Agar efektif, kepala sekolah dan lain-lain yang bekerja sama dengan guru-guru
memerlukan pemahaman mengenai penelitian tentang pengajaran yang efektif. Pengetahuan
dan pemahaman tentang basis penelitian akan menghasilkan sebuah dasar yang
lebih terdidik bagi pekerjaan yang terus menerus yang dibutuhkan untuk
memperkuat praktik pengajaran guru. Penelitian yang dilakukan dalam sepuluh
tahun terakhir menunjukkan bahwa kualitas guru merupakan salah satu prediktor
yang paling penting untuk prestasi siswa (Darling-Hammond, 1997a, 1997b), dan
pengetahuan guru tentang bidang muatan dan efektivitas dalam metode pengajaran
berkorelasi dengan prestasi siswa (Strahan, 2003; Stronge dkk., 2004). Dengan
Undang-Undang Tidak Ada Anak Tertinggal, setiap negara harus menjamin seorang
guru sangat memenuhi kualifikasi sebelum diangakt, dan pada tahun 2006, para
guru dalam sistem tersebut harus disertifikasi sebagai sangat memenuhi
kualifikasi dalam pelajaran dan tingkat kelas yang mereka ajar.
Pengajaran merupakan pekerjaan utama guru dan seharusnya menjadi dasar
bagi penilaian pengajaran dan pembelajaran di kelas baik bagi guru maupun
siswa. Penilaian tentang pengajaran seharusnya hanya terjadi pada apa yang
seorang guru lakukan di kelas karena pengajaran berkembang atau ketika suatu jumlah
dihasilkan dari waktu ke waktu dengan para siswa. Orang hanya harus mengamati
dan berbincang-bincang dengan para guru untuk memahami kompleksitas kerja
mereka. Mungkin dengan melihat apa yang disebutkan oleh penyusun Badan Nasional
Standar Pengajaran Profesi (1989) sebagai ‘kebutuhan dasar bagi pengajaran yang
cakap” dapat memberikan sebuah gambaran singkat tentang jangkauan, keluasan,
dan kedalaman keterampolan yang dibutuhkan untuk mengajar:
Sebuah dasar yang luas dalam seni dan ilmu pengetahuan liberal:
pengetahuan tentang subyek yang harus diajarkan; tentang keterampilan yang akan
dikembangkan, dan tentang struktur kurikulum dan bahan-bahan yang menyusun dan
membubuhkan isi itu; pengetahuan tentang metode umum dan khusus subyek untuk
mengajar dan untuk mengevaluasi pembelajaran siswa; pengetahuan siswa dan perkembangan
manusia; keterampilan dalam mengajar siswa secara efektif dari latar belakang
ras, etnik, dan sosial-ekonomi yang beragam; dan keterampilan-keterampilan,
kapasitas dan kecenderungan untuk mempergunakan pengetahuan semacam itu secara
bijaksana demi kepentingan siswa. (hal. 13)
Berbagai macam keterampilan dan pengetahuan yang dalam yang diperlukan
untuk menjadi guru yang cakap dan ulung sangat luas jangkauannya, seperti
halnya cara-cara dimana para guru belajar tentang bagaimana cara mengajar.
Dengan mengetahui kompleksitas dalam membangun dan mengembangkan berbagai
keterampilan, kemampuan, dan watak (kecenderungan) yang dibutuhkan oleh guru
dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk melahirkan momentum bagi guru-guru yang
ingin terus tumbuh dan berkembang, Badan Nasional untuk Standar Pengajaran
Profesional yang ditawarkan.
Penyebutan ini mengungkapkan basis yang luas bagi keahlian dalam
pengajaran tetapi menyembunyikan kompleksitas, ketidakpastian, dan dilema
tentang pekerjaan. Pengetahuan formal yang diandalkan oleh para guru
terakumulasi, namun kurang memberikan panduan dalam banyak situasi. Pengajaran
pada akhirnya memerlukan penilaian, improvisasi dan percakapan tentang cara dan
tujuan. Kualitas manusia, pengetahuan dan keterampilan ahli, dan komitmen profesional
bersama-sama menyusun keutamaan dalam keterampilan ini. (hal. 3).
Karena pengajaran kompleks dengan berbagai macam faktor yang
mempengaruhi pengajaran, para pengawas didorong
untuk tidak berpikir secara mutlak tentang apa yang efektif atau mundur ke
pepatah, ‘pengajaran yang baik adalah pengajaran yang baik’ sambil menilai
pengajaran.
Untuk menyusun pikiran-pikiran tentang pengajaran yang efektif dan
pekerjaan yang dituntut untuk dilakukan oleh administratur untuk menilai
pengajaran, hal-hal berikut ini ditawarkan: “guru belajar secara terbaik dengan
mempelajari, melakukan dan merefleksikan; dengan berkolaborasi dengan para guru
lainnya; dengan memperhatikan siswa dan pekerjaan mereka; dan dengan berbagi
apa yang mereka lihat” (Darling-Hammond, 1998, hal.6).
Sebagian besar penelitian awal tentang pengajaran terpusat kepada
pengaruh pengajaran, dan faktor-faktor utama yang selalu menunjukkan pengajaran
yang efektif meliputi
- waktu bertugas yang dipertahankan (Brophy, 1986; dll)
- penentuan kurikulum dan pengajaran (Berliner, 1984)
- Alokasi waktu dan pengelolaan waktu (Good & Brophy, 1986)
- Harapan yang tinggi (Edmonds, 1986; Guskey, 1982)
- Transisi yang cekatan (Emmer, Evertson, & Anderson 1980; dll)
- Strategi pengelolaan kelas dan disiplin yang jelas yang diterapkan secara wajar dan konsisten (Emmer dkk. 1980; dll).
Generasi prinsip pengajaran yang efektif berikutnya muncul, yang
menempatkan guru sebagai pembuat keputusan dan pemecah masalah (Hunter, 1988).
Guru-guru yang efektif ‘mencari kesesuaian’ sehingga mereka dapat ‘membedakan
rencana pengajaran dengan prosedur untuk tidak hanya mengakomodasi
perbedaan-perbedaan pada siswa, melainkan juga perbedaan dalam pokok bahasan,
berbagai tujuan pembelajaran di dalam suatu bidang subyek, sumber pengajaran
yang tersedia dan waktu yang tersedia untuk pengajaran”.
Dikeluarkannya A Nation at Risk:
The Imperative for Educational Reform oleh Komisi Keutamaan dalam
Pendidikan Nasional pada tahun 1983
mengangkat pembahasan tentang efektivitas dan kualitas guru, dan alasan bahwa
pengetahuan guru itu penting guna meningkatkan pembelajaran siswa mulai mengakar
pada akhir tahun 1980an. Sesudah diterbitkannya A Nation Prepared: Teachers for the 21st Century (Carnegie
Forum on Education, 1986), Badan Nasional Standar Pengajaran Profesional
(NBPTS) dibentuk (Danielson, 1996). Keyakinan dan pandangan NBPTS adalah bahwa
kualitas guru dan prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan menaikkan standar,
memperkuat program persiapan pendidikan, yang menuntut para guru untuk
berpartisipasi dalam penilaian berbasis kinerja dan akhir-akhir ini terfokus
kepada hasil pengajaran. Lima masalah intinya (lihat Tabel 5.1) dikembangkan
untuk membantu dalam mengidentifikasi dan mengenali para guru yang ‘secara
efektif meningkatkan pembelajaran siswa dan menunjukkan tingkat pengetahuan,
keterampilan, watak dan komitmen yang tinggi.
Tabel 5.1 Dalil-dalil inti tentang Guru Yang
Disertifikasi Badan Nasional
1.
Guru
berkomitmen terhadap siswa dan pembelajaran mereka
2.
Guru
mengetahui subyek (pelajaran) yang mereka ajarkan dan bagaimana mereka
mengajarkan pelajaran itu kepada para siswa
3.
Guru
bertanggung jawab untuk mengelola dan memantau pembelajaran siswa
4.
Para guru
berpikir secara sistematis tentang praktik mereka dan belajar dari refleksi
5. Para guru adalah anggota komunitas
pembelajaran.
Sumber: Badan Nasional
Standar Pengajaran Profesional, 1989, hal. 10-11.
Darling-Hammond (1989) melaporkan banyak temuan yang menunjukkan
meningkatnya tingkat prestasi siswa yang terkait dengan keahlian, pendidikan,
kemampuan dan keahlian guru. Pada tahun 1992, Konsorsium Penilaian dan Dukungan
Guru Baru Antar Negara (INTASC) mengeluarkan standar mengenai apa yang
seharusnya diketahui dan mampu dilakukan oleh guru pemula dalam kaitannya
dengan mengajar, menyusun lingkungan belajar dan mengembangkan peran
profesional. Standar INTASC menawarkan sebuah pandangan yang luas mengenai
pengetahuan antar 10 prinsip, dan dimasukkan didalam masing-masing prinsip, ada
sekitar (8-15) standar yang dibagi menjadi pengetahuan, watak, dan standar
kinerja. Walaupun standar INTASC (lihat Tabel 5.2) pada dasarnya dicocokkan dengan
para guru pemula, standar tersebut sejajar dengan dasar bagi pengajaran yang
efektif pada jenjang karir.
Tabel 5.2 Standar INTASC
Standar 1-Pokok Bahasan
Guru memahami konsep
inti, alat penelitian, dan struktur disiplin yang ia ajari dan dapat
menciptakan pengalaman belajar y ang membuat aspek-aspek pokok bahasan tersebut
jadi bermakna bagi para siswa.
Standar 2-Pembelajaran Siswa
Guru harus memahami bagaimana siswa belajar dan
mengembangkan dan harus menyediakan peluang belajar yang mendukung perkembangan
intelektual, sosial dan personal seorang siswa.
Standar 3-Pembelajar yang beragam
Guru harus memahami
bagaimana siswa berbeda dalam pendekatan mereka terhadap pembelajaran dan
menciptakan peluang pengajaran yang diadaptasi kepada siswa yang memiliki latar
belakang beragam dan kebutuhan khusus.
Standar 4 – Strategi Pengajaran
Para guru harus
memahami dan menggunakan berbagai strategi pengajaran untuk mendorong
pengembangan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kinerja
siswa.
Standar 5 – Lingkungan Belajar
Guru harus mampu
menggunakan sebuah pemahaman tentang motivasi individu dan kelompok dan
perilaku untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendorong interaksi sosial
positif, keterlibatan aktif dalam pembelajaran dan motivasi diri.
Standar 6 – Komunikasi
Guru harus mampu
menggunakan pengetahuan tentang teknik komunikasi verbal, non verbal dan media
untuk membantu mengembangkan penelitian inkuiri, kolaborasi dan interaksi
pendukung di kelas.
Standar 7 – Merencanakan Pengajaran
Guru harus mampu
merencanakan dan mengelola pengajaran berdasakan pengetahuan bagi pokok
bahasan, siswa, komunitas dan tujuan kurikulum.
Standar 8 – Penilaian
Guru harus memahami dan
mampu menggunakan strategi penilaian formal dan informal untuk mengevaluasi dan
menjamin pengembangan siswa intelektual, sosial, dan fisik.
Standar 9 – Refleksi dan Pengembangan
Profesional
Guru harus menjadi
seorang praktisi reflektif yang terus menerus mengevaluasi pengaruh pilihan dan
tindakan terhadap orang lain, termasuk siswa, orang tua, dan profesional
lainnya dalam komunitas belajar dan yang aktif mencari peluang bagi pertumbuhan
profesional.
Standar 10 – Kolaborasi, Etika, dan Hubungan
Guru harus mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang tua atau
wali, keluarga, kolega sekolah, dan komunitas (masyarakat) untuk mendukung
pembelajaran dan kesejahteraan siswa.
Sumber: Konsorsium
Penilaian dan Dukungan Guru Baru Antar Negara (1992).
Bersamaan dengan dikembangkannya standar INTASC, standar isi dan kinerja
muncul dalam berbagai disiplin ilmu (misalnya matematika, ilmu pengetahuan, dan
penelitian sosial); yang ditambahkan kedalam standar tersebuut adalah asumsi
ilmiah tentang belajar dan mengajar didalam bidang muatan. Karena standar
muatan bidang pelajaran juga menggambarkan tujuan pembelajaran dan penilaian
kinerja antar tingkatan kelas, pengawas didorong agar memperoleh pengetahuan
tentang mereka.
Danielson (1996) memberikan sebuah pandangan yang lengkap tentang
pengajaran dalam bukunya, Enhancing
Profesional Practice: A Framework for Teaching yang didasarkan kepada
penelitian tentang pengaruh guru. Kerangka Danielson meliputi empat domain
utama sebagai keseluruhan standar yang menyusun pengajaran: (1) perencanaan dan
persiapan, (2) lingkungan kelas, (3) pengajaran, dan (4) tanggung profesional.
Demikian halnya, Stronge dkk (2004) melaporkan basis penelitian untuk menyusun
pengajaran, dan mereka menyimpulkan dari penelitian bahwa guru yang efektif mengatur
secara lebih efektif untuk meningkatkan pembelajaran dan keterlibatan siswa
dengan
- Terfokus kepada pengajaran
- Memaksimalisasi waktu pengajaran
- Berharap siswa berprestasi
- Merencanakan dan membuat pengajaran (hal. 94)
Mengajar dan belajar juga telah dipengaruhi oleh beberapa perkembangan,
aplikasi, dan konsep-konsep lain seperti
- Pengajaran terdiferensiasi (Tomlinson, 1999; dll)
- Teori kecerdasan ganda (Gardner, 1993, 1999)
- Penelitian otak (Berninger & Richards, 2002; dll)
- Pendekatan konstruktivist (Brooks & Brooks, 1993; dll)
- Gaya belajar (Keefe, 1987; dll)
Walaupun konsep yang unik ini memiliki beberapa keumuman yang, apabila
dipadukan kedalam praktik pengajaran dan penilaian, dapat meningkatkan
pembelajaran siswa. Lagipula, strategi-strategi ini dapat diamati dan dinila di
kelas. Praktik pengajaran yang terkait dengan konsep-konsep ini penting. Praktik-praktik
ini memberikan kesempatan bagi para siswa untuk terlibat dalam proses
pembelajaran berdasarkan kebutuhan individu, untuk mendemonstrasikan pembelajaran
dengan cara-cara berbeda yang melengkapi dan mengakomodasi perbedaan siswa, dan
untuk membangun pengetahuan dari keterlibatan dengan cara-cara yang lebih
otentik melalui pemecahan masalah dan bekerja dalam kelompok kecil dan besar
(Darling-Hammond, 1997c; dll).
Karena pengajaran terjadi dalam konteks kelas, penilaiannya, sebagian
terjadi ketika pengajaran terhampar didalam konteks ini. Untuk menilai
pengajaran dan membantu para guru dalam mengembangkan keterampilan mereka,
bentuk-bentuk penilaian pengajaran dan guru berikut ini akan dikaji yaitu:
evaluasi dan pengawasan formatif dan sorotan tentang penilaian di kelas yang
menjanjikan peningkatan pengajaran dan pembelajaran – terutama bagi para guru
yang telah dipercaya untuk mendidik anak-anak. Penilaian ini dapat mengarah
kepada dihasilkannya lebih dari sekedar snapshot tentang pengajaran dukungan
yang meningkatkan pengetahuan ‘para guru’
tentang pembelajaran siswa dan kreativitas pengajaran” (Laursen, 1996,
hal. 54).
No comments:
Post a Comment