Sunday, November 23, 2014

Analisis Karya Ilmiah1

Paradigma Masyarakat Danawinangun terhadap Filsafat Ilmu

Ikfal Al Fazri (1414331025)

Filsafat Ilmu merupakan salah satu cabang pengetahuan yang berkembang sangat pesat, sehingga Ilmu menjadi sebuah pengetahuan yang di gumuli dalam kegiatan pendidikan.

Kata Kunci: filsafat, ilmu, masyarakat, Danawinangun

A.      Pendahuluan
1.         Latar Belakang
Filsafat adalah induk semua ilmu, demikianlah kata para filosof. Pada awalnya, memang cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu. Ilmu hanya terbatas pada persoalan empiris saja, sedangkan filsafat mencakup objek empiris maupun empiris. Namun pada perkembangannya, filsafat berkembang menjadi bagian terspesialisasi, seperti filsafat agama. filsafat ilmu, dan filsafat hukum. Alasannya, filsafat tidak terus menerus berada di awang-awang, tapi juga harus membimbing ilmu.[1]
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat di dorong untuk mengetahui  apa yang telah  diketahui dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang telah di jangkau.[2]
Dalam filsafat, cabang yang membahas tentang pengetahuan di antaranya adalah Ilmu dan Epistemologi. Epistemolgi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang hakikat, keaslian, metode, dan struktur pengetahuan. Seperti induknya (filsafat) epistemologi secara global memiliki pengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[3]
Sedangkan Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak di bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti berterus terang terhadap diri kita sendiri. Apakah sebenarnya yang kita ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Bagaimana kita ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar?[4]
 Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu  alam dan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan terknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan diantara keduanya.[5]

2.      Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam karya tulis ini, yaitu bagaimana paradigma masyarakat terhadap Filsafat Ilmu di Desa Danawinangun?

3.      Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada di atas maka tujuan penulisan karya ilmiah ini, yaitu Untuk menganalisis, menkaji, dan mengetahui paradigma mayarakat terhadap Filsafat Ilmu.

B.   Filsafat Ilmu
1. Filsafat
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.  Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan anatara ilmu-ilmu  alam dan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan terknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan diantara keduanya.[6]
Kata filsafat berasal dari kata “philosophia” (bahasa Yunani), diartikan dengan “mencintai kebijaksanaan”. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata filsafat disebut dengan istilah “philosiphy” dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah “falsafah” yang biasa diterjemahkan dengan “cinta kearifan”. Istilah philosophia memiliki akar kata philien yang berarti mencintai dan shopos berarti bijaksana. Jadi, istilah philosophia berarti mencintai akan hal-hal bersifat bijaksana. [7]


Dalam pengertian lain, filsafat diartikan sebagai interprestasi atau evaluasi terhadap apa yang penting dan berarti bagi hidup. Adapula yang beranggapan bahwa filosof telah bertanggung jawab terhadap cita-cita dan kultur masyarakat tertentu.[8]Filsafat adalah induk semua ilmu, demikianlah kata para filosof. Pada awalnya, memang cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu. Ilmu hanya terbatas pada persoalan empiris saja, sedangkan filsafat mencakup objek empiris maupun empiris. Namun pada perkembangannya, filsafat berkembang menjadi bagian terspesialisasi[9], seperti filsafat agama. filsafat ilmu, dan filsafat hukum. Alasannya, filsafat tidak terus menerus berada di awang-awang, tapi ia juga harus membimbing ilmu.[10]
a)      Filsafat menurut Para Tokoh
1)      Socrates (399-469 SM)
Ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa “filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia.”[11]
2)      Plato (374-427 SM)
Seorang sahabat dan sekaligus murid Socrates ini telah mengubah pengertian kearifan (shopia) yang semula bertalian dengan soal-soal praktis dalam kehidupan dalam pemahaman intelektual. Plato pun menyatakan “filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolut (keduanya sama dalam pandangannya), lewat “dialetika”.”[12]
3)      Aristoteles (332-384 SM)
Aristoteles adalah seorang murid Plato yang terkemuka. Aristoteles mengembangkan paham-paham yang dikemukakan oleh gurunya tersebut. Menurutnya “filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.”[13]
4)      Al-Farabi (870-950 M)
Ia adalah seorang filosof muslim terbesar sebelum Ibnu Sina. Al-Farabi mengemukakan “filsafat adalah ilmu tentang alam yang nyata dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya”[14]
            Beberapa rumusan filsafat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang mencari kebenaran dari hakikat, dan menautkan sebab dan akibat serta berusaha menginterprestasikan pengalaman-pengalaman manusia.

2.      Ilmu
“Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dengan wajan fa’ila, yaf’alu, yang berarti memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science yang artinya pengetahuan”[15] jadi pengertian ilmu yang terdapat di kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem dan menggunakan metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan.[16] Adapun beberapa tokoh yang mengemukakan definisi tentang Ilmu, diantaranya sebagai berikut.
a)        Mohammad Hatta
“Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun bangunannya dari dalam.”[17]
b)       Ernest Van Den Haag
“Ilmu adalah empiris, rasional, umum, sistematik, dan keempatnya serentak”[18]
c)        Ashley Montagu
“Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji”[19]
d)       Karl Pearson
“Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang dikonferhensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana”[20]
            Dari keterangan para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif.

3.      Filsafat Ilmu menurut Para Tokoh
Merumus pengertian atau definisi tertentu tidaklah mudah, begitu juga tentang memahami filsafat ilmu. Beberapa ahli telah memberikan definisi tentang filsafat ilmu ini, diantaranya sebagai berikut :
a)      Michael V. Berry
“filsafat ilmu adalah “the study of the inner logic of scientific theoris, and the relations between experimen and theory, i.e. of scientific mrthof.” Menurut Berry filsafat ilmu adalah penelaahan tentang logika intern dan teori-teori ilmiah, dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.” Bagi Berry filsafat ilmu sebagai ilmu yang dipakai untuk menelaah tentang logika, teori-teori ilmiah, serta upaya pelaksanaannya untuk menghasilkan suatu metode teori ilmiah. Dalam ilmu filsafat, logika termasuk dalam bagian ilmu yang di anggap berat dan sulit, perlu latihan dan pemahaman yang serius agar seorang dapat memahami logika secara baik, maka orang tersebut dianggap telah sampai pada level penguasaan filsafat ilmu yang tinggi.[21]
b)     May Brodbeck
ia memberikan definisi filsafat ilmu sebagai “the ethically and philosophically neutral analysis, description and clarification of the foundations of science.” Filsafat ilmu bagi Brodbeck adalah suatu analisi netral yang secara etis dan falsafi, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu. Bagi Brodbeck, ilmu itu harus bisa menganalisis, menggali, mengkaji,dan bahkan melukiskannya sesuatu secara netral etis,  dan filosofis, sehingga ilmu itu dapat dimanfaatkan secara benar dan relevan.[22]
c)      Pythagoras
Phytagoras mangatakan bahwa kajian filsafat ilmu adalah manusia yang mencintai kesenangan, mereka mencintai kegiatan, dan mereka yang mencintai kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan untuk menuju keselamatan dalam menghadapi kehidupan.[23]

Dari definisi ketiga tokoh diatas dapat disintesis kan bahwa filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dengan perbandingan terhadap lampau yang telah dibuktikan atau dalam rangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya. Dengan filsafat ilmu seorang dapat mengkaji secara kritis tentang pendapat-pendapat atau karya ilmiah seorang melalui kriteria tertentu agar dimanfaatkan secara maksimal dan realistis.
Adapun kesimpulan yang bisa kita tarik dari semua pembahasan teori diatas, bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat pengetahuan. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Tentang hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu pengetahuan itu menimbulkan persoalan yang hangat. Pada masa ini dengan tegas dibedakan lapangannya masing-masing antara filsafat dan ilmu.

4.        Analisis
Berdasarkan landasan teori dan penelitian yang telah dilakukan maka dapat kita ketahui bahwasanya paradigma masyarakat Danawinangun sangat rendah karena Danawinangun daerah pedesaan yang jauh dari lingkungan intelektual (sekolah tinggi). Masyarakat Danawinangun pada umumnya masih belum mamahami apa itu filsafat?  Apa itu ilmu? Dan apa itu Filsafat Ilmu? Dalam era global ini, sangat dibutuhkan adanya pendidikan agar masyarakat paham akan adanya filsafat dan ilmu. Salah satunya adalah dengan memperbanyak belajar dan membaca buku orang-orang yang terkenal dengan karya ciptanya. Seperti halnya yang ditelah dipaparkan dalam pembahasan, bahwa filsafat dan ilmu berperan penting dalam kemaslatan masyarakat dengan olah pikir.
Hanya saja dalam hal ini masih didominasi oleh konteks sosial, karena hakikatnya kita filsafat adalah ilmu yang mempelajari semua hal yang dipertanyakan. Kendati demikian, menurut Junaidi selaku sekertaris desa Danawinangun, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang didalamnya mengkaji tentang hakikat-hakikat manusia yang belum nyata kebenerannya, dan filsafat adalah ilmu dimana ilmu itu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Ilmu juga merupakan olah pikir manusia dalam mencaari suatu kebenaran dengan disertai fakta atau yang dapat dilihat oleh panca indera. Dan kurangnya pendidikan masyarakat Danawinangun menyebabkan mereka tidak paham dengan adanya filsafat ilmu, karena pemikiran masyarakat hanya berfikir untuk kehidupannya saja, tidak memikirkan apa yang dipertanyakan manusia lainnya. Adanya teknologi yang modern, menyebabkan suatu tatanan masyarakat tidak dapat memanfaatkan apa yang sudah ada sekarang. Padahal jika dimanfaatkan dengan baik teknologi akan berguna dalam menkaji sebuah ilmu, masyarakat pun  terlena didalamnya.
Pendapat yang dipaparkan oleh Junaidi diatas memang benar, bahwa filsafat merupakan hakikat-hakikat manusia yang belum nyata kebenarannya, akan tetapi filsafat sebenarnya bukan hanya hakikat manusia yang dikaji, ada banyak hal yang dapat dikaji dalam filsafat contohnya, membahas tentang Tuhan, hakikat alam, adanya surga dan nerak, serta banyak lainnya. Apa yang dikemukakan beliau tentang paradigma masyarakat Danawinangun tentang filsafat ilmu memang sangat rendah, artinya pemahaman masyarakat Danawinangun tentang filsafat sangatlah kurang, dikarenakan teknologi modern yang berkembang sangat pesat, sehingga menyebabkan kurangnya belajar dalam  ilmu-ilmu terdahulu serta tidak memanfaatkan fasiltas modern yang sudah ada. Sehingga ilmu filsafat dan filsafat ilmu tersisihkan dari masyarakat. 
Adapun seorang Ustadz di Danawinangun berpendapat bahwa filsafat adalah kajian ilmu yang menuntut untuk kebenaran. Artinya ilmu-ilmu yang dikaji dalam filsafat adalah ilmu yang masih dipertanyakan, sehingga perlu adanya penelitian dengan apa yang dipertanyakan dan mencari kebenaran berdasarkan fakta yang ada. Masyarakat Danawinangun yang rendah dalam bidang pendidikan menyebabkan sebagian dari mereka tidak tahu adanya filsafat, disini lah peran kami untuk memberi sedikit gambaran bahwa filsafat adalah ilmu yang mencari kebenaran. Akan tetapi, pendidikan yang rendah menjadikan masyarakat tidak paham dengan filsafat ilmu ini. Seharusnya filsafat ilmu diterapkan dengan tradisi-tradisi dan kebudayaan yang berkembang di masyarakat Danawinangun. Sehingga mereka akan menerima adanya filsafat dan perkembangannya. Begitu juga ilmu, sebuah pengetahuan yang mendasari untuk berprilaku dan beretika dalam bermasyarakat. Dengan adanya ilmu maka masyarakat bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Dari pemaparan seorang Ustadz diatas, bahwasannyaa filsafat mengkaji kebenaran berdasarkan fakta yang ada.  Apa yang dipaparkan diatas memang benar, akan tetapi dalam ilmu filsafat apapun hal yang bisa dipertanyakan walaupun itu tidak logis, itu bisa dikaji dan diteliti akan kebenarannya. Dari pemamprannya, bahwa filsafat sebenarnya bisa tumbuh dalam masyarakat dengan diterapkan pada budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat Danawinangun, sehingga masyarakat yang belum paham dengan adanya ilmu filsafat mereka bisa memahami ilmu filsafat ini. Selain itu juga yang menyebabkan masyarakat tidak paham dengan ilmu filsafat adalah pendidikan yang rendah yang ditempuh oleh masyarakat Danawinangun. Dan sebenarnya dengan adanya filsafat masyarakat bisa berfikir untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
 Seorang warga masyarakat bernama Suherni, yang berprofesi sebagai Guru mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah induk dari semua ilmu. Yang artinya terciptanya ilmu-ilmu sekarang sebenarnya tercipta karena adanya filsafat (pemikiran), dengan berfikir kita akan menemukan hal-hal baru dan itu akan menjadi sebuah pengetahuan. Akan tetapi paradigma masyarakat Danawinangun tidak begitu paham dengan adanya ilmu yang maha dasyat ini, karena sebagian masyarakat Danawinangun pendidikannya rendah, sehingga menyebabkan rendahnya ilmu yang dimiliki. Dan sebenarnya mereka itu tahu adanya filsafat, akan tetapi tidak paham apa itu filsafat ilmu yang sebenarnya.
Apa yang dijelaskan oleh Suherni selaku Guru, sangatlah benar bahwasannya filsafat adalah induk dari semua ilmu, yang artinya ilmu-ilmu yang sebenarnya seperti sains, matematika, ekonomi, kedokteran, dan lain sebagainya itu tercipta karena pemikiran (filsafat). Dengan berfikir maka bisa menemukan ilmu-ilmu baru dalam kehidupan. Apa yang dikemukakan Suherni tentang paradigma masyarakat hampir sama dengan seorang Ustadz diatas. Kurangnya pemahaman masyarakat Danawinangun tentang filsafat ilmu dikarenakan pendidikan yang rendah yang ditempuh masyarakat.
Sutardi, yang berprofesi sebagai pedagang mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan manusia. Ilmu disini diartikan sebagai pengetahuan yang digali oleh manusia selama hidupnya untuk menjalani kehidupan yang nyata dan menghadapi kerasnya dunia ini. Dengan pengetahuan, manusia bisa menjalani kehidupan ini dengan berkhidmat dan bisa hidup sejahtera. Dan pandangan masyarakat terhadap filsafat sangatlah rendah, karena saya sendiri belum paham akan adanya filsafat ilmu, dan bagaimana perkembangan filsafat ilmu itu sendiri.
Pemaparan yang telah disampaikan Sutardi tentang filafat ilmu, kurang begitu jelas. Karena sebenarnya filsafat ilmu bukan hanya mengkaji dan mempelajari ilmu pengetahuan manusia saja. Disini filsafat adalah induk dari semua ilmu, artinya ilmu-ilmu yang tercipta dari filsafat bukan hanya tentang pengetahuan manusia, akan tetapi bisa mengkaji tentang adanya Tuhan, keadaan alam, surga dan neraka, serta banyak lainnya. Memang benar jika masyarakat paham dengan adanya filsafat ilmu maka akan tercipta kesejahteraan, karena filsafat itu berfikir. Artinya ketika ada permasalahan maka masalah itu akan difikirkan dengan matang sehingga memunculkan solusi-solusi dan ide-ide yang membuat kemaslahatan masyarakat.
Dari pemaparan para tokoh masyarakat Danawinangun, menyatakan bahwa sebagian masyarakat Danawinangun belum memahami apa itu filsafat dan bagaimana perkembangan filsafat ilmu pada masyarakat itu sendiri, dikarenakan rendahnya pendidikan menyebabkan masyarakat tidak paham dengan adanya sebuah ilmu yang penting dalam kehidupan. Ini pun perlu diatasi karena pada era pasar bebas ini, masyarakat harus paham dengan filsafat. Agar pemikiran masyarakat Danawinangun maju dan berkembang, bahkan bersaing dengan desa-desa lain dalam bidang apapun.


C.      Penutup
1.      Simpulan
Paradigama masyarakat Danawinangun terhadap filsafat ilmu sangat lah rendah, karena sebagian masyarakatnya belum paham dengan adanya filsafat. Dan pengaruh media elektronik yang sangat pesat, masyarakat tidak memanfaatkannya dengan baik, sehingga masyarakat tidak paham dengan adanya ilmu filsafat. Serta pendidikan yang rendah menyebabkan mereka tidak paham dengan filsafat ilmu.

2.      Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian tentang paradigama masyarakat Danawinangun tentang filsafat ilmu, maka penulis berharap kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, juga dapat mengambil hal-hal yang baik dari hasil penelitian ini dan di harapkan pula agar lebih banyak belajar dan membaca tentang ilmu filsafat.

Daftar Pustaka

Bakhtiar, Amsal. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta. Rajagrafindo Persada.
Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam dari “Metode Rasional hingga
Metode Kritik”. Jakarta. Erlangga.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Penghantar Filsafat. Yogyakarta. Kanisius.
Salam, Berhanuddin. 2012. Pengantar Filsafat. Jakarta. Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 1993. Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”. Jakarta. Pustaka
Sinar Harapan.
Susanto, A. 2013. Filsafat Ilmu “Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologi, dan
Aksiologi.  Jakarta. Bumi Aksara.
Syadali, Ahmad. 2004.  Filsaf at Umum. Bandung. Pustaka Setia.




[1] Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, 2013, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rajagrafindo Persada, (Sinopsis)
[2] Jujun S. Suriasumantri, 1993. Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19
[3] Ahmad Syadali, dkk, 2004,  Filsafat Umum, Bandung, Pustaka Setia, Hlm. 106
[4] Jujun S. Suriasumantri, 1993, Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”, Jakarta. Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19-20
[5] Ibid., Hlm. 33
[6] Jujun S. Suriasumantri, 1993, Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 33
[7] Drs. A. Susanto, M.Pd, 2013, Filsafat Ilmu “Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologis, Jakarta, Bumi Aksara, Hlm.,1
[8] Drs. Berhanuddin Salam, 2012, Pengantar Filsafat, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 58
[9] Spesialisasi adalah bagian dari ilmu itu sendiri (filsafat)
[10] Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, 2013, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rajagrafindo Persada, (Sinopsis)
[11] Drs. A. Susanto, M.Pd, 2013, Filsafat Ilmu “Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologi,  Jakarta, Bumi Aksara, Hlm.,2
[12] Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. 2013, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rajagrafindo Persada, Hlm,. 7
[13] Drs. A. Susanto, M.Pd, 2013, Filsafat Ilmu “Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologis, Jakarta, Bumi Aksara, Hlm., 7
[14] Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, 2013, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rajagrafindo Persada, Hlm,. 8
[15] Ibid., Hlm,. 12
[16] Ibid., Hlm,. 13
[17] Ibid., Hlm,. 15
[18] Ibid.,
[19] Ibid.,
[20] Ibid.,
[21] Ibid., 48
[22] Ibid,.
[23] Ibid,.

15 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Tambahan dari saya, mengenai paragraf perlu dirapihkan dan diedit kembali !

    by. Triyadi Akidah Filsafat

    ReplyDelete
  3. Bahasa yang digunakan sudah baik namun ada yang harus dibenarkan lagi dalam makalah ini yakni dalam hal penomoran seperti contoh : 1,A,(1),(a).

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum saya Harry (1414331027) semester I jurusan Akidah Filsafat, ingin mengomentari makalah ini, dalam penulisan makalah ini masih terdapat dibeberapa paragraf kata penghubung (konjungsi) yang dijadikan sebagai kata awal kalimat, seperti (dan, dari) contohnya pada kalimat :" Dan pandangan masyarakat terhadap filsafat sangatlah rendah,... " . Mungkin hanya itu komentar saya terhadap makalah ini. maaf apabila terdapat salah kata. Wassalamulaikum Warahmatullah .

    ReplyDelete
  5. Penulisan dalam Abstrak harus menjorok ke dalam dan menggunakan spasi 1.0 !

    by. Lutfi Lutfia Lutfin AF

    ReplyDelete
  6. masih ada penulisan bhsa asing yg slh spt kata wajan yg seharusnya wazan
    dari amril huda musyadad

    ReplyDelete
  7. Dalam penulisan EYD masih banyak yang kurang benar, contohnya masih menggunakan kata "kita" dan "ia" .

    By. Fitri Handayani AF

    ReplyDelete
  8. menurut saya makalah ini sudah cukup baik, namun alangkah lebih baiknya pengetikan pada kata yang menunjukan suatu tempat seharusnya dipisahkan, seperti kata "diatas" seharusnya "di atas". makasih

    ReplyDelete
  9. assalamu'alaiakum
    saya endang prihatin (1414331026) menggunakan akun milik harry untuk mengomentari makalah ikfal alfzari.
    menurut saya, makalah yang di buat ikfal secara keseluruhan cukup baik. akan tetapi banyak terdapat kata-kata/kalimat yang kurang korelasinya dengan kalimat sebelum dan sesudahnya. contoh pada latar belakang dikatakan bahwa " ilmu hanya mencakup objek empiris saja,sedangkan filsafat mencakup objek empiris maupun empiris " ,penggunaan Eyd dan kerpihan penulisan masih kurang,serta pada abstrak masih kurang sehingga belum memberikan gambaran isi dari makalah. demikian dan terimakasih.

    ReplyDelete
  10. kalau menurut saya adak kata-kata yang tidak ada dalam kamus bahasa indonesia contohnya seperti:"gumuli" pada latar belakang paragraf ke-empat baris pertama




    by:Ibnu saep muhtadi imam alias dul alias ISMI

    ReplyDelete
  11. Penulisan footnote lebih baik menggunakan Op.cit ketimbang menulis kembali secara lengkap contohnya:
    Jujun S. Suriasumantri, 1993. Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19
    Ahmad Syadali, dkk, 2004, Filsafat Umum, Bandung, Pustaka Setia, Hlm. 106
    Jujun S. Suriasumantri, 1993, Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”, Jakarta. Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19-20
    Alangkah lebih baik menggunakan Op.cit, seperti :
    Jujun S. Suriasumantri, 1993. Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19
    Ahmad Syadali, dkk, 2004, Filsafat Umum, Bandung, Pustaka Setia, Hlm. 106
    Jujun S. Suriasumantri, Op.cit. hlm. 19-20

    ReplyDelete
  12. Makalah yang baik tapi alangkah baiknya meneliti kata sambung seperti contoh
    "Dari definisi ketiga tokoh diatas dapat disintesis kan"

    Me - Imam Suryadinata

    ReplyDelete
  13. Assalamualaikum
    Dalam makalah ini saya temukan beberapa kata istilah yang menurut saya sendriri (pembaca) makalah ini kurang jelas. Seperti kata Hukum Kausal dalam point A kutipan pendapat Moh. Hatta yang mengutarakan pendapat tentang pengertian ilmu. Dan juga kata di konfrehensif dalam kutipan yang dikemukakan oleh Karl Pearson “Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang dikonferhensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana”.
    Mungkin untuk beberapa orang mengerti arti dari kata tersebut tapi lain halnya dengan pembaca yang tanda kutip awam. Ketika membaca maklaah ini tentunya akan merasa kebingungan. Menurut hemat saya kata-kata yang mengandung istilah sebaiknya diberikan penjelasan baik itu di footnote kan atau dijelaskan langsung dalam paragraf yang mengandung kata istilah tersebut. Tujuannya agar para pembaca baik dari kalangan intelektual maupun awam dapat mengerti semua apa yang dipaparkan dalam makalah ini.
    Dan juga menurut saya sebelum pembahasan alangkah lebih baiknya didahului dengan kata pengantar.
    Terima Kasih Wassalamualaikum.
    Indah Nurmahmudah AF Semester 1

    ReplyDelete
  14. Penulisan EYD pada kalimat berikut

    May Brodbeck
    ia memberikan definisi filsafat ilmu sebagai “the ethically and philosophically neutral analysis, description and clarification of the foundations of science.”

    By. Siti Kapsah

    ReplyDelete
  15. Casino in Las Vegas - Mapyro
    Casino in Las Vegas 안산 출장안마 is the perfect place to start 영천 출장샵 exploring Las Vegas. See Mapyro's interactive seating chart 동두천 출장안마 and 대구광역 출장샵 map 상주 출장마사지 of the area's parking lots and

    ReplyDelete