Wednesday, November 15, 2017

Presentasi 1



Masalah-masalah Pembelajaran Bahasa Arab
Nandar Zulfan Hasanudin

                        

Abstrak
Pembelajaran bahasa arab di Indonesia banyak sekali halangan dan rintangannya di antaranya dari segi linguistik dan linguistic sehingga menyebabkan kurang efektif dalam pembelajaran bahasa arab dan ini masalah ini harus segera di selesaikan,masalah linguistik ini diantaranya mufrodat dan kowai’d adapun non linguistic diantaranya motivasi,sarana belajar,dan lingkungan.
Kata Kunci: bahasa Arab, pembelajaran, problem linguistik, problem non-linguistik
PENDAHULUAN
Bahasa adalah sarana komunikasi yang paling penting untuk berinteraksi dengan siapapun di dunia ini, banyak sekali bahasa yang tercipta, semua itu hanya untuk mempermudah dalam berkomunikasi dengan yang lainnya. Bahasa itupun merupakan sarana komunikasi yang utama, kreatif, dan cepat bagi manusia untuk mengutarakan ide beserta gagasannya. Bahasa tidak mungkin terpisahkan dari kehidupan manusia.
Artinya :“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan al-qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yan lain.” (Al-Israa’ menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi. Oleh karena itu bahasa merupakan tanda kebesaran Allah SWT sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum : 22 sebagai berikut :
Artinya :Dan diantara tanda tandak keuasaannya-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lain bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui (Ar-Rum : 22) 
Bahasa Arab mempunyai keistimewaan dengan bahasa manapun, karena nilai sastra yang unggul serta bermutu tinggi bagi mereka yang memahaminya. Bahasa Arab pula ditakdirkan sebagai bahasa Al-Qur’an yang mengkomunikasikan kalam Allah. Karena berisi uslub bahasa yang mengagumkan untuk manusia dan tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya. Dalam Al-Qur’an disebutkan.: 88) 
Bahasa Arab dengan Al-Qur’an adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran Al-Qur’an bahasa Arab adalah syarat mutlak yang harus dikuasai, demikian halnya dengan belajar bahasa Al-Qur’an berarti belajar bahasa Arab. Bahasa Arab termasuk salah satu di antara bahasa yang banyak digunakan di dunia internasional, karena banyak yang menggunakannya jadi bahasa Arab ini menjadi bahasa Internasional dan diakui oleh dunia. Oleh karena itu tidak berlebihan jika pembelajaran bahasa Arab di pelajari dan harus mendapatkan penekanan dan perhatian mulai dari tingkat SD/MI sampai kepada Pendidikan Tinggi sekalipun baik Negeri maupun Swasta, Umum maupun yang Agama supaya diajarkan dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.
Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan peran terpenting dala mencerdaskan kehidupan bangsa dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dalam hal ini siswa yang menjadi subyek belajar harus meluangkan waktu sebanyak mungkin supaya meningkatkan kwalitas dalam berbahasa arab. Maka dari itu belajar adalah proses transfer ilmu yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia dan perubahan kepribadian. Perubahan dalam hal ini yaitusi, pengetahuan,sikap kepribadian, pemahaman, kebiasaan, serta perubahan terhadap aspek lain yang ada pada diri siswa. Oleh karena itu saya akan menjelaskan mengenai problematika dan solusi pembelajaran bahasa arab supaya lebih menguasai cara belajar yang lebih efektif dan efisien.

Masalah Dalam Pengajaran Bahasa Arab

Secara teoretis ada dua masalah yang berlangsung dan akan terus menerus jadi masalah dalam pembelajaran bahasa arab, yaitu: problem kebahasaan yang sering disebut problem  linguistik, dan problem non-kebahasaan atau non-linguistik. Pengetahuan guru mengenai kedua masalah itu sangat penting supaya ia dapat meminimalisasi masalah serta mencari solusinya yang tepat sehingga pembelajaran bahasa Arab lebih efektip dan dapat tercapai dengan baik. Sikap pesimis tanpa mencari jalan keluar adalah hal yang buruk.Masalah kebahasaan adalah persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para akademisi  yang terikat langsung dengan bahasa. Sedangkan, masalah non-kebahasaan adalah persoalan-persoalan yang turut mempengaruhi, bahkan domi-nan bisa menggagalkan, kesuksesan pro-gram pembelajaran yang dilaksanakan.(Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyudin,Bania Publishing,2010)
            Masalah kebahasaan dapatdiidentifikasi, antara lain, sebagai berikut:
1. Masalah Ashwât  Arabiyyah

Problem ashwât adalah persoalan terkait dengan sistem bunyi atau fonologi. Bunyi bahasa Arab ada yang memiliki kedekatan pada bunyi bahasa pembelajaran dan juga tidak memiliki persamaan  pembelajaran secara teori, bunyi yang tidak memiliki persamaan dalam bahasa pembelajaran di perkirakan akan banyak menyulitkan para akademisi dari pada bunyi yang mempunyai persamaan,Oleh karena itu,solusinya yaitu memberikan media latihan intens dan contoh penuturan dari kata atau kalimat yang beragam,dalam hal ini, guru dituntut mempunyai keterampilan ekspresif dalam  memberikan contoh sebanyak mungkin  agar kosakata para pelajar juga terbangun secara baik dan membentuk kumulatif,ini berarti pemilihan contoh juga harus berupa kosakata yang  memiliki kebermaknaan.(Ali al-Khûlı̂, Asâlîb Tadrîs al-Lughah al- Arabiyyah,1998)
a. Penggeseran arti kata serapan
Banyak kata dan ungkapan  yang di serap dalam bahasa indonesi aartinya berubah dari arti sebenarnya dalam bahasa Arab. Contohnya, ungkapan mâsyâa Allâh dalam bahasa Arab mâsyâa Allâh digunakan untuk menunjukkan rasa takjub  terhadap hal-hal yang indah dan luar biasa tetapi dalam bahasa indonesia, maknanya berubah untuk menunjukkan hal-hal  yang negatif atau keluhan,seperti ungkapan Masya-Allah itu orang jelek amat.

b. Perubahan lafal dari bunyi bahasa Arabnya
Contohnya, kata” berkatˮ yang berasal dari kata barakah dan kata “ kabarˮ yang berasal dari kata khabar
c. Perubahan arti tetapi lafalnya tidak berubah
Misalnya, kata ” kalimatˮ  asalnya dari kata Kalimah  pada bahasaArab Kalimah berarti kata  tetap, tapi dalam bahasa indonesia, ia  berubah menjadi susunan kata yang lengkap  maknanya, Padahal ,susunan kata dalam bahasa  arab disebut Tarkîb atau Jumlah Begitu juga dengan beberapa kata dan istilah   mengalami  penyempitan dan perluasan makna. Selanjutnya, menurut mazhab struktural, kata adalah suatu   yang bebas. Kata   terkecil dari suatu bahasa yang secara baik dan membentuk kumulatif ini berarti pemilihan contoh juga harus berupa kosakata yang  mempunyai kebermaknaan

2. Problem Kosakata (Mufradât) 
 Bahasa Arab adalah bahasa yang pola pembentukan katanya sangat  fleksibel, baik melalui cara derivasi
tashrîf isytiqâqî  maupun dengan cara tashrîf irâbî  dengan kedua cara pembentukan kata ini, bahasa Arab menjadi sangat kaya dengan kosakata mufradât Dalam konteks penguasaan kosakata, Rusydi Ahmad Thu aimah berpendapat Seseorang tidak akan dapat menguasai bahasa sebelum ia menguasai kosakata bahasa tersebut Dengan karakter bahasa Arab yang pembentukan katanya beragam dan fleksibel tersebut, problem pengajaran kosakata bahasa Arab akan terletak pada keanekaragaman bentuk marfologis wazan dan makna yang dikandungnya, serta akan terkait dengan konsep-konsep perubahan derivasi, perubahanin leksi, kata kerja af âl/verb ,mufrad  singular Mutsannâ dual  jamak  plural ta’nîts (feminine)tadzkîr(masculine)serta makna leksikal dan fungsional.Dalam konteks pengajaran bahasa,ada realita lain yang terkait  dengan banyaknya kosa kata yang perlu diperhatikan,yaitu banyaknya kata dan istilah Arab yang telah diserap ke dalam kosakata bahasa indonesia atau bahasa daerah.Pada satu sisi, kondisi tersebu tmemberi banyak keuntungan, tetap ipada saat yang sama, perpindahan( Rusydı̂ Ahmad Thuaimah,Talîm al-Arabiyah li Ghair-al-Nâthiqîna bihâ)
            Dapat kita ketahui mufradât itu   bersifat independen  sangat bermacam-macam sesuai dengan man’na dan kegunaannya dalam pandangan para pakar terhadapnya maka dari itu, pembelajar sebaiknya  memahami hakikat pengajaran mufradât  sehingga terhindar dari kesalahan bunyi dan arti, serta pergeseran makna.ataupun ketepatan pemakaian.( Abdul Chaerr,kajian teoritik,hal 163)
3. Problem Qawâʻid dan Iʻrâb
 Tata cara bahasa Arab atau qawâʻid, baik terkait pembentukan kata (sharϔiyyah) maupun susunan kalimat (nahwiyyah), sering kali dianggap kendala besar bagi pelajar bahasa Arab. Apa pun pandangan kita terhadap kesulitan qawâʻid itu tidak akan mengubah eksistensinya, Sebab seorang guru pada akhirnya tetap dituntut untuk memahami apa yang dirasakan sulit oleh pelelajar bahasa Arab, lalu mencari cara yang mudah untuk fasyikh menguasai bahasa Arab dalam waktu relatif singkat. Menurut saya,cara yang harus dilakukan dengan menyederhanakan dua hal, yaitu binyah al-kalimah (bentuk kata) dan mawâqiʻ al-iʻrâb (fungsi kata dalam kalimat). Penyederhanaan dimaksud untuk menghindari,bahkan membuang hal-hal yang kurang fungsional atau yang frekuensi penggunaannya sangat jarang. Binyah al-kalimah (konstruk kata) yang dipilih adalah yang fungsionalnya baik dalam bahasa lisan atau membaca teks. Fakta menunjukkan bahwa di antara wazan-wazan (neraca/pola kata) yang diperkenalkan dalam pembelajaran bahasa Arab—kecuali ϔiʻil dan mashdar yang bersumber pada kata dasar tiga huruf—banyak yang sama sekali tidak di pergunakan dalam pembalajaran maharotul kalam sehingga pelajar menjadi pusing untuk penggunaan kata tersebut.( Musthafa al-Ghalayaini, Jâmiʻ al-Durûs al-ʻArabiyyah 2003 hal. 9)
4. masalah Tarâkîb (Struktur Kalimat)
 masalah tarâkîb (struktur kalimat) merupakan salah satu masalah kebahasaan yang sering dihadapi terhadap pengajar dan pelajar bahasa Arab, Masalah ini sebenarnya dapat diatasi dengan memberikan pola kalimat ismiyyah dan ϔiʻliyah yang frekuensinya tinggi, dengan keragaman bentuk dan modelnya, lalu melatihkannya dengan pola pengembangan yang beragam. seperti  Inilah di antara problem linguistik yang akan selalu dihadapi oleh guru bahasa Arab.( Musthafa al-Ghalayaini, Jâmiʻ al-Durûs al-ʻArabiyyah 2003 hal. 9)
 Adapun masalah-masalah dalam non-linguistik diantaranya ;
1.       Motivasi dan minat belaja
 Motivasi dan minat belajar adalah problem non-linguistik yang sering dijumpai di kelas-kelas pembelajaran bahasa Arab, dan pencapaian hasil belajar sering kali dipengaruhi oleh motivasi dan minat belajar , Belajar tanpa motivasi tidak akan mencapai hasil yang maksimal, telebih lagi jika dalam diri orang yang belajar tertanam perasaan tidak suka terhadap materi pelajaran dan guru yang mengajarkannya. Belajar yang sukses yaitu yang melibatkan siswa secara untuh, baik fisik maupun psikis. Oleh sebabitu, guru harus mendorong siswa supaya menyukai bahasa Arab yang akan berguna bagi kehidupannya kelak. (teorinya: hierarki kebutuhan, McClelland dengan “motivasi berprestasi)
2.        Sarana belajar
 Sarana belajar dapat menjadi problem apabila tidak kondusif, seperti kondisi yang bising, panas, dan tidak nyaman. Sarana yang tidak kondusif akan memperburuk pencapaian hasil belajar bahasa Arab. Sebaliknya, suasana yang menyenangkan dan membuat siswa betah berada di ruang belajar akan mendukung pencapaian hasil belajar yang maksimal.
3.       Kompetensi guru
 Guru yang tidak kompeten akan menjadi problem dalam pembelajaran bahasa Arab. Kompetensi guru dinilai dari segi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial. Masalahnya, banyak guru bahasa tidak berlatar pendidikan guru bahasa, tetapi sekadar mengetahui bahasa Arab. 4. Metode pembelajaran yang digunakan (dipilih secara tepat sesuai tujuan, sesuai materi, sesuai sarana tersedia dan tingkat kemampuan pembelajar). Ketidak tepatan memilih metode apalagi tidak tahu metode apa yang harus dipilih tentu sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan belajar mengajar.
4.       Waktu yang tersedia
(cukup waktu untuk mendapat layanan, baik di kelas maupun di luar kelas)
5.       Lingkungan berbahasa
 (yang dapat mendorong siswa berani berbicara tanpa ada rasa malu dan takut salah). Makin tinggi rasa malu dan takut salah, makin tidak akan pernah tercipta suasana berbahasa.
 
Simpulan
 Dari kedua problem di atas, tampak bahwa yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa Arab adalah problem-problem non-kebahasaan, salah satunya adalah metode. Hal lain yang tidak kalah penting dari problem non-linguistik adalah motivasi belajar siswa. Sebab, belajar bahasa dengan hanya mengandalkan waktu yang tersedia di kelas dapat dipastikan tidak akan sukses kecuali hanya untuk memenuhi kriteria ketuntasan minimal rapor.
Penyelesaian problem pembelajaran bahasa Arab belum mencapai tingkat keberhasilan yang memadai. Banyak faktor yang menyebabkannya, salah satunya adalah persoalan metode pembelajaran yang digunakan. Walaupun demikian, metode hanyalah salah satu dari banyak faktor penyebabnya, sementara metode pada saat digunakan terkait dengan faktor-faktor lain, seperti sarana belajar, lingkungan belajar, motivasi belajar, kompetensi guru dan profesionalismenya. Untuk mengatasi problematika tersebut, hal yang harus dilakukan adalah pembenahan kompetensi dan profesionalisme guru mulai dari pendidikan paling rendah hingga tingkat tinggi. Selain itu, paradigma pembelajaran bahasa Arab harus diubah dari sekadar sebagai alat spiritualisasi menjadi alat saintiϐikasi, dan perubahan ini harus didukung dengan politik pemerintah baik Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim maupun pemerintah negara-negara Arab yang mestinya memiliki semangat kuat untuk mengembangkan masyarakat muslim berbahasa Arab melalui pemberian beasiswa besar-besaran untuk studi lanjut, dan bahkan peluang bekerja di negaranegara Timur Tengah dengan syarat memiliki kompetensi berbahasa Arab yang memadai, baik lisan maupun tulisan. []

DAFTAR RUJUKAN
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005;
Fahrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Asing, Jakarta2010:
Bania Publishing Teknik Pembelajaran Kemahiran Bahasa, Jakarta: Bania Publishing, 2011. Ibrahim, Hamadah, Al-Ittijâhât al-Muʻâshirah ϔî Tadrîs al-Lughah al-ʻArabiyyah wa al-Lughah al-Hayyah al-Ukhrâ li Ghair al-Nâthiqîna bihâ, Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1987.
al-Ghalayaini, Musthafa, Jâmiʻ al-Durûs al-ʻArabiyyah, Beirut: al-Maktabah al-ʻAsyriyah, 2003.
al-Khuli, Muhammad ʻAli, Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-ʻArabiyyah, al-Riyadh: Maktabah alFarazdaq 1989.