KEEFEKTIFAN
DAKWAH MELALUI MEDAI MASA DI ERA GLOBALISASI
LUTFI
MUBAROK
1413324028
A.
Pendahuluan
1.
Latar belakang
Dewasa ini, perkembangan tekhnologi media massa semakin
menghebohkan masyarakat baik yang sifatnya visual,audio,maupun audio visual.
Media massa muncul dengan berbagai macam produk yang ditawarkan terhadap
masyarakat. Baik itu informasi (
politik,ekonomi,budaya), hiburan,pendidikan,iklan dan yang lainnya sesuai
kebutuhan masyarakat.
Kata ‘media” adalah merupakan suatu sarana atau jalan dan
“massa” berarti orang banya ( khalayak). Pengaruh media masa bukan saja
terhadap satu individu melainkan meliputi banyak orang. Media masa mempunyai
dua pengaruh besar terhadap khalayak yaitu pertama positif dan yang kedua
negatif.
Adanya nilai negatif yang ada dalam media massa, telah
banyak mempengaruhi sisi negatif terhadap masyarakat disadari atau tidak. Belom
lama ini, media massa televisi menayangkan subuah acara “Smack Down” dimana
ditayangkan antara satu orang dengan orang lain saling pukul memukul dan menjatuhkan
lawan tanpa adanya belah kasihan. Tayangan tersebut telah mengakibatkan
pengaruh terhadap psikologi khalayak terutama anak-anak yang menbuat anak-anak
berani berbuat hal yang sama terhadap teman atau orang lain. Belom lagi
tayangan-tayangan yang berbau “sek atau pornografi” yang ditampilkan
artis-artis sebagai publik figur, sehinggga membuat anak-anak muda khususnya
rentang untuk mengikutinya baik dari segi pakean yang dikenakannya maupun dari
sikapnya.
2.
Rumusalan masalah
Dari latar belakang di atas, terdapat sebuah permasalahan
bagaimana dakwah yang efektif di era globalisai sekarang ini ?
3.
Tujuan masalah
Dari permasalahan yang ada, bertujuan untuk mengetahui
bagaimana cara berdakwah yang efektif untuk meminimalisir,menyeimbangi dan
mencegah akan dampak negatif yang ada dalam media masa di era globalisasi ini.
B. Pembahasan
1.
Pengertian
Dakwah
Kata dakwah secara etimologi berasal dari
bahasa arab yaitu daa’a, yad’u, da’watan yang berarti memanggil,menyeru dan
mengajak.[1]
Sedangkan dakwah secara terminologi,dakwah islam pada hakikatnya merpakan
aktualisasi imani yang dimenifistasikan ke dalam suatu sistem kegiatan manusia
beriman,yang dilaksanakan secara teratur pada bidang kemasyarakatan untuk
mempengaruhi cara merasa,berfikir,bersikap dan bertindak. Semua itu dilakukan
dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran islam dalam semua segi kehidupan
umat manusia.[2]
Syekh Ali Mahfudz mendefinisikan dakwah yaitu
mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka
berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mendapat
kebahagiaan duni dan akhirat ( Abd. Rosyad Sholeh, 1993:8 ).
H.S.M. Nasaruddin Latif mendefinisikan
dakwah sebagai setiap usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan dan yang
lainnya,yang bersifat memanggil,mengajak,menyeru manusia lainnya untuk beriman
dan mentaati Alloh Swt sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta
akhlak islamiah ( Abd. Rosyad Sholeh, 1993:9 )
Dari
pengertian diatas,dakwah secara global adalah merupakan suatu usaha atau proses
yang dilakukan secara terencana dengan cara memanggil,mengajak dan menyeru umat
manusia ke jalan Allah Swt untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
2.
Metode
Dakwah
Terkait
dengan metode dakwah.dalam surat An-Nahl:125 disebutkan:[3]
a. Al-Hikmah
Kata
hikmah dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakirah
maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalh hukman yang diartikan secara makna
adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan perihal dakwah, hikmah mempunya arti
menghindari dari hal-hal yang
kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.
M.Abduh
berpendapat bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam
tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafadz
tetapi banyak makna. Hikmah juga dapat diartikan meletakkan sesuatu pada
tempatnya dengan berfikir,berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang
sesuai keaadaan zaman dan tidak bertentangan dengan larangan Allah Swt.
Dalam
dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses atau tidaknya dakwah. Dalam
menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan dan latar belakang budaya,para
da’I memerlukan hikmah sehingga ajaran islam mampu memasuki ruang hati para
mad’u dengan tepat. Oleh karena itu,para da’I dituntut untuk dapat mengerti dan
memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya,sehingga apa yang disampaikan
dapat diterima,dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan
kalbunya.
b. Kasih
Sayang ( Al-Mau’idzotul Hasanah )
Secara
etimologi ( bahasa ), mau’idzotul hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau’idzoh
dan hasanah. Kata mau’idzoh berasal dari kata wa’adza,ya’idzu,’idzatan yang
berarti nasehat,bimbingan,pendidikan,dan peringatan.Sedangakan hasanah berarti
kabaikan
Mau’idzotul
hasanah berarti dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan,pendidikan dan pengajaran
yang didalamnya mengandung nilai-nilai positif yang bisa dijadikan pedoman
dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan.
c.
Al-Mujadalah Bil-Lati
Hiya Ahsan
Dari
segi etimologi kata mujadalah diambil dari kata jadala yang bermakna memintal.
Apabila ditambahkan alif pada huruf jim
yang mengikuti wazan faa’ala berarti menjadi jaadala yang bermakna berdepat dan
mujadalah bermakna perdepatan.Kata jaadala dapat bermakna menarik tali dan
mengikatnya guna menguatkan sesuatu orang yang berdepat bagaikan menarik dengan
ucapan yang meyakinkan lawannnya dengan menguatkan pendapatnya melalui
argumentasi yang disampaikan.Sedangkan secara terminologi,terdapat beberapa
pengertian al-mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua
pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya
permusuhan di antara keduanya.
3. Tujuan Dakwah
Tujuan
dakwah adalah pertama, terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan
isi dan harapan da’I dari pesan yang dismpaikan. Kedua,terwujudnya amal sholeh
yaitu perbuatan yang selaras dengan Al-Quran dan sunnah.
Dalam
teori komunikasinya,Loswell membahas tentang proses komaunikasi. Hal ini
diungkapkan dalam pertanyaan paradigmatis
yaitu Who Says What in Which Channel To Whom Whith What ( Siapa
mengatakan apa,melalui saluran apa,kepada siapa,dengan effec
apa ).
Pengertian
diatas apabila dikaitkan dengan hal dakwah, maka dapat dikriteriakan menjadi :[4]
Who
: Setiap pribadi muslim.
Says
What : Pesan-pesan Al-Qur’an dan sunnah serta penjabarannya.
To
Whom : Kepada seluruh umat manusia.
In
What Channel : Memakai media atau saluran dakwah.
Whit
What Effec : Terjadinya perubahab sikap,tingkah laku sesuai pesan-pesan yang di
sanpaikan da’i.
4.
Media
Masa Elektronik
Media masa bukanlah instrumennya sendiri, tetapi jalan
atau cara bagaimana mempergunakan media itu. Suatu media baru dapat
dikualifikasikan sebagai suatu media masa apabila ia tidak hanya mempunyai
kemampuan untuk dapat menyalurkan suatu komunikasi yang dapat membuat hubungan
yang impersonal antara komunikator dan komunikan. Tetapi juga sebenarnya dapat
dipergunakan untuk berkomunikasi dari suatu sumber tuggal kepada sejumlah besar
orang.[5]
Kata massa, dalam kaitannya dengan media massa, mempunyai
makna yaitu banyak orang dalam relatif besar,heterogen,berada tidak banyak
tempat,anonin atau tidak saling mengenal,tidak terlembagagan,perhatiannya
terkait pada satu pesan.atau lebih tepatnya
pesan disampaikan dari medium yang sama,tidak dapat memberikan arus balik
secara langsung,tetapi tunda.
Dalam kaitannya dengan media massa, Laswell (1948)
mengemukakan bahwa ada tiga fungsi media massa,yaitu:[6]
1. Pengawas (Survainlance). Fungsi pengawasan ini merupakan
upaya pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yang
tejadi didalam dan di luar lingkungan masyarakat. Dalam artian masyarakat
bertindak sebagai pengamat lingkungan dan selalu akan memberikan berbagai
informasi atas hal-hal yang tidak dapat tejangkau khalayak.
2. Korelasi (Korrelation). Fungsi korelasi meliputi
interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk memberikan
reaksi terhadap peristiwa yang terjadi.Dalam hal ini media massa itu lebih
menekankan kepada pemilihan,penilaian,penafsiran, tentang apa yang patut
disampaikan kepada khalayak. Dengan demikian,media massa dapat dinilai sebagai
“gate keeper” dari arus informasi.
3. Transmisi budaya atau sosialisasi. Fungsi sosialisasi
merupakan upaya transmisi dan pendidikan nilai-nilai,norma dari saut generasi
ke generasi lain, atau dari anggota-anggota atau suatu kelompok kepada anggota
baru.
Ketiga fungsi di
atas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media massaa sebagai alat
atau sarana yang secara sosiologi menjadi perantara untuk menyambung atau
menyampaikan nilai-nilai tertantu di masyarakat.
Charles Robert
Wrght, Menambahkan fungsi hiburan sebagai fungsi ke empat dari media massa yang
merupakan upaya bertujuan menghibur khalayak. Fungsi ini lebih bersifat human
interest. Maksudnya agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan
yang disajikan oleh media televisi (overload). Selain itu, fungsi hiburan media
massa juga berguna sebagai sarana pelarian khalayak sasaran terhadap satu
masalah.
Wilbur Scharmm juga menambahkan fungsi madia
massa yaitu to seel goods for us (iklan). Wilbur menekankan bahwa media masa
menjadi sarana efektif untuk memprogandakan hasil produksi dalam mencari
keuntungan secara materi atau bentuk promosi barang di media massa dalam
kemasan iklan.
Dari
keterangan di atas, fungsi dair media massa yaitu ada lima. Pertama adalah
sebagai pengawas,kedua korelasi,ketiga transmisi budaya atau
sosialisasi,kempat hiburan dan yang
kelima iklan.
C. Analisa
Munculnya media massa disekitar kehidupan masyarakat
semakin merajalela baik media visual,audio,maupun audio visual (
koran,majalah,radio,televisi dan internet ). Dari masing-masing komponen media
masa yang ada,membawa akan pilar-pilar dan tujuan tersendiri. Selain itu juga
media masa membawa effec tersendiri bagi khalayak disadari atau tidak, baik itu
effec positif maupun negatif. Pada dasarnya tujuan atau fungsi media masa
adalah sebagai pengawas, korelasi, transmisi budaya, hiburan dan iklan.
Maksud dari media massa sebagai pengawas menuru Lasweel, media merupakan upaya pengumpulan dan penyebaran
infromasi mengenai peristiwa yang ada. Perlu kita cermati disini, yaitu “media
massa sebagai pemberi informasi” disitu tidak terdapat adanya
penetapan informasi yang bernilai positif saja,dalam artian “informasi”
tersebut juga adakalanya mengandung sisi negatif. Dari adanya nilai negatif
itulah yang menjadikan penyebab “Salah kaprah” dan dapat merusak
moralitas, budaya, agama masyarakat. Contohnya, informasi yang disampaikan media
media massa televisi dan internet ( you tobe ) belom lama ini tentang peristiwa
tindak korupsi yang dilakukan oleh ketua “DEPAG”. Informasi tersebut khususnya
bagi orang awam akan berpandangan kalau saja orang yang berkedudukan ketua
DEPAG yang mengerti akan aturan kenegaraan dan aturan syar’i melakukan korupsi, bagaimana yang tidak tahu
apa-apa ? Hal tersebut bisa berdampak bagi orang awam yang juga “ Ngefens “
terhadap publik figur tersebut akan melakukan hal yang sama.
Media massa yang juga sebagai penghibur, dikatakan
oleh Charles Robert Wrigh bahwa tujuan dari media massa digunakan sebagai media
untuk menghibur khalayak adalah supaya khalayak tidak merasakan jenuh. Fenomena
dalam dunia hiburan pertelevisian, internet diakhir-akhir ini tidak hanya
sebagai penghibur bagi khalayak saja, namun perlu disadari juga disitu justru
banyak virus-virus yang secara langsung maupun tidak langsung telah banya
mempengaruhi sikap, moralitas, dan bahkan aturan syar’i ( islam ). Hal tersebut
dapat dilihat contoh kecilnya yaitu dari tayangan-tayangan yang diperankan oleh
publik figur dimana dari segi pakean, batasan-batasan antara pria dan wanita
begitu bebasnya seaakan antara laki-laki dan wanita sama, dan terkadang adab
atau etika orang yang yang lebih muda terhadap orang yang lebih tua juga sudah
tidak ada. Hal tersebut jelas berdampak negatif baik dari kalangan anak-anak,
pemuda-pemuda, maupun orang dewasa terutama bagi kalangan yang “Ngefens” publik
figur tersebut.
Dari permasalahan dan pengaruh yang sangat segnifikan
media massa terhadap masyarakat, selayaknya para da’i ( pendakwah ) agar bisa
memeneg dan memperhatikan permasalahan tersebut untuk bisa mempertahankan akan
nilai-nilai, aturan islam agar tetap bisa dipertahankan dan juga ajarannya
dapat diterima dikhalayak masyarakat yang lebih luas lagi. Dengan hal itu
hendaknya para da’i tidak hanya melakukan dakwah melalui masjid-masjid atau
mimbar pengajian saja, tetapi juga bisa ikut andil dalam berdakwah melalui
media massa juga.
Dalam hal ini Rosululloh melalui sabdanya mengatakan
yang artinya :
“ Barangsiapa diantara kamu melihat akan sebuah
kemunkaran, maka rubahlah atau cegahlah dengan kekuasaan yang kamu miliki,
kalau tidak cegahlah dengan lisan-mu, kalau tidak maka katakanlah dalam hati-mu
bahwa kamu tidak suka melihat kemunkaraan tersebut dan hal itu adalah bagi
selemah-lemahnya iman” ( HR. Muslim )
Dari hadist di atas memberikan sebuah” ibroh” kepada
para da’i ( umat islam semua) dan juga metode agar dikala melihat kemungkaran
dimanapun dan siapapun pelakunya untuk mencegahnya yaitu dengan cara :
1. Kekuasaan.
Apabila dikaitkan dengan permasalahan,kemunkaran yang terjadi dalam media
masa di atas, maka disini perlu adanya da’i yang bisa berkuasa ( ikut andil
didalam dunia media massa ) sehingga, da’i dapat menyaring atau meminimalisir
program-program ataupun informasi yang memuat nilai negatif terhadap masyarakat
2. Lisan
Diharuskan para da’i yaitu agar mencegah kemunkaran yang ada di
masyarakat yaitu dengan lisannya baik dengan cara hikmah, yaitu
mencegahnya dengan melarangnya dengan kata-kata hikmah, kata-kata lembut yang
dapat masuk dalam relung hatu mad’unya, atau dengan ma’idzotul hasanah
dimana seorang dari menyampaikan akan nilai-nilai yang di perintahkan Alloh Swt
dan larangan-larangannya di depan khalayak banyak agar mad’u lebih dapat
memahami tentang islam dan lebih mengetahui batasan larangan yang harus di
hindarinya, dan yang terakhir yaitu dengan wajaadilhum bil lati hiya ahsan dimana
seorang da’i dapat mengumpulkan mad’u dan mengajaknya untuk
berdiskusi,bermusyawarah yang didalamnya membahas agar perkara yang munkar
tersebut dapat di tinggalkan dan tidak terulangi lagi.
D. Kesimpulan
Media massa mempunyai pengaruh yang segnifikan
terhadap masyarakat, baik itu pengaruh positif maupun negatif. Melihat banyaknya
nilai-nilai negatif yang ada dalam media massa maka perlulah penyaring hal itu
semua agar nilai-nilai keislaman tetap bisa berkibar dan umat manusia bisa
terselamatkan dan mendapatkan kebahagiaan hakiki dari Tuhannya.
Hal itu menjadi tugas para da’i yaitu semua umat
islam agar bisa mencegah kemunkaran yang ada dengan kekuasaan yaitu dengan
bergabungnya umat islam didalam penguasa media massa yang ada, dengan lisannya
yaitu dengan memberikan kata-kata hikmah ( motivator ), memberikan
nasehat-nasehat baik dalam pengajian-pengajian masjid maupun dalam media massa
seperti koran,majalah,radio,televisi dan juga internet. Dan juga dengan
mengadakan forum diskusi ataupun musyawarah dengan para mad’u untuk
menyelaraskan pandangan dan i’tiqod yang sesuai dengan tuntunan syar’i.
E. Daftar Pustaka
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,
Penerbit: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Jakarta, 1993.
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan
Perubahan Sosial, Penerbit: PLP2M, Jakarta, 1985.
Mundzir Suparta dan Harjani Hefri, Metode
Dakwah, Penerbit: Rahmat Semesta, Jakarta, 2003.
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah ,Penerbit:
Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997.
Riono Praktikto, Berbagai Aspek Ilmu
Komunikasi, Penerbit: CV. Remadja Karya, Bandung, 1987.
Wawan Kuswandi, Komunikasi Masa
Sebuah Analisis Media TV, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta, 1996.
[1] Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,
Penerbit: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Jakarta, 1993,hal. 127.
[3] Mundzir Suparta dan Harjani Hefri, Metode
Dakwah, Penerbit: Rahmat Semesta, Jakarta, 2003, hal. 8-20.
[5] Riono Praktikto, Berbagai Aspek Ilmu
Komunikasi, Penerbit: CV. Remadja Karya, Bandung, 1987, hal. 76.
[6] Wawan Kuswandi, Komunikasi Masa
Sebuah Analisis Media TV, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta, 1996,hal.24-25.
sri wahyuni
ReplyDeletekpi-a
seharusnya judul tidak menggunakan huruf kapital dan juga salah pada ketikan "media" jadi "medai".
pada latar belakang masalah salah harusnya "latar belakang masalah bukan "latar belakang" dan dalam isi latar belakang masalah seperti bukan latar belakang tapu pembahasanya.
dalam pembahasan ada yg salah ketik seharusnya "merupakan" bukan "merpkan" terus seharusnya "dunia" bukan "duni" terus seharusnya "mempunyai" bukan "mempunya". terus seharusnya "faidah" bukan " faedah". dan dalam menggunakan footnote seharusnya hanya satu saja
ihah nasihah
ReplyDeletekpi-b/3
dalam penulisan teknologi di atas tidak boleh pake huruf "H"
tidak ada catatan kaki.
penulisan "dair" harusnya "dari"
dalam penulisan EYD juga masih banyak yang kurang diperhatikan, dalam menggunakan buka dan tutup kurung tidak boleh menggunakan spasi
pengunaan catatan kaki yg tidak sesuai, seharusnya mengunakan footnote bukan endnote.
ReplyDeleterata kalimat atau paragraf baru tidak sesuai.
daftar pustaka yg jga tidak sesuai, seharusnya mengunakan buku-buku terbitan 2004 ke atas
yaolastri
ReplyDeletekpi-a/3
maap
penulisan EYDnya kurang diperhatikan.
tidak ada catatan kakinya
kurang teliti sehingga banyak penulisan kata-kata yang salah.
penulisan yang ada dalam buka dan tutup kurung tidak boleh menggunakan spasi.
tata letak marginya tidak beraturan.
trimakasih..
nurul ajmi
ReplyDelete1413324033
dalam penulisan karya ilmiah kalimat yang menggunakan bahasa asing harus dicetak miring (italic)
Nama: Iklimatul jannah
ReplyDeleteKPI B smstr :3
penulisan EYD kurang benar. penulisan kata medai seharusnya "media". belom seharusnya "belum, yang di blok hanya judul. latar belakang seharusnya "Latar Belakang Masalah"
Umi Salamah KPI-A
ReplyDeletePada paragraf pertama bagian latar belakang, tertera kata 'Dewasa ini perkembangan tekhnologi media massa semakin menghebohkan masyarakat baik yang sifatnya visual,audio,maupun audio visual.'
Yang saya ketahui dari penyampaian di dalam materi bu Indrya seharusnya di awal paragraf pada latar belakang tidak langsung membuat pernyataan, tetapi terlebih dahulu dijabarkan permasalahannya.
Seharusnya: teknologi, bukan tekhnologi. Seharusnya: visual,audio,maupun audio visual, diberi spasi setelah koma.
Umi Hani _ KPI-A
ReplyDelete- Judul tidak memakai huruf kapital semua.
- Penulisan Latar belakang (Latar Belakang Masalah), Rumusan masalah (Rumusan Masalah), Tujuan masalah (Tujan Masalah).
- Penulisan isi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah kurang geser ke angka 1, 2 dan 3.
- EYD kurang tepat.
- Kata da'i tidak memakai tanda kutip.
- Abstrak.
- Kaidah penulisan daftar pustaka.
nurlaela
ReplyDelete1413322008
KPI A
paragrafnya tidak terdiri dari empat kalimat
Ffi Alfiani Pitaloka KPI-B
ReplyDeleteMenurut saya, penggunaan EYDnya belum benar. Dan penggunaan spasi tidak tertata rapi. Seperti pada kata 'belom' seharusnya 'belum', 'pakean' seharusnya 'pakaian'.
Referensi buku yang digunakan, tahun terbitnya terlalu tua (jadul).
Lala hanalia
ReplyDelete1413324027
- Dalam penulisan suatu karya ilmiah judulnya tidak perlu di blok dan dalam judul tidak semuanya menggunakan huruf kapital, harusnya pada awal kata saja.
- Dalam latar belakang minimal terdiri dari 4 paragraf.
- Kata sek dalam KKBI (kamus besar bahasa indonesia) ditulis seks yang artinya jenis kelamin.
- Dalam rumusan masalah dan tujuan, sebelumnya harus menggunakan prolog.
eka silviyana
ReplyDelete1413324020
dalam penulisan judul karya ilmiah, seharusnya menggunakan huruf kapital pada huruf pertamanya saja. EYD tidak sesuai.
Ummu Kultsum KPI-A
ReplyDeleteDaftar Pustaka seyogyanya diletakkan di tengah dan tidak perlu diberi numbering list (E). Penulisan daftar pustaka yang saya ketahui:
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Masa Sebuah Analisis Media TV. Jakarta: Rineka Cipta.
Posisi kata 'Rineka' berada di bawah kata 'Wawan'.
Ralat.
Deletekata 'Cipta' berada di bawah kata 'Wawan' (menjorok).
Ahmad Muhajir
ReplyDelete1413324014
Dalam pembuatan karya ilmiah saya katakan sudah mendekati baik. hanya saja masih ada hal hal yang harus diperhatikan:
1. Dalam penggunaan huruf dan EYD masih kurang baik dan teliti.
2. dalam penulisan latar belakang harus terdiri dari 4 pargraf (minimal)
3. masih terdapat pemborossan kata.
4. tidak ada penjelasan dari Al-Qur'an atau Hadist menggunakan Tulisan Arab dan hanya mengunakan arti saja.
Nunung Rosmawati
ReplyDelete1. penulisan pada sun bab seharusnya Tujuan Penulisan bukan tujuan masalah
2. penggunaan kata ''dari'' di awal kalimat pada Tujuan penulisan
Alfian Noor Muhammad
ReplyDeleteKPI B
Di dalam penulisan judul seharusnya memakai huruf kapital diawal judul. Dan masih banyak penulisan "di" di dalam karya ilmiah tersebut masih ada yang tidak sesuai.
nida maymunah
ReplyDeletekpi A
margin seharusnya menggunakan justify
Juhaeriyah
ReplyDeletekpi-B
Penulisan EYD kurang benar,dalam menentukan referensi harus konsisten.
Afifah Rizky
ReplyDelete1. Penulisan judul dalam karya ilmiah tidak menggunakan huruf kapital semua melainkan menggunakan huruf kapital pada awal kata.
2. Dalam pengetikan banyak kata yang kurang seperti "media massa" tapi penulis mengetiknya medai masa, kata "da'i" huruf i ditulis menggunakan huruf kecil. Intinya masih ada yang tidak sesuai dengan EYD.
3. Harus ada abstracknya
4. Penulisan bahasa asing harus dicetak miring (Italic)
5. Penulisan catatan kaki harus memilih salah satu saja, untuk fakultas UAD menggunakan footnote.
6. Penulisan daftar pustakanya belum benar
ULVA RAFA (1413323009)
ReplyDeleteKPI A
1. Penulisan EYD kurang tepat.
2. Penulisan latar belakang seharusnya "Latar Belakang Masalah"
3. Margin kanan kiri tidak rapi.
4. harus ada prolog sebelum menulis rumusan masalah dan tujuan.
5. penulisan kata pada judul salah dalam kata "medai" harusnya "media"
-Latar Belakang Masalah seharusnya ditulis lengkap dan huruf awal menggunakan huruf kapital.
ReplyDelete-tidak ada prolog pada Rumusan Masalah dan Tujuan.
-setelah tanda baca, baik koma (,), titik (.), dsb, seharusnya didahului spasi.
-tidak ditemukan sintesis pada bagian teori Metode dakwah dan Tujuan.
-sintesis pada bagian pengertian Dakwah kurang universal.
Syahroni
ReplyDelete1413324036
KPI A
-Tidak ada abstrak
-Ukuran font dalam penulisan judul terlalu besar
-Penulisan Latar Belakang kurang lengkap dan huruf awal harus menggunakan huruf kapital
-Penggunaan EYD kurang tepat
-Setelah tanda koma dan titik harus ada spasi
-penulisan dai tidak menggunakan tanda petik
Husain KPI-B/141432104
ReplyDeleteSekadar menambahkan koreksi. Saya kutip satu kalimat (baca di C. Analisa, 2. Lisan) penulis, begini:
// Diharuskan para da’i yaitu agar mencegah kemunkaran yang ada di masyarakat yaitu dengan lisannya baik dengan cara hikmah, yaitu mencegahnya dengan melarangnya dengan kata-kata hikmah, kata-kata lembut yang dapat masuk dalam relung hatu mad’unya, atau dengan ma’idzotul hasanah dimana seorang dari menyampaikan akan nilai-nilai yang di perintahkan Alloh Swt dan larangan-larangannya di depan khalayak banyak agar mad’u lebih dapat memahami tentang islam dan lebih mengetahui batasan larangan yang harus di hindarinya, dan yang terakhir yaitu dengan wajaadilhum bil lati hiya ahsan dimana seorang da’i dapat mengumpulkan mad’u dan mengajaknya untuk berdiskusi,bermusyawarah yang didalamnya membahas agar perkara yang munkar tersebut dapat di tinggalkan dan tidak terulangi lagi.//
Jujur, saya tersiksa setelah membaca satu kalimat di atas. Butuh napas panjang. Terlebih, kasus serupa juga ditemui di bebrapa kalimat lain, terutama bagian Analisa (Analisis?).
Meski demikian, apa pun bentuknya saya apresiasi karyanya. Selamat ya Lutfi Mubarok. :)
Khoirul anwarudin kpi/b
ReplyDeletepenulis sudah sangat baik dalam memaparkan materinya. hanya saja penulis tidak menyertakan materi dan teori efektifitas, media massa dan globalisasi. sebagai bagian dari variabel masalah yang diangkat penulis. penulis lebih terfokus pada materi dakwah.
selain itu, penulis juga tidak menggunakan huruf miring untuk kosakata dan istilah asing. seperti penggalan ayat dan istilah bahasa inggris.
*pada hari selasa, saya telah memposting komentar melalui mobile. setelah saya cek ternyata tidak muncul. terima kasih