Sunday, June 9, 2013

Instrumen Penilaian Keterampilan Berbicara Mahasiswa Melalui Diskusi Kelompok



A.      Kajian Teori
1.    Keterampilan Berbicara
Semua orang pasti pernah berbicara. Berdasarkan situasinya, berbicara meliputi: bicara resmi atau formal dan tak resmi atau non-formal. Pembedaan ini menyangkut beberapa kriteria, antara lain kebakuan pada bahasa yang digunakan. Menurut Gagne dalam Dahar (1989: 134), seseorang dikatakan terampil apabila memiliki kemampuan. Kemampuan ini berupa penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar, yaitu (1) kemampuan yang berhubungan dengan intelektual, (2) kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan strategi kognitif, (3) kemampuan yang berhubungan dengan sikap, (4) kemampuan yang berhubungan dengan informasi verbal, dan (5) kemampuan yang berhubungan dengan motorik.
Lazaraton (2001: 104) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa sangat berpengaruh dalam keterampilan berbicara, seperti yang dinyatakan berikut ini.
suggests that oral communication is based on four dimensions or competences: grammatical competence (phonology, vocabulary, word and sentence formation …); sociolinguistic competence (rules for interaction, social meanings); discourse competence (cohesion and how sentences are like together); and strategic competence (compensatory strategies to use in difficult strategies).

Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dikatakan terampil berbicara jika setidaknya memiliki empat kompetensi, yakni gramatikal, sosiolinguistik, analisis wacana, dan strategi. Oleh karena itu, faktor penguasaan terhadap bahasa tidak dapat diabaikan begitu saja.
Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa “berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak.” Menurut Nunan (2011: 48) “Speaking is a productive aural/oral skill and it consists of producing systematic verbal utterances to convey meaning.” Berbicara merupakan kemampuan memproduksi ujaran secara lisan dan sistematis untuk menyatakan suatu maksud tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa keterampilan berbicara dilakukan secara sistematis, runtut, dan terpola. Pembicaraan ini sendiri bertujuan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
Djiwandono (2011: 118) menyatakan bahwa “berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan.” Sasaran tes berbicara meliputi: a) relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah, atau topik, b) kejelasan dan kerapian pengorganisasian isi, dan c) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan, dan pendengar.
Berbicara didefinisikan sebagai proses kompleks berupa mengirim dan menerima pesan melalui lisan. Dalam hal ini juga melibatkan simbol-simbol nonverbal seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah. Hedge (2000: 261) menyatakan bahwa berbicara adalah “a skill by which they (people) are judged while first impressions are being formed.”
Chaney dalam Kayi (2006) menyatakan bahwa berbicara adalah “the process of building and sharing meaning through the use of verbal and non-verbal symbols, in a variety of contexts.” Elemen penting dalam berbicara adalah kemampuan bahasa dan kemampuan mengolah bahasa itu sendiri dan penampilan. Penampilan itu meliputi 1) kefasihan (fluency), 2) ketepatan (accuracy), dan 3) strategi komunikasi (oral communicative strategies). Adapun ketepatan yang dimaksud meliputi: tata bahasa (grammar), kosakata (vocabulary), dan pelafalan (pronunciation). Sedangkan strategi komunikasi yang dimaksud meliputi: strategi pencapaian (achievement strategies) misalnya dengan menebak-nebak (guessing strategies) atau dengan parafrasa (paraphrase strategies) atau dengan menggabungkan keduanya.
Berdasarkan berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan aktivitas untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

2.    Komunikasi di  Kelas
Secara etimologis, komunikasi berasal dari communicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Claude Shannon dalam Zamroni (2009: 4) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampai informasi, ide, perasaan (emosi), keahlian, dan lainnya melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, bentuk, dan grafik.
Menurut Thomas (1987: 7) “interaction means acting reciprocally, acting upon each other.” Interaksi mengandung pengertian hubungan komunikasi timbal balik. Dalam komunikasi dikenal istilah komunikan dan komunikator. Hubungan antara komunikan dan komunikator adalah berhubungan dengan pesan (message) yang hendak disampaikan. Di dalam menyampaikan pesan diperlukan media atau sarana yang sering diistilahkan (channel). Saluran pesan ini dapat berupa tulis dan lisan. Dengan demikian dalam komunikasi agar dapat berlangsung harus ada: komunikator, komunikan, pesan, dan saluran atau media (Sumiati dan Asra, 2007: 67).
    Sementara itu Thibaut dan Kelly (1979) di dalam Asrori (2007: 107) mendeinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain dengan menghadirkan dua orang atau lebih secara bersama-sama. Interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami. Individu-individu itu saling mempengaruhi satu sama lain secara serentak.
Berikut ini pengertian komunikasi menurut Richmond dkk (2009: 1) “communication is defined as the process of the teacher establishing an effective and affective communication relationship with the learner so that the learner has the opportunity to achieve the optimum of success in the instructional environment.” Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Kesuksesan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Komunikasi yang efektif dapat membangun rasa percaya diri siswa. Siswa yang memiliki percaya diri tinggi tentu akan mudah dalam menerima materi dan berbagi. Percaya diri yang baik akan membantu siswa dalam menyampaikan ide-idenya. Siswa tidak merasa takut dan malu untuk menyampaikan isi hatinya.
Menurut Rivers (1987: 6) menyatakan “communicative interaction” as: the reciprocal exchange of information by learners who employ a number of strategies and convey a meaningful message to achieve a shared purpose”. Komunikasi merupakan sarana untuk berbagi informasi. Proses komunikasi itu sendiri bergantung pada cara dan kebermaknaannya. Semakin tepat cara yang digunakan, maka semakin efektif komunikasi itu dilakukan. Demikian pula semakin komunikasi itu bermakna, maka semakin efektif pula komunikasi dilakukan. Kebermaknaan komunikasi sangat terkait dengan maksud dilakukannya komunikasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan atau dituju.
Thomas (1987: 16) menyatakan “communication is achieved by means of a varienty of resources. Participants in classroom communication can draw both on language and on non-verbal resources in the same way as they can in any other social situation.” Komunikasi tidak melulu pada bahasa. Ada faktor lain yang turut mempengaruhi keberhasilan dalam berkomunikasi, yakni faktor nonbahasa. Faktor nonbahasa dapat berupa hal-hal yang terkait langsung dengan para komunikan dan faktor sosial yang terjadi pada saat komunikasi.
Berdasarkan berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi di kelas merupakan hubungan timbal balik antara guru dengan siswa dengan memperhatikan faktor bahasa dan nonbahasa.

3.    Diskusi Kelompok
Diskusi merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun besar. Diskusi bertujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah (Saddhono, 2012: 45). Berikut ini arti diskusi menurut Dillon (1994: 8).

“a particular form of group interaction where members join together in addressing a question of common concern, exchanging and examining different views to form their answer, enhancing their knowledge or understanding, their appreciation or judgement, their decision, resolution or action over the matter at issue.”

Tarigan (2008: 40) mengemukakan bahwa diskusi merupakan suatu kegiatan kerja sama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok. Oleh karenanya dalam sebuah diskusi harus ada aturan dan ini telah disepakati oleh seluruh anggota kelompok atau anggota diskusi tersebut.
Dalam sebuah diskusi terdiri atas pemimpin diskusi atau moderator, pemakalah, dan peserta. Moderator merupakan faktor yang turut menentukan kondusif dan tidaknya diskusi itu berlangsung. Tarigan (2008: 49-50) menyebutkan bahwa moderator memiliki tugas:
1.    membuat persiapan yang matang untuk diskusi,
2.    mengumumkan judul atau masalah dan mengemukakan tujuan diskusi,
3.    menyediakan serta menetapkan waktu bagi pendahuluan, diskusi, dan rangkuman singkat yang isisnya tentang simpulan yang dicapai,
4.    memberi kesempatan kepada setiap orang yang ingin mengemukakan pikiran,
5.    menjaga agar minat para peserta tetap besar,
6.    menjaga agar diskusi tetap berjalan, serta
7.    membuat catatan-catatan singkat pada akhir diskusi.
Seorang moderator harus netral. Artinya tidak memihak, baik kepada peserta maupun pemakalah. Supaya dapat menghidupkan diskusi, seorang moderator harus memiliki pengetahuan tentang tema yang sedang didiskusikan. Selain itu, moderator juga harus dapat menyimpulkan dari berbagai pendapat, baik yang disampaikan pemakalah maupun peserta. Moderator harus dapat meramunya menjadi sebuah simpulan.
Faktor lain yang turut mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan sebuah diskusi adalah peserta atau partisipan. Peserta diskusi yang baik hendaknya:
1.    turut mengambil bagian dalam diskusi,
2.    berbicaralah jika moderator sudah mempersilakan,
3.    berbicaralah dengan tepat dan tegas,
4.    harus dapat menyertakan contoh, fakta, dan pendapat ahli dalam setiap pernyataan yang disampaikan,
5.    ikutilah dengan saksama dan dengan penuh perhatian,
6.    dengarkanlah dengan penuh perhatian, serta
7.    cobalah memahami pandangan orang lain.
Peserta diskusi tidak boleh memaksakan pendapatnya. Hal ini akan menyebabkan diskusi berujung pada debat kusir, yakni debat yang tidak ada penyelesaian. Peserta diskusi harus dapat lapang dada menerima perbedaan pendapat, baik dari pemakalah maupun dari peserta lain. Peserta hendaknya mengikuti aturan main diskusi yang telah disepakati bersama pada awal diskusi.
Faktor selanjutnya adalah pemakalah atau pembicara. Sebuah diskusi yang baik jika masalah yang dibahas sudah dipersiapkan sebelumnya. Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan pemakalah.
1.    Memilih pokok pikiran yang menarik hati
2.    Membatasi pokok pembicaraan
3.    Mengumpulkan bahan-bahan
4.    Menyusun bahan, hendaknya meliputi pendahuluan, isi, dan simpulan.
Selain tema, pemakalah harus memperhatikan banyak faktor, misalnya peserta. Namun faktor penting yang harus diperhatikan adalah pada diri pemakalah itu sendiri, terutama terkait faktor bahasa dan nonbahasanya. Hal ini penting karena perbedaan pemahaman terhadap sebuah makna istilah akan berpengaruh pada pemahaman konsep.
Pemakalah pada dasarnya menyampaikan sebuah informasi atau pengetahuan. Oleh karena itu, hendaknya masalah yang dibahas tidak menyimpang dari tema. Selain itu, pemakalah harus dapat menyampaikan permasalahan itu secara sistematis dan runtut. Hal ini akan memudahkan peserta dalam menangkap informasi yang disampaikan. Seperti telah disebutkan di atas, faktor penguasaan terhadap bahasa sangat mempengaruhi keberhasilan pemakalah dalam menyampaikan ide-idenya. Faktor bahasa meliputi: susunan kalimat yang gramatikal, pilihan kata yang tepat, pelafalan yang jelas, dan intonasi yang sesuai.

B.       Konstruk
Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat kompetensi berbahasa. Seseorang dikatakan terampil berbicara apabila memenuhi beberapa syarat, yakni penguasaan materi, penguasaan teknik atau strategi menyampaikannya, penguasaan kebahasaan, penguasaan nonbahasa, dan penguasaan massa.
Diksusi merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa. Dalam diskusi terdapat tiga unsur, yakni moderator, pemakalah, dan peserta. Ketiganya memiliki tugas dan peran sendiri-sendiri.



C.      Indikator
Berikut ini indikator instrumen berdasarkan berbagai teori di atas.
1.      Mahasiswa dapat mengungkapkan pendapat sesuai tema yang dibahas.
2.      Mahasiswa dapat menyampaikan pendapat secara sistematis.
3.      Mahasiswa dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
4.      Mahasiswa dapat melaksanakan perannya dalam diskusi, baik sebagai moderator, pemakalah, maupun peserta.

D.      Kisi-kisi
Tes keterampilan berbicara ini dikategorikan sebagai tes subjektif (Djiwandono, 2011: 55). Dalam sebuah diskusi terdiri dari tiga komponen utama, yakni moderator, pemakalah, dan peserta. Oleh karena itu, kisi-kisi tes keterampilan berbicara ini disesuaikan dengan kesertaannya dalam diskusi.

A.    Pemakalah
No.
Aspek yang Dinilai
Rincian Kemampuan
Nilai
1.
Isi yang relevan
Isi sesuai dan relevan dengan tema yang dibahas.
3
Isi kurang sesuai dan relevan dengan tema yang dibahas.
2
Isi tidak sesuai dan relevan dengan tema yang dibahas.
1
2.
Organisasi yang sistematis
Ide disampaikan dengan sistematis.
3
Ide disampaikan dengan kurang sistematis.
2
Ide disampaikan dengan tidak sistematis.
1
3.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar:


a.    susunan kalimat yang gramatikal
Kalimat yang digunakan sesuai dengan gramatikal.
3
Kalimat yang digunakan kurang sesuai dengan gramatikal.
2
Kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan gramatikal.
1
b.    pilihan kata yang tepat
Tepat dalam menggunakan diksi atau pilihan kata.
3
Kurang tepat dalam menggunakan diksi atau pilihan kata.
2
Tidak tepat dalam menggunakan diksi atau pilihan kata.
1
c.     pelafalan yang jelas
Tepat dalam pelafalan diksi yang digunakan.
3
Kurang tepat dalam pelafalan diksi yang digunakan.
2
Tidak tepat dalam pelafalan diksi yang digunakan.
1
d.   intonasi yang sesuai
Tepat dalam penggunaan intonasi.
3
Kurang tepat dalam penggunaan intonasi.
2
Tidak tepat dalam penggunaan intonasi.
1

B.     Moderator
No.
Aspek yang Dinilai
Rincian Kemampuan
Nilai
1
Membuka dengan mengemukakan masalah dan tujuan diskusi.
Mengemukakan masalah dan tujuan.
3
Mengemukakan salah satu.
2
Tidak mengemukakan keduanya.
1
2
Mengalokasikan waktu
Pengaturan waktu secara proporsional.
3
Pengaturan waktu kurang proporsional.
2
Pengaturan waktu tidak proporsional.
1
3
Memberi kesempatan kepada setiap orang yang ingin mengemukakan pikiran.
Memberi kesempatan kepada setiap peserta.
3
Kurang memberi kesempatan kepada setiap peserta.
2
Tidak memberi kesempatan kepada setiap peserta.
1
4
Menjaga agar minat para peserta tetap besar dan diskusi tetap kondusif.
Memotivasi peserta untuk aktif.
3
Kurang memotivasi peserta untuk aktif.
2
Tidak memotivasi peserta untuk aktif.
1

5
Membuat catatan-catatan singkat pada akhir diskusi.
Membuat ringkasan dengan lengkap.
3
Membuat ringkasan dengan kurang lengkap.
2
Tidak membuat ringkasan.
1

C.    Peserta
No.
Aspek yang Dinilai
Rincian Kemampuan
Nilai
1
Turut mengambil bagian dalam diskusi.
Aktif
3
Kurang aktif
2
Tidak aktif
1
2
Berbicara setelah dipersilakan ketua dengan penyampaian yang tepat dan tegas.
Menyampaikan pendapat setelah dipersilakan ketua dan penyampaiannya tepat serta tegas.
3
Menyampaikan pendapat setelah dipersilakan ketua dan penyampaiannya kurang tepat serta kurang tegas.
2
Menyampaikan pendapat tanpa dipersilakan ketua dan penyampaiannya tidak tepat serta tidak tegas.
1
3
Menyertakan fakta, contoh, atau pendapat para ahli dalam pertanyaan yang diajukan.
Menyertakan fakta, contoh, dan pendapat ahli.
3
Menyertakan salah satunya.
2
Tidak menyertakan ketiganya.
1
4
Bertindak dengan sopan-santun dan bijaksana.
Bertindak dengan sopan-santun dan bijaksana.
3
Bertindak dengan kurang sopan-santun dan kurang bijaksana.
2
Bertindak dengan tidak sopan-santun dan tidak bijaksana.
1
5
Memahami pandangan orang lain.
Mau mendengar dan menerima pendapat orang lain.
3
Kurang menerima pendapat orang lain.
2
Tidak menerima pendapat orang lain.
1

E.       Butir Soal
Petunjuk Soal!
1.      Bentuklah kelompok yang beranggota lima orang!
2.      Tentukan siapa yang menjadi moderator, pemakalah, dan peserta!
3.      Pilihlah satu diantara lima tema berikut lalu diskusikan!
Tema: - Kekuatan yang ada dalam perasaan
-  Kekuatan yang ada dalam pikiran
-  Kekuatan yang ada dalam keinginan
-  Kekuatan yang ada dalam keterpaksaan
-  Kekuatan yang ada dalam kebiasaan
4.      Waktu diskusi 30 menit!






DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dillon, James T. 1994. Using Discussion in Classrooms. Buckingham: Open University Press.
Djiwandono, Soenardijara. 2011. Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa Edisi 2. Indeks: Jakarta.
Hedge, T. 2000. Teaching and Learning in the Language Classroom. Oxford: Oxford University Press.
Kayi, H. 2006. “Teaching Speaking: Activities to Promote Speaking in a Second Language”. The Internet TESL Journal, 11. http://iteslj.org/Techniques/Kayi-TeachingSpeaking.html.
Lazaraton, A. 2001. “Teaching Oral Skills”. In M. Celce-Murcia (Ed.), Teaching English as a second foreign language. Boston: Heinle and Heinle.
Nunan, D. 2003. Practical English Language Teaching. Boston: McGraw Hill.
Richmond, Virginia Peck, Jason S. Wrench, Joan Gorhan. 2009. Communication, Affect, & Learning in the Classroom. USA: Creative Commons.
Rivers, W.M. 1987. Interactive language teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Saddhono, Kundharu dan St. Y. Slamet. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.
Sumiati, dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa: Bandung.

No comments:

Post a Comment