Thursday, March 27, 2014

Kualitas Buku “Memahami Bahasa Indonesia Untuk Smk Bidang Keahlian Teknik Mesin, Teknik Elektro, Dan Teknik Bangunan”

A.                PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu sistem pembelajaran bahasa ditentukan oleh (1) tujuan yang realistis dapat diterima oleh semua pihak, (2) sasaran dan organisasi yang baik, (3) intensitas pembelajaran yang relatif tinggi, (4) kurikulum dan silabus yang tepat guna. Sejalan dengan hal tersebut maka secara teoretis dalam pembelajaran bahasa Indonesia, buku teks pelajaran dituntut untuk bisa mendukung dan mengantarkan siswa pada kematangan emosional, sosial, dan intelektual. Selain itu, buku teks pelajaran juga diharapkan memberikan pengetahuan yang universal mengenai kata-kata umum dan khusus, baik yang berhubungan dengan istilah kebahasaan maupun yang berhubungan dengan pelajaran lain.
Buku teks pelajaran juga perlu mencerminkan proses yang meliputi kegiatan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Jenis keterampilan yang menjadi pembelajaran adalah terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis. Selain itu, keterampilan kebahasaan dan apresiasi sastra juga perlu dikembangkan.
Berdasarkan pengalaman, fakta menunjukkan bahwa terjadi pengurangan alokasi waktu untuk pelajaran bahasa Indonesia, utamanya di SMP dan SMA. Hal ini diikuti dengan pengurangan pelajaran sastra atau apresiasi sastra. Ternyata tidak hanya itu, karena fakta membuktikan siswa kelas X SMK N 1 Miri Kabupaten Sragen masih mengalami kesulitan dalam keterampilan kebahasaan. Bentuk kesulitan itu terletak pada penulisan huruf kapital, penggunaan tanda baca koma, penggunaan tanda baca titik, dan pemenggalan kata.
Selain itu, selama kurang lebih satu semester mengamati siswa kelas X SMK N 1 Miri, ternyata perbendaharaan kata yang dimiliki sangat minim. Dalam pembelajaran kadang guru harus mencari sinonim sebuah kata dalam bahasa Jawa. Padahal kata itu sebenarnya bukan termasuk istilah, melainkan sudah umum. Hal ini terbukti juga ketika siswa diminta untuk membuat paragraf, kosakata yang digunakan cenderung diulang-ulang.
Permasalahan di kelas XI berbeda. Kelas XI hanya memiliki waktu belajar satu semester atau enam bulan. Sementara semester atau bulan yang lain digunakan untuk PKL atau Praktik Kerja Lapangan. Artinya siswa mengalami pemberian materi dengan model kilat khusus. Materi yang seharusnya ditempuh selama satu tahun, hanya ditempuh selama enam bulan. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi kompetensi berbahasa siswa.
Sedangkan untuk kelas XII terdapat kendala dalam mengerjakan soal-soal latihan Ujian Nasional. Kendala itu karena bacaan yang relatif panjang. Siswa kelas XII selalu mengeluh ketika diminta untuk mengerjakan soal-soal seperti itu. Ketika ditanya pada bagian apa kesulitan yang dihadapi, siswa selalu mengatakan tidak mengerti maksudnya. Ini mengindikasikan bahwa bacaan tersebut memiliki tingkat keterbacaan yang rendah bagi siswa kelas XII SMK N 1 Miri.
Sangat menarik ketika Pemeritah Daerah Kabupaten Sragen membagikan buku teks pelajaran yang berjudul “Memahami Bahasa Indonesia SMK Untuk Kelas X, XI, dan XI Bidang Keahlian Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Bangunan” karya Euis Honiatri dan diterbitkan oleh ARMICO, Bandung. Buku ini digunakan di SMK N 1 Miri. Setiap kali diminta untuk mengerjakan soal bacaan, siswa selalu mendapat nilai jelek. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keterbacaan buku serta kualitas buku tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) bagaimanakah tingkat keterbacaannya, 2) bagaimanakah keseimbangan aspek-aspek pembelajaran yang ada di dalamnya, 3) bagaimanakah keterkaitan antarkomponen pembelajaran yang ada dalamnya, 4) bagaimanakah kesesuaian buku dengan kurikulum yang diberlakukan pemerintah, dan 5) bagaimanakah pandangan guru bahasa Indonesia terhadap buku tersebut?
Adapun tujuan umum penelitian ini untuk mendeskripsikan, mengeksplanasikan, dan mengevaluasi kualitas buku teks pelajaran “Memahami Bahasa Indonesia SMK Untuk Kelas X, XI, dan XII Bidang Keahlian Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Bangunan”.
Adapun tujuan khususnya: 1) mendeskripsikan dan mengeksplanasikan tingkat keterbacaan wacana yang digunakan dalam buku, b) mendeskripsikan dan mengeksplanasikan keseimbangan komponen pembelajaran yang ada di dalamnya, c) menjelaskan keterkaitan antarkomponen pembelajaran yang ada di dalamnya, d) mendeskripsikan dan mengeksplanasikan kesesuaian isi buku dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan atau dalam hal ini kurikulum yang diberlakukan pemerintah; dan
e)                  mendeskripsikan dan mengeksplanasikan pandangan guru bahasa Indonesia terhadap buku teks pelajaran tersebut.

B.                 PEMBAHASAN
Bacon (dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, 1986: 11) menyatakan bahwa buku teks pelajaran adalah buku yang dirancang, dipersiapkan, dan disusun oleh para pakar dalam bidangnya serta dilengkapi dengan sarana pengajaran yang sesuai untuk digunakan di dalam kelas.
Textbook is a teaching tool (material) which presents the subject matter defined by the curriculum (Obrazovni, 2009).
Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan (Permendiknas No. 2 Tahun 2008).
Cunningsworth (1993: 3) menyatakan ada delapan hal yang perlu diperhatikan dalam memilih coursebooks, yaitu a) aims and approaches, b) design and organization, c) language content, d) skills, e) topic, f) methodology, g) teacher’s book, and h) practical considerations.
Ciri buku teks pelajaran: 1) berkaitan dengan beberapa bidang ilmu tertentu, 2) dikaitkan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan, 3) ditulis oleh penulis yang ahli di bidangnya dan menguasai permasalahan, 4) disusun untuk menunjang suatu program pembelajaran. Dalam bahasa Indonesia terdapat buku teks pelajaran yang menunjang pengajaran sastra, pengajaran kebahasaan, dan keterampilan berbahasa, 5) dijadikan acuan bersama oleh para guru dan institusi yang terkait, 6) ditulis untuk tujuan tertentu, dan 7) dilengkapi dengan sarana pengajaran, misalnya berupa pita rekaman.
Untuk mengetahui tingkat keterbacaan buku dilakukan tes isi rumpang. Prosedur pelaksanaan seperti yang diuraikan Mayer (1999) “The Cloze test measures students' comprehension abilities by giving them a short text, with blanks where some of the words should be, and asking them to fill in the blanks.”
Hal ini senada dengan teori Gestalt dalam Taylor (1953) “A cloze test (also cloze deletion test) is an exercise, test, or assessment consisting of a portion of text with certain words removed (cloze text), where the participant is asked to replace the missing words. Cloze tests require the ability to understand context and vocabulary in order to identify the correct words or type of words that belong in the deleted passages of a text.”
Berikut ini tabel tingkat kemampuan siswa dan tingkat kemudahan bacaan
Tingkat kemampuan siswa memahami bacaan
Skor close/TIR
(%)
Tingkat kemudahan bacaan dibaca
Frustasi
Intruksional
Mandiri
0-39
40-59
60-100
Sukar
Sedang
Mudah

Kualitas buku teks pelajaran berdasarkan BSNP (PP No. 19/2005 pasal 43 ayat 5) meliputi berikut ini.
1.    Kelayakan isi yang terdiri dari: a) kesesuaian materi dengan SK dan KD, b) keakuratan materi, c) kemutakhiran materi, d) mendorong keingintahuan, dan e) terdapat pengayaan.
2.    Kelayakan bahasa yang a) lugas, b) komunikatif, c) dialogis dan interaktif, d) kesesuaian dengan perkembangan peserta didik, e) kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia, dan f) penggunaan istilah, symbol, ikon yang jelas.
3.    Kelayakan penyajian yang berupa a) teknik penyajian, b) pendukung penyajian,c) kebermaknaan dan kebermanfaatan, dan d) koherensi dan keruntutan alur pikir.
4.    Kelayakan kegrafikaan yang meliputi a) penekanan, b) ringkas, c) berhubungan, d) jelas, e) mudah dipahami, dan f) konsistensi.
Adapun dalam penilaian buku teks pelajaran harus memperhatikan 1)  kurikulum yang berlaku, 2) karakteristik mata pelajaran, 3) hubungan antara kurikulum, mata pelajaran, dan buku teks pelajaran, 4) dasar-dasar penyusunan buku teks pelajaran, 5) kualitas buku teks pelajaran, 6) prinsip-prinsip penyusunan buku teks pelajaran, dan 7) penyeleksian buku teks pelajaran.
Dalam keberhasilan pembelajaran bahasa ditentukan tiga faktor (Henry Guntur Tarigan, 2009: 2), yakni  pembelajar bahasa, pengajar bahasa, dan sistem pengajaran bahasa. Pembelajar bahasa terkait dengan motivasi, relevansi, dan harapan pembelajar bahasa. Sedangkan pengajar bahasa meliputi profesionalitas, penghargaan terhadap pembelajar, dan motivasi pengajar. Sementara sistem pengajaran bahasa berhubungan dengan tujuan yang realistis, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pengajaran yang relatif tinggi, dan kurikulum dan silabus yang tepat guna.
SMK N 1 Miri merupakan salah satu Unis Sekolah Baru atau USB yang ada di wilayah Sragen. Meski baru meluluskan dua kali, tetapi selalu memenangkan Lomba Kompetensi Siswa tingkat Kabupaten dan maju di tingkat provinsi. Terutama LKS Otomotif. Tahun 2009 SMK N 1 Miri mendapat predikat kreatif inovatif karena mampu membuat mobil ‘tamiya’ yang sempat dinaiki oleh Gubernur Jawa Tengah, Bapak Bibit Waluyo.
Letaknya yang strategis karena agak jauh dari jalan raya, merupakan daya tarik tersendiri bagi para calon siswa. Sekolah yang memiliki luas 2,2 Ha ini sekarang memiliki 25 kelas dengan 4 kejuruan, yakni teknik otomotif, teknik listrik pemakaian atau elektro, teknik gambar bangunan, dan multimedia.
Perlu diketahui bahwa siswa SMK N 1 Miri berasal dari berbagai daerah. Mayoritas pekerjaan orang tua mereka adalah bertani, yakni 579 dari 910. Rata-rata pendidikan orang tua adalah SD atau sekolah dasar, yakni 479.
Meski tergolong baru, SMK N 1 Miri telah memiliki laboratorium yang lengkap untuk praktik tiap kejuruan. Waktu belajar efektif dari 07.00 sampai 14.15 WIB. Jadwal yang begitu padat membuat siswa tidak banyak memanfaatkan keberadaan perpustakaan. Hal ini terlihat dari mulai tahun ajaran baru 2009/2010, sejak Juli 2009 sampai April 2010 jumlah pengunjung perpustakaan hanya 295 siswa. Sedangkan jumlah peminjam atau pengguna buku hanya 896 buku, itu pun buku pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan seluruh buku yang ada di perpustakaan, baik buku umum maupun referensi berjumlah 3.467 buku.
Teknik pengunpulan data dilakukan dengan tes isi rumpang, wawancara, dan analisis dokumen. Sedangkan teknik cuplikan menggunakan purposive sampling. Hal ini terkait dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan strategi studi kasus.  Triangulasi data digunakan dalam validitas data. Dalam hal ini guru bahasa Indonesia di SMK N 1 Miri, dan dua guru senior SMK lain di Sragen yang berprogram keahlian teknik industri. Sedangkan teknik analisis data menggunakan cara mengelompokkan dan menganalisis secara interaktif.
Untuk buku teks pelajaran kelas X diperoleh hasil sebagai berikut.
Buku ini terdiri dari 5 pelajaran. Pada tiap pelajarannya dibagi dalam beberapa bagian dengan menggunakan huruf dari A sampai F. Lebih jelasnya berikut sistematika buku kelas X secara umum.
Halaman Judul
Kata Pengantar
Petunjuk Penggunaan Buku
Daftar Isi
Deskripsi Pembalajaran
Pelajaran 1, bertema Sosial
Pelajaran 2, bertema Kesehatan
Pelajaran 3, bertema Teknologi
Pelajaran 4, bertema Teknologi Lingkungan
Pelajaran 5, bertema Ragam Bahasa
Lampiran Contoh Sebagian Soal UKBI
Daftar Pustaka
Adapun hasil yang lain seperti berikut ini.
a.                   Tingkat keterbacaan rendah (29,55 %). Siswa merasa frustasi atau mengalami kesulitan ketika berusaha untuk memahami bacaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa bacaan termasuk dalam kategori sukar. Hasil ini diperoleh setelah siswa melaksanakan tes isi rumpang atau TIR.
b.                  Keseimbangan aspek-aspek pembelajaran tidak merata. Aspek pembelajran dominan pada keterampilan membaca dan keterampilan berbicara. Sementara keterampilan kebahasaan dan apresiasi sastra sangat minim.
c.                   Keterkaitan antarkomponen pembelajaran. Secara keseluruhan antarkomponen dalam buku ini tidak berkaitan. Namun demikian, ada beberapa subpelajaran yang terkait. Meski pun demikian, tema yang sama telah melatari bacaan pada tiap pelajaran. Hal ini bisa dilihat pada bagan pelajaran 3 berikut ini.
Bagan Hubungan antar-aspek Pembelajaran Kelas X
A.    Membedakan Proses dan Hasil

B.    Merespons Kaidah Bahasa: Singkatan dan Akronim

C.    Memahami Informasi Tulis, Grafis, dan Matriks


Tema: Teknologi
D.    Teknik Membaca Cepat untuk Pemahaman dan Membuat Catatan


E.    Membuat Narasi

F.     Ungkapan Idiomatik Pada Teks Lirik Lagu dan Teks Iklan

d.                  Kesesuaian dengan kurikulum. Buku ini kurang sesuai dengan keadaan SMK N 1 Miri yang terletak di Kabupaten Sragen. Artinya, unsur kedaerahan tidak diangkat sama sekali. Padahal seharusnya melalui pelajaran bahasa Indonesia, mampu mendorong siswa untuk membangun daerahnya.
e.                   Pandangan guru bahasa Indonesia.  Para guru sebagai informan menyatakan bahwa isi buku belum sesuai dengan kurikulum. Juga judul dan subjudul belum memberikan gambaran isi buku. Selain itu, alat bantu ajar bagi siswa tidak tersedia. Dan penyajian bahan kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
Buku teks pelajaran kelas XI terdiri dari 5 pelajaran. Tiap pelajaran terdiri dari beberapa bagian yang ditandai dari A sampai F. Berikut ini sistematika buku secara umum.
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Petunjuk Penggunaan Buku
Deskripsi Pembalajaran
Pelajaran 1, bertema Teknologi Informasi
Pelajaran 2, bertema Mobil
Pelajaran 3, bertema Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Pelajaran 4, bertema Lingkungan Kerja
Pelajaran 5, bertema Bangunan dan Pertukangan
Daftar Pustaka
Adapun untuk buku teks pelajaran kelas XI diperoleh hasil sebagai berikut.
a.                   Tingkat keterbacaan rendah (30,37 %). Artinya, sama dengan kelas X bahwa siswa mengalami kesulitan atau frustasi ketika mencoba memahami bacaan. Itu berarti bacaan dalam buku ini juga masuk dalam kategori sukar.
b.                  Keseimbangan aspek-aspek pembelajaran dalam buku tidak merata. Aspek dominan pada keterampilan menulis dan keterampilan berbicara. Sementara pengayaan masih kurang.
c.                   Keterkaitan antarkomponen pembelajaran sangat longgar. Bahkan boleh dikatakan secara keseluruhan aspek pembelajaran tidak berkaitan. Walaupun demikian, ada beberapa subpelajaran yang terkait. Namun demikian, tema yang sama telah melatari bacaan dalam buku ini. Hal ini dapat dilihat pada bagan pelajaran 2 berikut ini.
A.    Simpulan Informasi dalam Bentuk Lisan dan Tulis Termasuk Memberikan Pendapat atau Opini

B.    Memahami Perintah Kerja Tertulis Berupa Memorandum, Disposisi, Buku Manual Kerja

C.    Menerapkan Pola Gilir dalam Berkomunikasi


Tema: Mobil
D.    Membuat Deskripsi


E.    Membaca Cerita Pendek serta Menulis Bahasan atas Bacaan Itu

d.                  Kesesuaian dengan kurikulum, kurang sesuai dengan keadaan SMK N 1 Miri yang terletak di Kabupaten Sragen. Hal ini terkait dengan otonomi daerah dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam hal ini sekolah diharapkan mengembangkan silabus yang sesuai dengan dan mendukung potensi daerah yang dimiliki.
e.                   Pandangan guru bahasa Indonesia. Para guru sebagai informan menyatakan bahwa penyajian bahan ajar masih kurang. Ternyata penyajian buku belum sesuai dengan prinsip pembelajaran dan belum sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Ditambah lagi dalam buku ini tidak terdapat alat bantu ajar bagi siswa. Bahkan kosakata yang digunakan kurang cocok bagi siswa.
Sedangkan untuk buku teks pelajaran kelas XII sebagai berikut. Buku terdiri dari 4 pelajaran saja. Tiap pelajaran terdiri dari beberapa bagian yang diberi tanda A sampai F. Adapun sistematika secara umum dapat dilihat seperti berikut ini.
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Deskripsi Pembalajaran
Pelajaran 1, bertema Teknobiz
Pelajaran 2, bertema Komunikasi
Pelajaran 3, bertema Ketenagakerjaan
Pelajaran 4, bertema Infotekno
Daftar Pustaka
Adapun untuk buku teks pelajaran kelas XII diperoleh hasil seperti berikut ini.
a.                   Tingkat keterbacaan sedang (41,43 %). Artinya, tingkat kemampuan siswa dalam memahami bacaan bersifat instruksional. Hal ini dapat pula dikatakan bahwa bacaan relatif mudah.
b.                  Keseimbangan aspek-aspek pembelajaran dalam buku ini tidak merata. Aspek pembelajaran dominan pada keterampilan menulis dan apresiasi sastra.
c.                   Keterkaitan antarkomponen pembelajaran bersifat longgar. Hal ini dapat dilihat seperti pada bagan berikut.
A.    Memahami Makna Kata atau Ungkapan Idiomatik dalam Karya yang Didengar

B.    Reaksi Verbal (Bertanya, Berkomentar/Tanggapan) Diberikan terhadap Apa yang Dibaca

C.    Membaca Novel dan Menulis Bahasan atas Bacaan itu


Tema: Komunikasi
D.    Mengungkapkan Isi Sebuah Teks Prosa dan Diceritakan Kembali


E.    Surat Penawaran

F.     Surat Pesanan
Secara keseluruhan aspek pembelajaran dalam buku ini tidak berkaitan. Akan tetapi, ada beberapa subpelajaran yang terkait. Namun demikian, tema yang sama telah melatari bacaan dalam buku ini.
d.                  Kesesuaian isi buku dengan kurikulum kurang. Hal ini terkait dengan keadaan SMK N 1 Miri yang mayoritas siswanya berlatar belakang petani. Begitu luasnya tanah ‘tidur’ di wilayah Sragen. Hal ini seharusnya digali kebermanfaatannya melalui kurikulum di SMK. Buku teks pelajaran ini jauh dari itu.
e.                   Pandangan guru bahasa Indonesia. Para guru sebagai informan menyampaikan bahwasannya buku ini kurang sesuai dengan prinsip pembelajaran. Selain itu, buku ini juga tidak sesuai dengan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Penyajian bahan dalam buku ini kurang menarik. Secara teknis, kualitas buku teks pelajaran ini rendah. Pendukung lain dalam buku ini juga masih kurang.

C.     PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keterbacaan rendah buku teks pelajaran ini dalam kategori rendah. Aspek-aspek pembelajaran berupa keterampilan kebahasaan dan keterampilan berbahasa kurang seimbang. Hubungan antarkomponen pembelajaran bersifat longgar meski tema bacaan sama. Isi buku teks pelajaran ini kurang sesuai dengan kurikulum KTSP yang menggunakan metode multistrategi dan multimedia. Guru menganggap buku ini ditangguhkan penggunaannya.
Implikasi dari penemuan di atas bahwa guru dan penulis buku perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keterbacaan. Guru tidak harus terikat pada satu buku. Sebaiknya buku yang digunakan sudah lolos BSNP.
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan terkait dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan buku teks pelajaran ini.
1.    Penulis hendaknya memperhatikan aspek pembelajaran berupa kemampuan atau keterampilan  kebahasaan. Seorang penulis harus mampu menyeimbangkan aspek pembelajaran dalam buku teks pelajaran yang ditulisnya. Selain itu, penulis harus dapat lebih mengaitkan antarkomponen pembelajaran yang terdapat dalam buku tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan penulis adalah menyusun buku yang  disesuaikan dengan alokasi waktu. Untuk buku kelas XII lebih difokuskan pada ujian nasional.
2.    Guru hendaknya memberikan bimbingan dalam menggunakan buku teks pelajaran. Selain itu, guru juga diharapkan merasionalisasi aspek pembelajaran berupa keterampilan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat menyusun buku sendiri sesuai dengan keadaan sekolah. Namun demikian, bila memang belum dapat menyusun buku sendiri, guru dapat menggunakan buku yang sudah lolos BSNP. Semua guru diharapkan memanfaatkan keberadaan perpustakaan sekolah.
3.    Sekolah hendaknya menyediakan buku yang ditetapkan Pusbuk sehingga dari segi kualitas sudah standart. Sekolah diharapkan mmperhatikan pengelolaan perpustakaan sehingga siswa tertarik untuk ke perpustakaan. Sedapat mungkin sekolah turut memperhatikan kebermanfaatan dan kebermaknaan keberadaan perpustakaan.
4.    Kepada peneliti lain diharapkan ada perbaikan instrumen penelitian sehingga hasilnya benar-benar akurat.
5.    Pemerintah daerah Kabupaten Sragen dalam hal ini melalui Departemen Pendidikan Nasional tidak sembarangan dalam membeli buku teks pelajaran. Hendaknya mengacu pada Pusbuk.


Referensi
Abdul Syukur Ibrahim (Ed.). 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Andayani. 2009. Pendekatan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Salatiga: Widya Sari Press.
Arcaro, Jerome S. 2007. Quality in Education: An Implementation Handbook. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bambang Yudi Cahyono. 1999. Content Area Textbooks as Sources for Vocabulary Learning. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), Vol 6 (1999) (diunduh 22 Januari 2010, pukul 22:30 WIB).
Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing Your Coursebook. Oxford: Heinemann.
Chiappetta, Eugene L. dan David A. Fillman. 2007. Analysis of Five High School Biology Textbooks Used in the United States for Inclusion of the Nature of Science. International Journal of Science Education, Volume 29, Issue 15 December 2007 , pages 1847 – 1868 (diunduh 10 Januari 2010, pukul 20:00 WIB).
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Mayer,Richard.E.1999.http://www.psych.ucsb.edu/~mayer/fifth_dim_website/PDF_files/ct_admin.pdf. (diunduh 22 Januari 2010, pukul 17:33 WIB).
Obrazovni.2009.http://www.carnet.hr/referalni/obrazovni/en/iom/littextbook/com.html (diunduh 22 Januari 2010, pukul 16:33 WIB).
Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.




No comments:

Post a Comment