Ikfal Al Fazri (1414331025)
Filsafat
Ilmu merupakan salah satu cabang pengetahuan yang berkembang sangat pesat,
sehingga Ilmu menjadi sebuah pengetahuan yang di gumuli dalam kegiatan
pendidikan.
Kata
Kunci: filsafat, ilmu, masyarakat, Danawinangun
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Filsafat adalah
induk semua ilmu, demikianlah kata para filosof. Pada awalnya, memang cakupan
objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu. Ilmu hanya terbatas pada persoalan
empiris saja, sedangkan filsafat mencakup objek empiris maupun empiris. Namun
pada perkembangannya, filsafat berkembang menjadi bagian terspesialisasi,
seperti filsafat agama. filsafat ilmu, dan filsafat hukum. Alasannya, filsafat
tidak terus menerus berada di awang-awang, tapi juga harus membimbing ilmu.[1]
Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat di dorong untuk
mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum kita tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui
dalam kesemestaan yang tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti
mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh
sebenarnya kebenaran yang telah di jangkau.[2]
Dalam filsafat,
cabang yang membahas tentang pengetahuan di antaranya adalah Ilmu dan
Epistemologi. Epistemolgi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
hakikat, keaslian, metode, dan struktur pengetahuan. Seperti induknya
(filsafat) epistemologi secara global memiliki pengaruh terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.[3]
Sedangkan Ilmu
merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak di bangku sekolah dasar sampai
pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti berterus
terang terhadap diri kita sendiri. Apakah sebenarnya yang kita ketahui tentang
ilmu? Apakah ciri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dari
pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Bagaimana kita ketahui bahwa
ilmu merupakan pengetahuan yang benar?[4]
Meskipun secara metodologis ilmu tidak
membedakan antara ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan terknis yang bersifat
khas, maka filsafat ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat
ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom.
Ilmu memang berbeda dari pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan
diantara keduanya.[5]
2. Rumusan
Masalah
Adapun
permasalahan yang akan dikaji dalam karya tulis ini, yaitu bagaimana paradigma
masyarakat terhadap Filsafat Ilmu di Desa Danawinangun?
3. Tujuan
Dari
rumusan masalah yang ada di atas maka tujuan penulisan karya ilmiah ini, yaitu Untuk
menganalisis, menkaji, dan mengetahui paradigma mayarakat terhadap Filsafat
Ilmu.
B. Filsafat Ilmu
1. Filsafat
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan
ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri
tertentu. Meskipun secara metodologis
ilmu tidak membedakan anatara ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan
terknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu dibagi menjadi filsafat
ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang
filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan secara
filsafat, namun tidak terdapat perbedaan diantara keduanya.[6]
Kata filsafat berasal dari kata “philosophia”
(bahasa Yunani), diartikan dengan “mencintai kebijaksanaan”. Sedangkan dalam
bahasa Inggris kata filsafat disebut dengan istilah “philosiphy” dan
dalam bahasa Arab disebut dengan istilah “falsafah” yang biasa
diterjemahkan dengan “cinta kearifan”. Istilah philosophia memiliki akar
kata philien yang berarti mencintai dan shopos berarti bijaksana.
Jadi, istilah philosophia berarti mencintai akan hal-hal bersifat
bijaksana. [7]
Dalam
pengertian lain, filsafat diartikan sebagai interprestasi atau evaluasi
terhadap apa yang penting dan berarti bagi hidup. Adapula yang beranggapan
bahwa filosof telah bertanggung jawab terhadap cita-cita dan kultur masyarakat
tertentu.[8]Filsafat
adalah induk semua ilmu, demikianlah kata para filosof. Pada awalnya, memang
cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu. Ilmu hanya terbatas pada
persoalan empiris saja, sedangkan filsafat mencakup objek empiris maupun
empiris. Namun pada perkembangannya, filsafat berkembang menjadi bagian
terspesialisasi[9], seperti
filsafat agama. filsafat ilmu, dan filsafat hukum. Alasannya, filsafat tidak
terus menerus berada di awang-awang, tapi ia juga harus membimbing ilmu.[10]
a) Filsafat
menurut Para Tokoh
1) Socrates
(399-469 SM)
Ia adalah seorang filosof dalam
bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada zaman Yunani Kuno. Socrates
memahami bahwa “filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif
atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia.”[11]
2) Plato
(374-427 SM)
Seorang sahabat dan sekaligus murid
Socrates ini telah mengubah pengertian kearifan (shopia) yang semula
bertalian dengan soal-soal praktis dalam kehidupan dalam pemahaman intelektual.
Plato pun menyatakan “filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolut
(keduanya sama dalam pandangannya), lewat “dialetika”.”[12]
3) Aristoteles
(332-384 SM)
Aristoteles
adalah seorang murid Plato yang terkemuka. Aristoteles mengembangkan
paham-paham yang dikemukakan oleh gurunya tersebut. Menurutnya “filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.”[13]
4) Al-Farabi
(870-950 M)
Ia adalah seorang filosof muslim
terbesar sebelum Ibnu Sina. Al-Farabi mengemukakan “filsafat adalah ilmu
tentang alam yang nyata dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya”[14]
Beberapa
rumusan filsafat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat
adalah ilmu yang mencari kebenaran dari hakikat, dan menautkan sebab dan akibat
serta berusaha menginterprestasikan pengalaman-pengalaman manusia.
2.
Ilmu
“Ilmu
berasal dari bahasa Arab ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dengan wajan fa’ila,
yaf’alu, yang berarti memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science
yang artinya pengetahuan”[15]
jadi pengertian ilmu yang terdapat di kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem dan menggunakan metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di
bidang pengetahuan.[16]
Adapun beberapa tokoh yang mengemukakan definisi tentang Ilmu, diantaranya sebagai
berikut.
a)
Mohammad Hatta
“Ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun bangunannya
dari dalam.”[17]
b) Ernest
Van Den Haag
“Ilmu adalah empiris, rasional,
umum, sistematik, dan keempatnya serentak”[18]
c)
Ashley Montagu
“Ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan
untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji”[19]
d) Karl
Pearson
“Ilmu adalah lukisan atau
keterangan yang dikonferhensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan
istilah yang sederhana”[20]
Dari
keterangan para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah
sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu
sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan
kumulatif.
3.
Filsafat Ilmu menurut Para Tokoh
Merumus pengertian atau definisi
tertentu tidaklah mudah, begitu juga tentang memahami filsafat ilmu. Beberapa
ahli telah memberikan definisi tentang filsafat ilmu ini, diantaranya sebagai
berikut :
a)
Michael V. Berry
“filsafat ilmu adalah “the study of
the inner logic of scientific theoris, and the relations between experimen and
theory, i.e. of scientific mrthof.” Menurut Berry filsafat ilmu adalah
penelaahan tentang logika intern dan teori-teori ilmiah, dan hubungan-hubungan
antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.” Bagi Berry filsafat
ilmu sebagai ilmu yang dipakai untuk menelaah tentang logika, teori-teori
ilmiah, serta upaya pelaksanaannya untuk menghasilkan suatu metode teori
ilmiah. Dalam ilmu filsafat, logika termasuk dalam bagian ilmu yang di anggap
berat dan sulit, perlu latihan dan pemahaman yang serius agar seorang dapat
memahami logika secara baik, maka orang tersebut dianggap telah sampai pada
level penguasaan filsafat ilmu yang tinggi.[21]
b)
May Brodbeck
ia memberikan definisi filsafat ilmu
sebagai “the ethically and philosophically neutral analysis, description and
clarification of the foundations of science.” Filsafat ilmu bagi Brodbeck
adalah suatu analisi netral yang secara etis dan falsafi, pelukisan dan penjelasan
mengenai landasan-landasan ilmu. Bagi Brodbeck, ilmu itu harus bisa
menganalisis, menggali, mengkaji,dan bahkan melukiskannya sesuatu secara netral
etis, dan filosofis, sehingga ilmu itu
dapat dimanfaatkan secara benar dan relevan.[22]
c)
Pythagoras
Phytagoras mangatakan bahwa
kajian filsafat ilmu adalah manusia yang mencintai kesenangan, mereka mencintai
kegiatan, dan mereka yang mencintai kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam
pandangannya menyangkut kemajuan untuk menuju keselamatan dalam menghadapi
kehidupan.[23]
Dari definisi ketiga tokoh diatas dapat disintesis
kan bahwa filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dengan perbandingan terhadap lampau yang telah dibuktikan atau dalam
rangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu,
tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari
praktik ilmiah senyatanya. Dengan filsafat ilmu seorang dapat mengkaji secara
kritis tentang pendapat-pendapat atau karya ilmiah seorang melalui kriteria
tertentu agar dimanfaatkan secara maksimal dan realistis.
Adapun kesimpulan yang bisa kita tarik dari semua
pembahasan teori diatas, bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempunyai sifat-sifat pengetahuan. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak
termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Tentang hubungan filsafat dengan
ilmu-ilmu pengetahuan itu menimbulkan persoalan yang hangat. Pada masa ini
dengan tegas dibedakan lapangannya masing-masing antara filsafat dan ilmu.
4.
Analisis
Berdasarkan landasan teori dan
penelitian yang telah dilakukan maka dapat kita ketahui bahwasanya paradigma
masyarakat Danawinangun sangat rendah karena Danawinangun daerah pedesaan yang
jauh dari lingkungan intelektual (sekolah tinggi). Masyarakat Danawinangun pada
umumnya masih belum mamahami apa itu filsafat? Apa itu ilmu? Dan apa itu Filsafat Ilmu? Dalam
era global ini, sangat dibutuhkan adanya pendidikan agar masyarakat paham akan
adanya filsafat dan ilmu. Salah satunya adalah dengan memperbanyak belajar dan
membaca buku orang-orang yang terkenal dengan karya ciptanya. Seperti halnya
yang ditelah dipaparkan dalam pembahasan, bahwa filsafat dan ilmu berperan
penting dalam kemaslatan masyarakat dengan olah pikir.
Hanya saja dalam hal ini masih
didominasi oleh konteks sosial, karena hakikatnya kita filsafat adalah ilmu
yang mempelajari semua hal yang dipertanyakan. Kendati demikian, menurut Junaidi
selaku sekertaris desa Danawinangun, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang
didalamnya mengkaji tentang hakikat-hakikat manusia yang belum nyata
kebenerannya, dan filsafat adalah ilmu dimana ilmu itu bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu. Ilmu juga merupakan olah pikir manusia dalam
mencaari suatu kebenaran dengan disertai fakta atau yang dapat dilihat oleh
panca indera. Dan kurangnya pendidikan masyarakat Danawinangun menyebabkan
mereka tidak paham dengan adanya filsafat ilmu, karena pemikiran masyarakat
hanya berfikir untuk kehidupannya saja, tidak memikirkan apa yang dipertanyakan
manusia lainnya. Adanya teknologi yang modern, menyebabkan suatu tatanan
masyarakat tidak dapat memanfaatkan apa yang sudah ada sekarang. Padahal jika
dimanfaatkan dengan baik teknologi akan berguna dalam menkaji sebuah ilmu,
masyarakat pun terlena didalamnya.
Pendapat yang dipaparkan oleh Junaidi
diatas memang benar, bahwa filsafat merupakan hakikat-hakikat manusia yang
belum nyata kebenarannya, akan tetapi filsafat sebenarnya bukan hanya hakikat
manusia yang dikaji, ada banyak hal yang dapat dikaji dalam filsafat contohnya,
membahas tentang Tuhan, hakikat alam, adanya surga dan nerak, serta banyak
lainnya. Apa yang dikemukakan beliau tentang paradigma masyarakat Danawinangun
tentang filsafat ilmu memang sangat rendah, artinya pemahaman masyarakat
Danawinangun tentang filsafat sangatlah kurang, dikarenakan teknologi modern
yang berkembang sangat pesat, sehingga menyebabkan kurangnya belajar dalam ilmu-ilmu terdahulu serta tidak memanfaatkan
fasiltas modern yang sudah ada. Sehingga ilmu filsafat dan filsafat ilmu
tersisihkan dari masyarakat.
Adapun seorang Ustadz di Danawinangun
berpendapat bahwa filsafat adalah kajian ilmu yang menuntut untuk kebenaran.
Artinya ilmu-ilmu yang dikaji dalam filsafat adalah ilmu yang masih
dipertanyakan, sehingga perlu adanya penelitian dengan apa yang dipertanyakan
dan mencari kebenaran berdasarkan fakta yang ada. Masyarakat Danawinangun yang
rendah dalam bidang pendidikan menyebabkan sebagian dari mereka tidak tahu
adanya filsafat, disini lah peran kami untuk memberi sedikit gambaran bahwa
filsafat adalah ilmu yang mencari kebenaran. Akan tetapi, pendidikan yang
rendah menjadikan masyarakat tidak paham dengan filsafat ilmu ini. Seharusnya
filsafat ilmu diterapkan dengan tradisi-tradisi dan kebudayaan yang berkembang
di masyarakat Danawinangun. Sehingga mereka akan menerima adanya filsafat dan
perkembangannya. Begitu juga ilmu, sebuah pengetahuan yang mendasari untuk
berprilaku dan beretika dalam bermasyarakat. Dengan adanya ilmu maka masyarakat
bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Dari pemaparan seorang Ustadz diatas,
bahwasannyaa filsafat mengkaji kebenaran berdasarkan fakta yang ada. Apa yang dipaparkan diatas memang benar, akan
tetapi dalam ilmu filsafat apapun hal yang bisa dipertanyakan walaupun itu
tidak logis, itu bisa dikaji dan diteliti akan kebenarannya. Dari pemamprannya,
bahwa filsafat sebenarnya bisa tumbuh dalam masyarakat dengan diterapkan pada
budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat Danawinangun, sehingga
masyarakat yang belum paham dengan adanya ilmu filsafat mereka bisa memahami
ilmu filsafat ini. Selain itu juga yang menyebabkan masyarakat tidak paham
dengan ilmu filsafat adalah pendidikan yang rendah yang ditempuh oleh
masyarakat Danawinangun. Dan sebenarnya dengan adanya filsafat masyarakat bisa
berfikir untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Seorang
warga masyarakat bernama Suherni, yang berprofesi sebagai Guru mengemukakan
bahwa filsafat ilmu adalah induk dari semua ilmu. Yang artinya terciptanya
ilmu-ilmu sekarang sebenarnya tercipta karena adanya filsafat (pemikiran),
dengan berfikir kita akan menemukan hal-hal baru dan itu akan menjadi sebuah
pengetahuan. Akan tetapi paradigma masyarakat Danawinangun tidak begitu paham
dengan adanya ilmu yang maha dasyat ini, karena sebagian masyarakat
Danawinangun pendidikannya rendah, sehingga menyebabkan rendahnya ilmu yang
dimiliki. Dan sebenarnya mereka itu tahu adanya filsafat, akan tetapi tidak
paham apa itu filsafat ilmu yang sebenarnya.
Apa yang dijelaskan oleh Suherni selaku
Guru, sangatlah benar bahwasannya filsafat adalah induk dari semua ilmu, yang
artinya ilmu-ilmu yang sebenarnya seperti sains, matematika, ekonomi,
kedokteran, dan lain sebagainya itu tercipta karena pemikiran (filsafat).
Dengan berfikir maka bisa menemukan ilmu-ilmu baru dalam kehidupan. Apa yang
dikemukakan Suherni tentang paradigma masyarakat hampir sama dengan seorang
Ustadz diatas. Kurangnya pemahaman masyarakat Danawinangun tentang filsafat
ilmu dikarenakan pendidikan yang rendah yang ditempuh masyarakat.
Sutardi, yang berprofesi sebagai
pedagang mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan manusia. Ilmu
disini diartikan sebagai pengetahuan yang digali oleh manusia selama hidupnya
untuk menjalani kehidupan yang nyata dan menghadapi kerasnya dunia ini. Dengan
pengetahuan, manusia bisa menjalani kehidupan ini dengan berkhidmat dan bisa
hidup sejahtera. Dan pandangan masyarakat terhadap filsafat sangatlah rendah,
karena saya sendiri belum paham akan adanya filsafat ilmu, dan bagaimana perkembangan
filsafat ilmu itu sendiri.
Pemaparan yang telah disampaikan Sutardi
tentang filafat ilmu, kurang begitu jelas. Karena sebenarnya filsafat ilmu
bukan hanya mengkaji dan mempelajari ilmu pengetahuan manusia saja. Disini
filsafat adalah induk dari semua ilmu, artinya ilmu-ilmu yang tercipta dari
filsafat bukan hanya tentang pengetahuan manusia, akan tetapi bisa mengkaji
tentang adanya Tuhan, keadaan alam, surga dan neraka, serta banyak lainnya.
Memang benar jika masyarakat paham dengan adanya filsafat ilmu maka akan
tercipta kesejahteraan, karena filsafat itu berfikir. Artinya ketika ada
permasalahan maka masalah itu akan difikirkan dengan matang sehingga
memunculkan solusi-solusi dan ide-ide yang membuat kemaslahatan masyarakat.
Dari pemaparan para tokoh masyarakat
Danawinangun, menyatakan bahwa sebagian masyarakat Danawinangun belum memahami
apa itu filsafat dan bagaimana perkembangan filsafat ilmu pada masyarakat itu
sendiri, dikarenakan rendahnya pendidikan menyebabkan masyarakat tidak paham
dengan adanya sebuah ilmu yang penting dalam kehidupan. Ini pun perlu diatasi
karena pada era pasar bebas ini, masyarakat harus paham dengan filsafat. Agar
pemikiran masyarakat Danawinangun maju dan berkembang, bahkan bersaing dengan
desa-desa lain dalam bidang apapun.
C. Penutup
1. Simpulan
Paradigama
masyarakat Danawinangun terhadap filsafat ilmu sangat lah rendah, karena
sebagian masyarakatnya belum paham dengan adanya filsafat. Dan pengaruh media
elektronik yang sangat pesat, masyarakat tidak memanfaatkannya dengan baik,
sehingga masyarakat tidak paham dengan adanya ilmu filsafat. Serta pendidikan
yang rendah menyebabkan mereka tidak paham dengan filsafat ilmu.
2. Saran
Berdasarkan
hasil pembahasan dan penelitian tentang paradigama masyarakat Danawinangun
tentang filsafat ilmu, maka penulis berharap kepada para pembaca agar
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, juga dapat mengambil
hal-hal yang baik dari hasil penelitian ini dan di harapkan pula agar lebih
banyak belajar dan membaca tentang ilmu filsafat.
Daftar Pustaka
Bakhtiar,
Amsal. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta. Rajagrafindo Persada.
Qomar, Mujamil. 2005.
Epistemologi Pendidikan Islam dari “Metode Rasional hingga
Metode
Kritik”. Jakarta. Erlangga.
Rapar,
Jan Hendrik. 1996. Penghantar Filsafat. Yogyakarta. Kanisius.
Salam,
Berhanuddin. 2012. Pengantar Filsafat. Jakarta. Bumi Aksara.
Suriasumantri,
Jujun S. 1993. Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”. Jakarta.
Pustaka
Sinar Harapan.
Susanto,
A. 2013. Filsafat Ilmu “Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologi,
dan
Aksiologi. Jakarta. Bumi Aksara.
Syadali,
Ahmad. 2004. Filsaf at Umum.
Bandung. Pustaka Setia.
[1]
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, 2013, Filsafat Ilmu, Jakarta,
Rajagrafindo Persada, (Sinopsis)
[2]
Jujun S. Suriasumantri, 1993. Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”,
Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19
[3]
Ahmad Syadali, dkk, 2004, Filsafat
Umum, Bandung, Pustaka Setia, Hlm. 106
[4]
Jujun S. Suriasumantri, 1993, Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”,
Jakarta. Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19-20
[5]
Ibid., Hlm. 33
[6]
Jujun S. Suriasumantri, 1993, Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”,
Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 33
[7]
Drs. A. Susanto, M.Pd, 2013, Filsafat Ilmu “Suatu Kajian dalam Dimensi
Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologis, Jakarta, Bumi Aksara, Hlm.,1
[8]
Drs. Berhanuddin Salam, 2012, Pengantar Filsafat, Bumi Aksara, Jakarta,
hlm. 58
[9]
Spesialisasi adalah bagian dari ilmu itu sendiri (filsafat)
[10]
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, 2013, Filsafat Ilmu, Jakarta,
Rajagrafindo Persada, (Sinopsis)
[11]
Drs. A. Susanto, M.Pd, 2013, Filsafat Ilmu “Suatu Kajian dalam Dimensi
Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologi,
Jakarta, Bumi Aksara, Hlm.,2
[12]
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. 2013, Filsafat Ilmu, Jakarta,
Rajagrafindo Persada, Hlm,. 7
[13]
Drs. A. Susanto, M.Pd, 2013, Filsafat Ilmu “Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologi, dan Aksiologis, Jakarta, Bumi Aksara, Hlm., 7
[14]
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, 2013, Filsafat Ilmu, Jakarta,
Rajagrafindo Persada, Hlm,. 8
[15]
Ibid., Hlm,. 12
[16]
Ibid., Hlm,. 13
[17]
Ibid., Hlm,. 15
[18]
Ibid.,
[19]
Ibid.,
[20]
Ibid.,
[21]
Ibid., 48
[22]
Ibid,.
[23]
Ibid,.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTambahan dari saya, mengenai paragraf perlu dirapihkan dan diedit kembali !
ReplyDeleteby. Triyadi Akidah Filsafat
Bahasa yang digunakan sudah baik namun ada yang harus dibenarkan lagi dalam makalah ini yakni dalam hal penomoran seperti contoh : 1,A,(1),(a).
ReplyDeleteAssalamualaikum saya Harry (1414331027) semester I jurusan Akidah Filsafat, ingin mengomentari makalah ini, dalam penulisan makalah ini masih terdapat dibeberapa paragraf kata penghubung (konjungsi) yang dijadikan sebagai kata awal kalimat, seperti (dan, dari) contohnya pada kalimat :" Dan pandangan masyarakat terhadap filsafat sangatlah rendah,... " . Mungkin hanya itu komentar saya terhadap makalah ini. maaf apabila terdapat salah kata. Wassalamulaikum Warahmatullah .
ReplyDeletePenulisan dalam Abstrak harus menjorok ke dalam dan menggunakan spasi 1.0 !
ReplyDeleteby. Lutfi Lutfia Lutfin AF
masih ada penulisan bhsa asing yg slh spt kata wajan yg seharusnya wazan
ReplyDeletedari amril huda musyadad
Dalam penulisan EYD masih banyak yang kurang benar, contohnya masih menggunakan kata "kita" dan "ia" .
ReplyDeleteBy. Fitri Handayani AF
menurut saya makalah ini sudah cukup baik, namun alangkah lebih baiknya pengetikan pada kata yang menunjukan suatu tempat seharusnya dipisahkan, seperti kata "diatas" seharusnya "di atas". makasih
ReplyDeleteassalamu'alaiakum
ReplyDeletesaya endang prihatin (1414331026) menggunakan akun milik harry untuk mengomentari makalah ikfal alfzari.
menurut saya, makalah yang di buat ikfal secara keseluruhan cukup baik. akan tetapi banyak terdapat kata-kata/kalimat yang kurang korelasinya dengan kalimat sebelum dan sesudahnya. contoh pada latar belakang dikatakan bahwa " ilmu hanya mencakup objek empiris saja,sedangkan filsafat mencakup objek empiris maupun empiris " ,penggunaan Eyd dan kerpihan penulisan masih kurang,serta pada abstrak masih kurang sehingga belum memberikan gambaran isi dari makalah. demikian dan terimakasih.
kalau menurut saya adak kata-kata yang tidak ada dalam kamus bahasa indonesia contohnya seperti:"gumuli" pada latar belakang paragraf ke-empat baris pertama
ReplyDeleteby:Ibnu saep muhtadi imam alias dul alias ISMI
Penulisan footnote lebih baik menggunakan Op.cit ketimbang menulis kembali secara lengkap contohnya:
ReplyDeleteJujun S. Suriasumantri, 1993. Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19
Ahmad Syadali, dkk, 2004, Filsafat Umum, Bandung, Pustaka Setia, Hlm. 106
Jujun S. Suriasumantri, 1993, Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”, Jakarta. Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19-20
Alangkah lebih baik menggunakan Op.cit, seperti :
Jujun S. Suriasumantri, 1993. Filsafat Ilmu “Sebuah Penghantar Populer”, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, Hlm. 19
Ahmad Syadali, dkk, 2004, Filsafat Umum, Bandung, Pustaka Setia, Hlm. 106
Jujun S. Suriasumantri, Op.cit. hlm. 19-20
Makalah yang baik tapi alangkah baiknya meneliti kata sambung seperti contoh
ReplyDelete"Dari definisi ketiga tokoh diatas dapat disintesis kan"
Me - Imam Suryadinata
Assalamualaikum
ReplyDeleteDalam makalah ini saya temukan beberapa kata istilah yang menurut saya sendriri (pembaca) makalah ini kurang jelas. Seperti kata Hukum Kausal dalam point A kutipan pendapat Moh. Hatta yang mengutarakan pendapat tentang pengertian ilmu. Dan juga kata di konfrehensif dalam kutipan yang dikemukakan oleh Karl Pearson “Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang dikonferhensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana”.
Mungkin untuk beberapa orang mengerti arti dari kata tersebut tapi lain halnya dengan pembaca yang tanda kutip awam. Ketika membaca maklaah ini tentunya akan merasa kebingungan. Menurut hemat saya kata-kata yang mengandung istilah sebaiknya diberikan penjelasan baik itu di footnote kan atau dijelaskan langsung dalam paragraf yang mengandung kata istilah tersebut. Tujuannya agar para pembaca baik dari kalangan intelektual maupun awam dapat mengerti semua apa yang dipaparkan dalam makalah ini.
Dan juga menurut saya sebelum pembahasan alangkah lebih baiknya didahului dengan kata pengantar.
Terima Kasih Wassalamualaikum.
Indah Nurmahmudah AF Semester 1
Penulisan EYD pada kalimat berikut
ReplyDeleteMay Brodbeck
ia memberikan definisi filsafat ilmu sebagai “the ethically and philosophically neutral analysis, description and clarification of the foundations of science.”
By. Siti Kapsah
Casino in Las Vegas - Mapyro
ReplyDeleteCasino in Las Vegas 안산 출장안마 is the perfect place to start 영천 출장샵 exploring Las Vegas. See Mapyro's interactive seating chart 동두천 출장안마 and 대구광역 출장샵 map 상주 출장마사지 of the area's parking lots and