Sunday, November 23, 2014

Latihan KPI 2014

KEEFEKTIFAN DAKWAH MELALUI MEDAI MASA DI ERA GLOBALISASI
LUTFI MUBAROK
1413324028

A.  Pendahuluan
1.    Latar belakang
Dewasa ini, perkembangan tekhnologi media massa semakin menghebohkan masyarakat baik yang sifatnya visual,audio,maupun audio visual. Media massa muncul dengan berbagai macam produk yang ditawarkan terhadap masyarakat. Baik itu informasi  ( politik,ekonomi,budaya), hiburan,pendidikan,iklan dan yang lainnya sesuai kebutuhan masyarakat.
Kata ‘media” adalah merupakan suatu sarana atau jalan dan “massa” berarti orang banya ( khalayak). Pengaruh media masa bukan saja terhadap satu individu melainkan meliputi banyak orang. Media masa mempunyai dua pengaruh besar terhadap khalayak yaitu pertama positif dan yang kedua negatif.
Adanya nilai negatif yang ada dalam media massa, telah banyak mempengaruhi sisi negatif terhadap masyarakat disadari atau tidak. Belom lama ini, media massa televisi menayangkan subuah acara “Smack Down” dimana ditayangkan antara satu orang dengan orang lain saling pukul memukul dan menjatuhkan lawan tanpa adanya belah kasihan. Tayangan tersebut telah mengakibatkan pengaruh terhadap psikologi khalayak terutama anak-anak yang menbuat anak-anak berani berbuat hal yang sama terhadap teman atau orang lain. Belom lagi tayangan-tayangan yang berbau “sek atau pornografi” yang ditampilkan artis-artis sebagai publik figur, sehinggga membuat anak-anak muda khususnya rentang untuk mengikutinya baik dari segi pakean yang dikenakannya maupun dari sikapnya.
2.    Rumusalan masalah
Dari latar belakang di atas, terdapat sebuah permasalahan bagaimana dakwah yang efektif di era globalisai sekarang ini ?
3.    Tujuan masalah
Dari permasalahan yang ada, bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara berdakwah yang efektif untuk meminimalisir,menyeimbangi dan mencegah akan dampak negatif yang ada dalam media masa di era globalisasi ini.

B. Pembahasan
1.    Pengertian Dakwah
 Kata dakwah secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu daa’a, yad’u, da’watan yang berarti memanggil,menyeru dan mengajak.[1] Sedangkan dakwah secara terminologi,dakwah islam pada hakikatnya merpakan aktualisasi imani yang dimenifistasikan ke dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman,yang dilaksanakan secara teratur pada bidang kemasyarakatan untuk mempengaruhi cara merasa,berfikir,bersikap dan bertindak. Semua itu dilakukan dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran islam dalam semua segi kehidupan umat manusia.[2]
 Syekh Ali Mahfudz mendefinisikan dakwah yaitu mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mendapat kebahagiaan duni  dan akhirat  ( Abd. Rosyad Sholeh, 1993:8 ).
         H.S.M. Nasaruddin Latif mendefinisikan dakwah sebagai setiap usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan dan yang lainnya,yang bersifat memanggil,mengajak,menyeru manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Alloh Swt sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiah ( Abd. Rosyad Sholeh, 1993:9 )
Dari pengertian diatas,dakwah secara global adalah merupakan suatu usaha atau proses yang dilakukan secara terencana dengan cara memanggil,mengajak dan menyeru umat manusia ke jalan Allah Swt untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
2.      Metode Dakwah
Terkait dengan metode dakwah.dalam surat An-Nahl:125 disebutkan:[3]
a.       Al-Hikmah
Kata hikmah dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakirah maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalh hukman yang diartikan secara makna adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan perihal dakwah, hikmah mempunya arti menghindari dari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.
M.Abduh berpendapat bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafadz tetapi banyak makna. Hikmah juga dapat diartikan meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir,berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keaadaan zaman dan tidak bertentangan dengan larangan Allah Swt.
Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses atau tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat pendidikan dan latar belakang budaya,para da’I memerlukan hikmah sehingga ajaran islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu,para da’I dituntut untuk dapat mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya,sehingga apa yang disampaikan dapat diterima,dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya.
b.      Kasih Sayang ( Al-Mau’idzotul Hasanah )
Secara etimologi ( bahasa ), mau’idzotul hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau’idzoh dan hasanah. Kata mau’idzoh berasal dari kata wa’adza,ya’idzu,’idzatan yang berarti nasehat,bimbingan,pendidikan,dan peringatan.Sedangakan hasanah berarti kabaikan
Mau’idzotul hasanah berarti dapat diartikan sebagai ungkapan yang mengandung   unsur bimbingan,pendidikan dan pengajaran yang didalamnya mengandung nilai-nilai positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan.
c.       Al-Mujadalah Bil-Lati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi kata mujadalah diambil dari kata jadala yang bermakna memintal. Apabila ditambahkan  alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa’ala berarti menjadi jaadala yang bermakna berdepat dan mujadalah bermakna perdepatan.Kata jaadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu orang yang berdepat bagaikan menarik dengan ucapan yang meyakinkan lawannnya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.Sedangkan secara terminologi,terdapat beberapa pengertian al-mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya.
3.      Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah pertama, terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan isi dan harapan da’I dari pesan yang dismpaikan. Kedua,terwujudnya amal sholeh yaitu perbuatan yang selaras dengan Al-Quran dan sunnah.
Dalam teori komunikasinya,Loswell membahas tentang proses komaunikasi. Hal ini diungkapkan dalam pertanyaan paradigmatis  yaitu Who Says What in Which Channel To Whom Whith What ( Siapa mengatakan apa,melalui saluran apa,kepada siapa,dengan  effec apa ).
Pengertian diatas apabila dikaitkan dengan hal dakwah, maka dapat dikriteriakan menjadi :[4]
Who : Setiap pribadi muslim.
Says What : Pesan-pesan Al-Qur’an dan sunnah serta penjabarannya.
To Whom : Kepada seluruh umat manusia.
In What Channel : Memakai media atau saluran dakwah.
Whit What Effec : Terjadinya perubahab sikap,tingkah laku sesuai pesan-pesan yang di sanpaikan da’i.
4.      Media Masa Elektronik
Media masa bukanlah instrumennya sendiri, tetapi jalan atau cara bagaimana mempergunakan media itu. Suatu media baru dapat dikualifikasikan sebagai suatu media masa apabila ia tidak hanya mempunyai kemampuan untuk dapat menyalurkan suatu komunikasi yang dapat membuat hubungan yang impersonal antara komunikator dan komunikan. Tetapi juga sebenarnya dapat dipergunakan untuk berkomunikasi dari suatu sumber tuggal kepada sejumlah besar orang.[5]
Kata massa, dalam kaitannya dengan media massa, mempunyai makna yaitu banyak orang dalam relatif besar,heterogen,berada tidak banyak tempat,anonin atau tidak saling mengenal,tidak terlembagagan,perhatiannya terkait  pada satu pesan.atau lebih tepatnya pesan disampaikan dari medium yang sama,tidak dapat memberikan arus balik secara langsung,tetapi tunda.
Dalam kaitannya dengan media massa, Laswell (1948) mengemukakan bahwa ada tiga fungsi media massa,yaitu:[6]
1.      Pengawas (Survainlance). Fungsi pengawasan ini merupakan upaya pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yang tejadi didalam dan di luar lingkungan masyarakat. Dalam artian masyarakat bertindak sebagai pengamat lingkungan dan selalu akan memberikan berbagai informasi atas hal-hal yang tidak dapat tejangkau khalayak.
2.      Korelasi (Korrelation). Fungsi korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk memberikan reaksi terhadap peristiwa yang terjadi.Dalam hal ini media massa itu lebih menekankan kepada pemilihan,penilaian,penafsiran, tentang apa yang patut disampaikan kepada khalayak. Dengan demikian,media massa dapat dinilai sebagai “gate keeper” dari arus informasi.
3.      Transmisi budaya atau sosialisasi. Fungsi sosialisasi merupakan upaya transmisi dan pendidikan nilai-nilai,norma dari saut generasi ke generasi lain, atau dari anggota-anggota atau suatu kelompok kepada anggota baru.
 Ketiga fungsi di atas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media massaa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologi menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertantu di masyarakat.
 Charles Robert Wrght, Menambahkan fungsi hiburan sebagai fungsi ke empat dari media massa yang merupakan upaya bertujuan menghibur khalayak. Fungsi ini lebih bersifat human interest. Maksudnya agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media televisi (overload). Selain itu, fungsi hiburan media massa juga berguna sebagai sarana pelarian khalayak sasaran terhadap satu masalah.
  Wilbur Scharmm juga menambahkan fungsi madia massa yaitu to seel goods for us (iklan). Wilbur menekankan bahwa media masa menjadi sarana efektif untuk memprogandakan hasil produksi dalam mencari keuntungan secara materi atau bentuk promosi barang di media massa dalam kemasan iklan.
  Dari keterangan di atas, fungsi dair media massa yaitu ada lima. Pertama adalah sebagai pengawas,kedua korelasi,ketiga transmisi budaya atau sosialisasi,kempat  hiburan dan yang kelima iklan.
C. Analisa
Munculnya media massa disekitar kehidupan masyarakat semakin merajalela baik media visual,audio,maupun audio visual ( koran,majalah,radio,televisi dan internet ). Dari masing-masing komponen media masa yang ada,membawa akan pilar-pilar dan tujuan tersendiri. Selain itu juga media masa membawa effec tersendiri bagi khalayak disadari atau tidak, baik itu effec positif maupun negatif. Pada dasarnya tujuan atau fungsi media masa adalah sebagai pengawas, korelasi, transmisi budaya, hiburan dan iklan.
Maksud dari media massa sebagai pengawas menuru Lasweel, media merupakan upaya pengumpulan dan penyebaran infromasi mengenai peristiwa yang ada. Perlu kita cermati disini, yaitu “media massa sebagai pemberi informasi” disitu tidak terdapat adanya penetapan informasi yang bernilai positif saja,dalam artian “informasi” tersebut juga adakalanya mengandung sisi negatif. Dari adanya nilai negatif itulah yang menjadikan penyebab “Salah kaprah” dan dapat merusak moralitas, budaya, agama masyarakat. Contohnya, informasi yang disampaikan media media massa televisi dan internet ( you tobe ) belom lama ini tentang peristiwa tindak korupsi yang dilakukan oleh ketua “DEPAG”. Informasi tersebut khususnya bagi orang awam akan berpandangan kalau saja orang yang berkedudukan ketua DEPAG yang mengerti akan aturan kenegaraan dan aturan syar’i  melakukan korupsi, bagaimana yang tidak tahu apa-apa ? Hal tersebut bisa berdampak bagi orang awam yang juga “ Ngefens “ terhadap publik figur tersebut akan melakukan hal yang sama.
Media massa yang juga sebagai penghibur, dikatakan oleh Charles Robert Wrigh bahwa tujuan dari media massa digunakan sebagai media untuk menghibur khalayak adalah supaya khalayak tidak merasakan jenuh. Fenomena dalam dunia hiburan pertelevisian, internet diakhir-akhir ini tidak hanya sebagai penghibur bagi khalayak saja, namun perlu disadari juga disitu justru banyak virus-virus yang secara langsung maupun tidak langsung telah banya mempengaruhi sikap, moralitas, dan bahkan aturan syar’i ( islam ). Hal tersebut dapat dilihat contoh kecilnya yaitu dari tayangan-tayangan yang diperankan oleh publik figur dimana dari segi pakean, batasan-batasan antara pria dan wanita begitu bebasnya seaakan antara laki-laki dan wanita sama, dan terkadang adab atau etika orang yang yang lebih muda terhadap orang yang lebih tua juga sudah tidak ada. Hal tersebut jelas berdampak negatif baik dari kalangan anak-anak, pemuda-pemuda, maupun orang dewasa terutama bagi kalangan yang “Ngefens” publik figur tersebut.
Dari permasalahan dan pengaruh yang sangat segnifikan media massa terhadap masyarakat, selayaknya para da’i ( pendakwah ) agar bisa memeneg dan memperhatikan permasalahan tersebut untuk bisa mempertahankan akan nilai-nilai, aturan islam agar tetap bisa dipertahankan dan juga ajarannya dapat diterima dikhalayak masyarakat yang lebih luas lagi. Dengan hal itu hendaknya para da’i tidak hanya melakukan dakwah melalui masjid-masjid atau mimbar pengajian saja, tetapi juga bisa ikut andil dalam berdakwah melalui media massa juga. 
Dalam hal ini Rosululloh melalui sabdanya mengatakan yang artinya :
“ Barangsiapa diantara kamu melihat akan sebuah kemunkaran, maka rubahlah atau cegahlah dengan kekuasaan yang kamu miliki, kalau tidak cegahlah dengan lisan-mu, kalau tidak maka katakanlah dalam hati-mu bahwa kamu tidak suka melihat kemunkaraan tersebut dan hal itu adalah bagi selemah-lemahnya iman” ( HR. Muslim )
Dari hadist di atas memberikan sebuah” ibroh” kepada para da’i ( umat islam semua) dan juga metode agar dikala melihat kemungkaran dimanapun dan siapapun pelakunya untuk mencegahnya yaitu dengan cara :
 1. Kekuasaan.
Apabila dikaitkan dengan permasalahan,kemunkaran yang terjadi dalam media masa di atas, maka disini perlu adanya da’i yang bisa berkuasa ( ikut andil didalam dunia media massa ) sehingga, da’i dapat menyaring atau meminimalisir program-program ataupun informasi yang memuat nilai negatif terhadap masyarakat
2. Lisan
Diharuskan para da’i yaitu agar mencegah kemunkaran yang ada di masyarakat yaitu dengan lisannya baik dengan cara hikmah, yaitu mencegahnya dengan melarangnya dengan kata-kata hikmah, kata-kata lembut yang dapat masuk dalam relung hatu mad’unya, atau dengan ma’idzotul hasanah dimana seorang dari menyampaikan akan nilai-nilai yang di perintahkan Alloh Swt dan larangan-larangannya di depan khalayak banyak agar mad’u lebih dapat memahami tentang islam dan lebih mengetahui batasan larangan yang harus di hindarinya, dan yang terakhir yaitu dengan wajaadilhum bil lati hiya ahsan dimana seorang da’i dapat mengumpulkan mad’u dan mengajaknya untuk berdiskusi,bermusyawarah yang didalamnya membahas agar perkara yang munkar tersebut dapat di tinggalkan dan tidak terulangi lagi.
D. Kesimpulan
Media massa mempunyai pengaruh yang segnifikan terhadap masyarakat, baik itu pengaruh positif maupun negatif. Melihat banyaknya nilai-nilai negatif yang ada dalam media massa maka perlulah penyaring hal itu semua agar nilai-nilai keislaman tetap bisa berkibar dan umat manusia bisa terselamatkan dan mendapatkan kebahagiaan hakiki dari Tuhannya.
Hal itu menjadi tugas para da’i yaitu semua umat islam agar bisa mencegah kemunkaran yang ada dengan kekuasaan yaitu dengan bergabungnya umat islam didalam penguasa media massa yang ada, dengan lisannya yaitu dengan memberikan kata-kata hikmah ( motivator ), memberikan nasehat-nasehat baik dalam pengajian-pengajian masjid maupun dalam media massa seperti koran,majalah,radio,televisi dan juga internet. Dan juga dengan mengadakan forum diskusi ataupun musyawarah dengan para mad’u untuk menyelaraskan pandangan dan i’tiqod yang sesuai dengan tuntunan syar’i.
  
E. Daftar Pustaka
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Penerbit: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Jakarta, 1993.
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Penerbit: PLP2M, Jakarta, 1985.
Mundzir Suparta dan Harjani Hefri, Metode Dakwah, Penerbit: Rahmat Semesta, Jakarta, 2003.
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah ,Penerbit: Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997.
Riono Praktikto, Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, Penerbit: CV. Remadja Karya, Bandung, 1987.
Wawan Kuswandi, Komunikasi Masa Sebuah Analisis Media TV, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta, 1996.





[1] Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Penerbit: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Jakarta, 1993,hal. 127.
[2] Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Penerbit: PLP2M, Jakarta, 1985, hal. 2.
[3] Mundzir Suparta dan Harjani Hefri, Metode Dakwah, Penerbit: Rahmat Semesta, Jakarta, 2003, hal. 8-20.
[4] Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah ,Penerbit: Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, hal. 48-49.
[5] Riono Praktikto, Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, Penerbit: CV. Remadja Karya, Bandung, 1987, hal. 76.
[6] Wawan Kuswandi, Komunikasi Masa Sebuah Analisis Media TV, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta, 1996,hal.24-25.

25 comments:

  1. sri wahyuni
    kpi-a
    seharusnya judul tidak menggunakan huruf kapital dan juga salah pada ketikan "media" jadi "medai".
    pada latar belakang masalah salah harusnya "latar belakang masalah bukan "latar belakang" dan dalam isi latar belakang masalah seperti bukan latar belakang tapu pembahasanya.
    dalam pembahasan ada yg salah ketik seharusnya "merupakan" bukan "merpkan" terus seharusnya "dunia" bukan "duni" terus seharusnya "mempunyai" bukan "mempunya". terus seharusnya "faidah" bukan " faedah". dan dalam menggunakan footnote seharusnya hanya satu saja

    ReplyDelete
  2. ihah nasihah
    kpi-b/3

    dalam penulisan teknologi di atas tidak boleh pake huruf "H"
    tidak ada catatan kaki.
    penulisan "dair" harusnya "dari"
    dalam penulisan EYD juga masih banyak yang kurang diperhatikan, dalam menggunakan buka dan tutup kurung tidak boleh menggunakan spasi

    ReplyDelete
  3. pengunaan catatan kaki yg tidak sesuai, seharusnya mengunakan footnote bukan endnote.
    rata kalimat atau paragraf baru tidak sesuai.
    daftar pustaka yg jga tidak sesuai, seharusnya mengunakan buku-buku terbitan 2004 ke atas

    ReplyDelete
  4. yaolastri
    kpi-a/3

    maap
    penulisan EYDnya kurang diperhatikan.
    tidak ada catatan kakinya
    kurang teliti sehingga banyak penulisan kata-kata yang salah.
    penulisan yang ada dalam buka dan tutup kurung tidak boleh menggunakan spasi.
    tata letak marginya tidak beraturan.
    trimakasih..

    ReplyDelete
  5. nurul ajmi
    1413324033
    dalam penulisan karya ilmiah kalimat yang menggunakan bahasa asing harus dicetak miring (italic)

    ReplyDelete
  6. Nama: Iklimatul jannah
    KPI B smstr :3
    penulisan EYD kurang benar. penulisan kata medai seharusnya "media". belom seharusnya "belum, yang di blok hanya judul. latar belakang seharusnya "Latar Belakang Masalah"

    ReplyDelete
  7. Umi Salamah KPI-A
    Pada paragraf pertama bagian latar belakang, tertera kata 'Dewasa ini perkembangan tekhnologi media massa semakin menghebohkan masyarakat baik yang sifatnya visual,audio,maupun audio visual.'
    Yang saya ketahui dari penyampaian di dalam materi bu Indrya seharusnya di awal paragraf pada latar belakang tidak langsung membuat pernyataan, tetapi terlebih dahulu dijabarkan permasalahannya.
    Seharusnya: teknologi, bukan tekhnologi. Seharusnya: visual,audio,maupun audio visual, diberi spasi setelah koma.

    ReplyDelete
  8. Umi Hani _ KPI-A

    - Judul tidak memakai huruf kapital semua.
    - Penulisan Latar belakang (Latar Belakang Masalah), Rumusan masalah (Rumusan Masalah), Tujuan masalah (Tujan Masalah).
    - Penulisan isi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah kurang geser ke angka 1, 2 dan 3.
    - EYD kurang tepat.
    - Kata da'i tidak memakai tanda kutip.
    - Abstrak.
    - Kaidah penulisan daftar pustaka.

    ReplyDelete
  9. nurlaela
    1413322008
    KPI A
    paragrafnya tidak terdiri dari empat kalimat

    ReplyDelete
  10. Ffi Alfiani Pitaloka KPI-B
    Menurut saya, penggunaan EYDnya belum benar. Dan penggunaan spasi tidak tertata rapi. Seperti pada kata 'belom' seharusnya 'belum', 'pakean' seharusnya 'pakaian'.
    Referensi buku yang digunakan, tahun terbitnya terlalu tua (jadul).

    ReplyDelete
  11. Lala hanalia
    1413324027
    - Dalam penulisan suatu karya ilmiah judulnya tidak perlu di blok dan dalam judul tidak semuanya menggunakan huruf kapital, harusnya pada awal kata saja.
    - Dalam latar belakang minimal terdiri dari 4 paragraf.
    - Kata sek dalam KKBI (kamus besar bahasa indonesia) ditulis seks yang artinya jenis kelamin.
    - Dalam rumusan masalah dan tujuan, sebelumnya harus menggunakan prolog.

    ReplyDelete
  12. eka silviyana
    1413324020
    dalam penulisan judul karya ilmiah, seharusnya menggunakan huruf kapital pada huruf pertamanya saja. EYD tidak sesuai.

    ReplyDelete
  13. Ummu Kultsum KPI-A
    Daftar Pustaka seyogyanya diletakkan di tengah dan tidak perlu diberi numbering list (E). Penulisan daftar pustaka yang saya ketahui:
    Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Masa Sebuah Analisis Media TV. Jakarta: Rineka Cipta.
    Posisi kata 'Rineka' berada di bawah kata 'Wawan'.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ralat.
      kata 'Cipta' berada di bawah kata 'Wawan' (menjorok).

      Delete
  14. Ahmad Muhajir
    1413324014

    Dalam pembuatan karya ilmiah saya katakan sudah mendekati baik. hanya saja masih ada hal hal yang harus diperhatikan:

    1. Dalam penggunaan huruf dan EYD masih kurang baik dan teliti.
    2. dalam penulisan latar belakang harus terdiri dari 4 pargraf (minimal)
    3. masih terdapat pemborossan kata.
    4. tidak ada penjelasan dari Al-Qur'an atau Hadist menggunakan Tulisan Arab dan hanya mengunakan arti saja.

    ReplyDelete
  15. Nunung Rosmawati
    1. penulisan pada sun bab seharusnya Tujuan Penulisan bukan tujuan masalah
    2. penggunaan kata ''dari'' di awal kalimat pada Tujuan penulisan

    ReplyDelete
  16. Alfian Noor Muhammad
    KPI B
    Di dalam penulisan judul seharusnya memakai huruf kapital diawal judul. Dan masih banyak penulisan "di" di dalam karya ilmiah tersebut masih ada yang tidak sesuai.

    ReplyDelete
  17. nida maymunah
    kpi A
    margin seharusnya menggunakan justify

    ReplyDelete
  18. Juhaeriyah
    kpi-B
    Penulisan EYD kurang benar,dalam menentukan referensi harus konsisten.

    ReplyDelete
  19. Afifah Rizky
    1. Penulisan judul dalam karya ilmiah tidak menggunakan huruf kapital semua melainkan menggunakan huruf kapital pada awal kata.
    2. Dalam pengetikan banyak kata yang kurang seperti "media massa" tapi penulis mengetiknya medai masa, kata "da'i" huruf i ditulis menggunakan huruf kecil. Intinya masih ada yang tidak sesuai dengan EYD.
    3. Harus ada abstracknya
    4. Penulisan bahasa asing harus dicetak miring (Italic)
    5. Penulisan catatan kaki harus memilih salah satu saja, untuk fakultas UAD menggunakan footnote.
    6. Penulisan daftar pustakanya belum benar

    ReplyDelete
  20. ULVA RAFA (1413323009)
    KPI A

    1. Penulisan EYD kurang tepat.
    2. Penulisan latar belakang seharusnya "Latar Belakang Masalah"
    3. Margin kanan kiri tidak rapi.
    4. harus ada prolog sebelum menulis rumusan masalah dan tujuan.
    5. penulisan kata pada judul salah dalam kata "medai" harusnya "media"

    ReplyDelete
  21. -Latar Belakang Masalah seharusnya ditulis lengkap dan huruf awal menggunakan huruf kapital.
    -tidak ada prolog pada Rumusan Masalah dan Tujuan.
    -setelah tanda baca, baik koma (,), titik (.), dsb, seharusnya didahului spasi.
    -tidak ditemukan sintesis pada bagian teori Metode dakwah dan Tujuan.
    -sintesis pada bagian pengertian Dakwah kurang universal.

    ReplyDelete
  22. Syahroni
    1413324036
    KPI A

    -Tidak ada abstrak
    -Ukuran font dalam penulisan judul terlalu besar
    -Penulisan Latar Belakang kurang lengkap dan huruf awal harus menggunakan huruf kapital
    -Penggunaan EYD kurang tepat
    -Setelah tanda koma dan titik harus ada spasi
    -penulisan dai tidak menggunakan tanda petik

    ReplyDelete
  23. Husain KPI-B/141432104

    Sekadar menambahkan koreksi. Saya kutip satu kalimat (baca di C. Analisa, 2. Lisan) penulis, begini:

    // Diharuskan para da’i yaitu agar mencegah kemunkaran yang ada di masyarakat yaitu dengan lisannya baik dengan cara hikmah, yaitu mencegahnya dengan melarangnya dengan kata-kata hikmah, kata-kata lembut yang dapat masuk dalam relung hatu mad’unya, atau dengan ma’idzotul hasanah dimana seorang dari menyampaikan akan nilai-nilai yang di perintahkan Alloh Swt dan larangan-larangannya di depan khalayak banyak agar mad’u lebih dapat memahami tentang islam dan lebih mengetahui batasan larangan yang harus di hindarinya, dan yang terakhir yaitu dengan wajaadilhum bil lati hiya ahsan dimana seorang da’i dapat mengumpulkan mad’u dan mengajaknya untuk berdiskusi,bermusyawarah yang didalamnya membahas agar perkara yang munkar tersebut dapat di tinggalkan dan tidak terulangi lagi.//

    Jujur, saya tersiksa setelah membaca satu kalimat di atas. Butuh napas panjang. Terlebih, kasus serupa juga ditemui di bebrapa kalimat lain, terutama bagian Analisa (Analisis?).
    Meski demikian, apa pun bentuknya saya apresiasi karyanya. Selamat ya Lutfi Mubarok. :)

    ReplyDelete
  24. Khoirul anwarudin kpi/b

    penulis sudah sangat baik dalam memaparkan materinya. hanya saja penulis tidak menyertakan materi dan teori efektifitas, media massa dan globalisasi. sebagai bagian dari variabel masalah yang diangkat penulis. penulis lebih terfokus pada materi dakwah.
    selain itu, penulis juga tidak menggunakan huruf miring untuk kosakata dan istilah asing. seperti penggalan ayat dan istilah bahasa inggris.

    *pada hari selasa, saya telah memposting komentar melalui mobile. setelah saya cek ternyata tidak muncul. terima kasih

    ReplyDelete