, kata ” kalimatˮ asalnya dari kata Kalimah pada bahasaArab
Kalimah berarti
kata tetap, tapi dalam bahasa indonesia,
ia berubah menjadi susunan kata yang
lengkap maknanya, Padahal ,susunan kata
dalam bahasa arab disebut Tarkîb atau Jumlah Begitu juga dengan beberapa
kata dan istilah mengalami penyempitan dan perluasan makna. Selanjutnya, menurut mazhab struktural,
kata adalah suatu yang bebas. Kata terkecil dari suatu bahasa yang secara baik dan membentuk kumulatif ini berarti
pemilihan contoh juga harus berupa kosakata
yang mempunyai kebermaknaan
2. Problem Kosakata (Mufradât)
Bahasa Arab adalah bahasa yang pola
pembentukan katanya sangat fleksibel,
baik melalui cara derivasi
tashrîf isytiqâqî
maupun dengan cara tashrîf irâbî dengan
kedua cara pembentukan kata ini, bahasa
Arab menjadi sangat kaya dengan kosakata mufradât Dalam
konteks penguasaan kosakata, Rusydi Ahmad Thu aimah berpendapat Seseorang tidak akan dapat
menguasai bahasa sebelum ia menguasai
kosakata bahasa tersebut Dengan karakter bahasa Arab yang pembentukan katanya
beragam dan fleksibel tersebut, problem pengajaran kosakata bahasa Arab akan
terletak pada keanekaragaman bentuk marfologis wazan dan makna yang dikandungnya, serta akan terkait
dengan konsep-konsep perubahan derivasi, perubahanin leksi, kata kerja af âl/verb ,mufrad singular Mutsannâ dual jamak plural ta’nîts
(feminine)tadzkîr(masculine)serta makna leksikal dan fungsional.Dalam konteks
pengajaran bahasa,ada realita lain yang terkait dengan banyaknya kosa kata yang perlu
diperhatikan,yaitu banyaknya kata dan istilah Arab yang telah diserap ke dalam
kosakata bahasa indonesia atau bahasa daerah.Pada satu sisi, kondisi tersebu tmemberi
banyak keuntungan, tetap ipada saat yang sama, perpindahan( Rusydı̂ Ahmad Thuaimah,Talîm al-Arabiyah li Ghair-al-Nâthiqîna bihâ)
Dapat kita ketahui mufradât itu bersifat independen sangat
bermacam-macam sesuai dengan man’na dan kegunaannya dalam pandangan para pakar terhadapnya maka dari itu,
pembelajar sebaiknya memahami hakikat
pengajaran mufradât sehingga
terhindar dari kesalahan bunyi dan arti, serta pergeseran makna.ataupun
ketepatan pemakaian.( Abdul Chaerr,kajian teoritik,hal 163)
3. Problem Qawâʻid dan Iʻrâb
Tata cara bahasa Arab atau
qawâʻid, baik terkait pembentukan kata (sharϔiyyah) maupun susunan kalimat
(nahwiyyah), sering kali dianggap kendala besar bagi pelajar bahasa Arab. Apa
pun pandangan kita terhadap kesulitan qawâʻid itu tidak akan mengubah
eksistensinya, Sebab seorang guru pada akhirnya tetap dituntut untuk memahami
apa yang dirasakan sulit oleh pelelajar bahasa Arab, lalu mencari cara yang
mudah untuk fasyikh menguasai bahasa Arab dalam waktu relatif singkat. Menurut
saya,cara yang harus dilakukan dengan menyederhanakan dua hal, yaitu binyah
al-kalimah (bentuk kata) dan mawâqiʻ al-iʻrâb (fungsi kata dalam kalimat).
Penyederhanaan dimaksud untuk menghindari,bahkan membuang hal-hal yang kurang
fungsional atau yang frekuensi penggunaannya sangat jarang. Binyah al-kalimah
(konstruk kata) yang dipilih adalah yang fungsionalnya baik dalam bahasa lisan
atau membaca teks. Fakta menunjukkan bahwa di antara wazan-wazan (neraca/pola
kata) yang diperkenalkan dalam pembelajaran bahasa Arab—kecuali ϔiʻil dan
mashdar yang bersumber pada kata dasar tiga huruf—banyak yang sama sekali tidak
di pergunakan dalam pembalajaran maharotul kalam sehingga pelajar menjadi
pusing untuk penggunaan kata tersebut.( Musthafa al-Ghalayaini, Jâmiʻ al-Durûs
al-ʻArabiyyah 2003 hal. 9)
4. masalah Tarâkîb (Struktur Kalimat)
masalah tarâkîb (struktur
kalimat) merupakan salah satu masalah kebahasaan yang sering dihadapi terhadap
pengajar dan pelajar bahasa Arab, Masalah ini sebenarnya dapat diatasi dengan
memberikan pola kalimat ismiyyah dan ϔiʻliyah yang frekuensinya tinggi, dengan
keragaman bentuk dan modelnya, lalu melatihkannya dengan pola pengembangan yang
beragam. seperti Inilah di antara
problem linguistik yang akan selalu dihadapi oleh guru bahasa Arab.( Musthafa
al-Ghalayaini, Jâmiʻ al-Durûs al-ʻArabiyyah 2003 hal. 9)
Adapun masalah-masalah dalam non-linguistik diantaranya ;
1. Motivasi dan minat belaja
Motivasi dan minat belajar adalah problem
non-linguistik yang sering dijumpai di kelas-kelas pembelajaran bahasa Arab,
dan pencapaian hasil belajar sering kali dipengaruhi oleh motivasi dan minat
belajar , Belajar tanpa motivasi tidak akan mencapai hasil yang maksimal,
telebih lagi jika dalam diri orang yang belajar tertanam perasaan tidak suka
terhadap materi pelajaran dan guru yang mengajarkannya. Belajar yang sukses
yaitu yang melibatkan siswa secara untuh, baik fisik maupun psikis. Oleh
sebabitu, guru harus mendorong siswa supaya menyukai bahasa Arab yang akan
berguna bagi kehidupannya kelak. (teorinya: hierarki kebutuhan, McClelland
dengan “motivasi berprestasi)
2. Sarana belajar
Sarana belajar dapat menjadi problem apabila
tidak kondusif, seperti kondisi yang bising, panas, dan tidak nyaman. Sarana
yang tidak kondusif akan memperburuk pencapaian hasil belajar bahasa Arab.
Sebaliknya, suasana yang menyenangkan dan membuat siswa betah berada di ruang
belajar akan mendukung pencapaian hasil belajar yang maksimal.
3. Kompetensi guru
Guru yang tidak kompeten akan menjadi problem
dalam pembelajaran bahasa Arab. Kompetensi guru dinilai dari segi profesional,
pedagogik, kepribadian, dan sosial. Masalahnya, banyak guru bahasa tidak
berlatar pendidikan guru bahasa, tetapi sekadar mengetahui bahasa Arab. 4.
Metode pembelajaran yang digunakan (dipilih secara tepat sesuai tujuan, sesuai
materi, sesuai sarana tersedia dan tingkat kemampuan pembelajar). Ketidak
tepatan memilih metode apalagi tidak tahu metode apa yang harus dipilih tentu
sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan belajar mengajar.
4. Waktu yang tersedia
(cukup
waktu untuk mendapat layanan, baik di kelas maupun di luar kelas)
5. Lingkungan berbahasa
(yang dapat mendorong siswa berani berbicara
tanpa ada rasa malu dan takut salah). Makin tinggi rasa malu dan takut salah,
makin tidak akan pernah tercipta suasana berbahasa.
Simpulan
Dari kedua problem di atas, tampak bahwa yang
paling dominan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa Arab adalah
problem-problem non-kebahasaan, salah satunya adalah metode. Hal lain yang
tidak kalah penting dari problem non-linguistik adalah motivasi belajar siswa.
Sebab, belajar bahasa dengan hanya mengandalkan waktu yang tersedia di kelas
dapat dipastikan tidak akan sukses kecuali hanya untuk memenuhi kriteria
ketuntasan minimal rapor.
Penyelesaian
problem pembelajaran bahasa Arab belum mencapai tingkat keberhasilan yang
memadai. Banyak faktor yang menyebabkannya, salah satunya adalah persoalan
metode pembelajaran yang digunakan. Walaupun demikian, metode hanyalah salah
satu dari banyak faktor penyebabnya, sementara metode pada saat digunakan
terkait dengan faktor-faktor lain, seperti sarana belajar, lingkungan belajar,
motivasi belajar, kompetensi guru dan profesionalismenya. Untuk mengatasi
problematika tersebut, hal yang harus dilakukan adalah pembenahan kompetensi
dan profesionalisme guru mulai dari pendidikan paling rendah hingga tingkat
tinggi. Selain itu, paradigma pembelajaran bahasa Arab harus diubah dari
sekadar sebagai alat spiritualisasi menjadi alat saintiϐikasi, dan perubahan
ini harus didukung dengan politik pemerintah baik Indonesia yang mayoritas
penduduknya muslim maupun pemerintah negara-negara Arab yang mestinya memiliki
semangat kuat untuk mengembangkan masyarakat muslim berbahasa Arab melalui
pemberian beasiswa besar-besaran untuk studi lanjut, dan bahkan peluang bekerja
di negaranegara Timur Tengah dengan syarat memiliki kompetensi berbahasa Arab
yang memadai, baik lisan maupun tulisan. []
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, Jakarta: Rineka Cipta,
2003.
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang:
Misykat, 2005;
Fahrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Asing,
Jakarta2010:
Bania Publishing Teknik Pembelajaran Kemahiran Bahasa, Jakarta:
Bania Publishing, 2011. Ibrahim, Hamadah, Al-Ittijâhât al-Muʻâshirah ϔî Tadrîs
al-Lughah al-ʻArabiyyah wa al-Lughah al-Hayyah al-Ukhrâ li Ghair al-Nâthiqîna
bihâ, Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1987.
al-Ghalayaini, Musthafa, Jâmiʻ al-Durûs al-ʻArabiyyah, Beirut:
al-Maktabah al-ʻAsyriyah, 2003.
al-Khuli, Muhammad ʻAli, Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-ʻArabiyyah,
al-Riyadh: Maktabah alFarazdaq 1989.